"Lihat kereta ayah! Lihat kereta ayah! Lihat kereta! rengek anakku Tala. Sudah satu minggu sejak kami tinggal di rumah peninggalan almarhum orang tua, Tala selalu minta keluar rumah untuk melihat kereta api yang melintas di depan rumah.
Usia Tala belum genap dua tahun. Pada masa-masa itu sepenggal bahagia bagi Tala ternyata sederhana. Cukup melihat rangkaian gerbong itu melintas dihadapannya, ia akan menunjukkan ekspresi senang. Saking senangnya, kadang tangan dan tubuhnya dihentak ke atas dan ke bawah berulang kali di gendongan saya sampai ular besi itu menghilang dari pandangan.
Tetapi penggalan bahagia bagi Tala menjadi potongan-potongan kesulitan dan kerepotan kami selaku orang tua. Bagaimana tidak? Rengekan permintaan Tala untuk melihat kereta api terjadi hampir tiap jam, persis sama dengan getaran dan suara keras yang ditimbulkan kereta api lintas Tangerang-Duri dan Manggarai-Bandara yang juga melintas dalam hitungan jam.
Seperti rengekan pinta Tala di hari itu. Jam tiga pagi jelang subuh Tala terbangun, dan satu hal yang diingat serta disebutnya yaitu meminta keluar kamar untuk melihat kereta api yang lewat. "Lihat kereta ayah! Lihat kereta ayah! Lihat kereta!" Saya dan istri ketika itu coba menjelaskan dan menenangkannya.
Tentu saja permintaan Tala tak bisa kami kabulkan. Bukan saja lantaran kereta api tak melintas pada jam tersebut, melainkan kami menyadari bahwa secara ilmu parenting, bila selalu memenuhi setiap permintaan Tala, kelak pembiasaan itu dapat memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan mental spiritualnya.
Pada satu momen, masa-masa rengekan anakku Tala untuk permintaannya melihat kereta api secara langsung berangsur mengendur. Momen tersebut tercipta disaat kami kembali tinggal di rumah orang tua istri alias mertua saya di Kabupaten Bogor, yang letaknya jauh dari jalur lintas kereta api. Â
Namun begitu, anakku Tala ternyata masih suka mengingat kereta api hingga kami coba mengalihkan ingatannya dengan membukakan kanal youtube berkonten kereta api melalui smartphone untuk ia lihat. Cara ini seringkali efektif karena terbukti membuat Tala senang walaupun ternyata memunculkan efek kebiasaan baru. Â Â
Sampai suatu hari, momen ingatan Tala akan permintaannya melihat kereta api membuat ingatan saya mengembara ke masa-masa kecil saat mulai mengenal hingga saya terbiasa menggunakan moda transportasi kereta api pada beberapa perjalanan.
Terutama ingatan akan sebuah kisah di lintasan yang sama dengan lintasan kereta api yang selalu diminta oleh anakku Tala di jalur lintas kereta api Tangerang-Duri (Dulu Tangerang-Kota). Sebuah kisah perjalanan unik bersama kereta api berjenis lokomotif dengan tenaga diesel di sekira tahun 1990-an.
Iya benar, perjalanan unik saya bersama kereta dimulai dengan kereta api yang melintas di depan rumah. Jalur lintas kereta api tunggal Tangerang-Kota. Kereta api yang menurut saya masih klasik dalam segala bentuk pelayanannya. Sementara wujudnya, meskipun tidak klasik-klasik amat tetapi bukan kereta api modern bertenaga listrik.