Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Unik Kereta Klasik dan Kereta Harapan untuk Anakku

2 September 2023   14:58 Diperbarui: 2 September 2023   14:59 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari twitter.com @CommuterLine dan cnbcindonesia.com/ist/wikipedia

Begitulah situasi dan kondisi kereta api tempo dulu. Ramai, seru, mendebarkan dan memacu adrenalin. Murah iya. Cepat belum tentu. Aman jelas tidak. Apalagi nyaman. Sangat jauh berbeda dengan fasilitas dan pelayanan KAI Commuter sekarang yang menjanjikan harga murah, waktu tempuh yang cepat, situasi dan kondisi yang aman dan nyaman. Bersih, modern dan terintegrasi.

Uniknya lagi, saat kereta berbalik mengarah ke Kota. Arah pulang bagi kami berempat.  Kami bisa turun tepat di area tempat tinggal kami. Hanya sekian langkah jaraknya ke rumah kami masing-masing.  Padahal Stasiun Pesing masih 1 kilometeran lagi. Kok bisa, ini kan bukan bus? Tanya saya pada teman penjual es mambo.

Teman saya menjawab bahwa kereta api lintas Tangerang-Kota merupakan jalur lintas tunggal yang tidak akan bentrok dengan jadwal kereta lainnya, karena itu penumpang bisa turun sesuai dengan permintaan, tentunya setelah bernegosiasi dengan petugas dan masinisnya. Dan saat kami berempat bisa turun tepat di area tinggal kami, rupanya seorang pedagang telah bernegosiasi untuk menurunkan banyak barang belanjaan yang tadi dibelinya di Tangerang.

Bunyi klakson kereta membahana. Ingatan saya membuyar. Tiba-tiba terdengar suara rengekan yang sangat saya kenal, "Lihat kereta ayah! Lihat kereta ayah! Lihat kereta!" tubuh anakku Tala menggeliat, terbangun, duduk sebentar tanpa membuka mata, menjauhi bantal, kembali rebah kemudian terlelap. Kiranya ia hanya mengigau.

Saya memandangi wajah kecilnya, menitikkan air mata dan berkata dalam batin. "Maafkan ayah nak! Sampai sebelas hari lagi usiamu genap tiga tahun, ayah belum bisa mengajakmu melihat dunia lewat jendela kereta api. Barangkali sementara ini di hari ulang tahunmu, ayah bisa menghadiahkan kereta api mainan. Ayah berharap perjalanan hidupmu kelak akan sebersih,  seaman dan senyaman kereta api sekarang.  Lorong, gerbong dan lintasan hidup yang kamu lalui akan semulus dan secepat yang dilalui olehnya" Aamiin

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun