Tahun 1994. Jalan Kyai Tapa Grogol. Selepas jam bubaran sekolah saya pulang menumpang bus patas (PPD). Saya naik dari depan Rumah Sakit Sumber Waras arah Kalideres. Kursi penumpang di dalam bus sudah penuh. Ada sekira dua sampai empat orang berdiri berpegangan pada kursi penumpang. Di masa itu, menumpang dengan tidak bergelantungan di pintu bus pada jam bubaran sekolah sungguh suatu keberuntungan.
Saya memilih berdiri di dekat pintu bagian belakang bus meskipun lorong antara baris kursi penumpang kanan-kiri masih tampak luang. Sebab di posisi yang saya pilih bisa leluasa mengedarkan pandangan mata. Baik memandang ke luar bus lewat pintu atau jendela maupun ke bagian dalam bus. Sampai suatu saat pandangan saya membentur sebaris coretan kalimat yang tertera di  langit-langit atap bus di sisi kiri.
Di bawah coretan kalimat itu tertulis jejak salah satu nama Sekolah Teknik Menengah (STM), yang ditulis dengan tinta hitam, dan tulisan itu berbunyi "Membunuh bagi kami semudah membalikkan telapak tangan". Begitulah coretan kalimat yang saya baca.
Waw! Batin saya terperanjat sembari refleks mempraktikkan gerakkan membalik telapak tangan. Dan tidak sampai satu detik, telapak tangan saya sudah membalik. Baris kalimat itu bagi mereka yang menulisnya cenderung bermakna optimisme sekaligus kesombongan luar biasa yang coba ditunjukkan kepada para rivalitasnya. Sebaris kalimat yang menyatakan keberanian dan penuh arogansi sebagai cara mereka mengaktualisasikan nama sekolah yang pada masa itu dikenal sebagai salah satu raja tawuran antar pelajar.
Pada kenyataannya kini, segala sesuatu yang ingin dicapai bahkan dengan cara atau tujuan negatif sekalipun tidak bisa dilakukan dengan cepat dan instan. Tetapi cara berpikir demikian sekarang ini, yang identik dengan cara berpikir lambat (berpikir linear) pada konteks kekinian akan dinilai sebagai cara berpikir konservatif. Mindset orang-orang pesimis. Sebab saat ini segala sesuatunya sudah bisa diraih dengan cepat dan instan.
Bukankah akhir-akhir ini dunia disuguhkan oleh berbagai fakta terkait pencapaian yang mampu diraih oleh orang-orang hanya dalam waktu singkat? Orang-orang yang bisa mengubah segala sesuatu secepat membalik telapak tangan. Jika meminjam istilah dari dunia sihir atau para pesulap, mereka adalah orang-orang yang bisa mengubah segala sesuatu dengan hanya berkata 'abrakadabra'. Sebuah kata ajaib yang dapat mengubah, menghadirkan, menghilangkan atau menghasilkan benda, barang atau sesuatu berwujud di dunia sihir atau sulap-menyulap.
Abrakadabra merupakan sebuah mantra yang digunakan sebagai kata ajaib dalam dunia sihir atau trik sulap, dan menurut sejarah, kata ini diyakini memiliki kekuatan penyembuhan ketika tertulis di sebuah jimat. Gambaran keajaiban atau kekuatan yang dimaksud dari kata ini adalah kecepatannya dalam mengubah, menghadirkan, menghilangkan atau menghasilkan benda, barang atau sesuatu berwujud yang dilakukan oleh penyihir atau pesulap dan tentu saja mengandung unsur ilusi dan/atau manipulasi. Gambaran maksud tersebut sepadan dengan apa yang terjadi pada era digital sekarang ini.
Bahwa setiap benda, barang atau sesuatu yang berwujud ketika bisa diubah, dihadirkan, dihilangkan atau dihasilkan dengan cepat dan instan ternyata tidak terlepas dari bantuan teknologi dan inovasinya. Bahkan dunia sihir atau sulap-menyulap pun ternyata ditengara menggunakan bantuan dari beragam teknologi mulai dari yang sederhana, sampai yang memanfaatkan tenaga listrik hingga teknologi digital.
Pertanyaan yang kemudian muncul atas maksud keajaiban atau kekuatan kata abrakadabra untuk merepresentasikan pada apa yang terjadi di masa sekarang adalah teknologi apa yang mampu mengubah, menghadirkan, menghilangkan atau menghasilkan segala sesuatu yang berujung cuan bagi manusia dalam waktu cepat dan instan?
Jawabannya sederhana, teknologi itu tidak lain dan tidak bukan adalah teknologi informasi berbasis digital. Sebuah teknologi dengan pertumbuhan dan perkembangan yang terus meningkat baik dari sisi pengguna, sarana dan prasarana maupun dari sisi teknologi perangkat keras dan perangkat lunak yang  mendukungnya.
Dari sisi pengguna berdasar laporan We Are Social, terdapat 204,7 juta pengguna internet di Tanah Air per Januari 2022. Berdasarkan data internetworldstats, pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Maret 2021. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di urutan ketiga dengan pengguna internet terbanyak di Asia.
Menurut data Hootsuite dan We Are Social bulan Februari 2022, pengguna internet dan medsos di Indonesia berkisar 8 jam 36 menit per orang per hari. Untuk medsos saja berkisar rata-rata 197 menit alias lebih dari 3 jam dalam sehari. Dan menurut laporan startup rangking, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan jumlah perusahaan rintisan (startup) terbanyak di dunia pada 2022. Tercatat ada 2.346 startup di dalam negeri. Jumlah itu menempatkan Indonesia berada di urutan kelima terbanyak di dunia. Â Â
Sementara mengutip informasi dari kanal youtube Prof. Rhenald Kasali dengan topik 'Ledakan Konten' berjudul 'Susah Cari Kerja? Jadi Konten Kreator Aja!, didapatkan informasi bahwa terdapat sekitar 600 kanal youtube di Indonesia yang telah memiliki lebih dari satu juta subsrcriber. Lalu kanal youtube dengan sepuluh (10) juta subscriber telah meningkat dari hanya dua (2) kanal pada tahun 2019 menjadi sembilan belas (19) kanal pada tahun 2020. Kemudian terdapat lima puluh (50) juta content creator di seluruh dunia saat ini dan empat puluh enam koma tujuh (46,7) juta di antaranya adalah content creator amatir. Kadang-kadang videonya juga sembarangan tapi dampaknya  sangat besar. Â
Dari dunia yang dihadirkan oleh teknologi informasi digital, kemampuan mengubah, menghadirkan, menghilangan atau menghasilkan sesuatu yang bahkan tidak berwujud dalam waktu cepat dan instan ternyata sangat mungkin terjadi. Terlebih dengan adanya unsur ilusi dan/atau manipulasi di dalamnya. Malah kecepatannya mengubah, menghadirkan, menghilangkan atau menghasilkan bisa berkali lipat lebih cepat dari waktu tercepat yang bisa ditawarkan oleh dunia real. Kecepatan inilah yang menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk ikut ambil bagian di dalamnya.
Seiring pertumbuhan jumlah pengguna internet yang berkorelasi pada fenomena ledakan konten dan peningkatan jumlah content creator atau kreator konten populer, startup sukses, kelahiran banyak microcelebrity, serta berbagai konten viral, trending fyp atau headline, yang memunculkan nama atau identitas seseorang atau sekelompok orang di baliknya---semakin menunjukkan bahwa semua informasi tersebut merupakan bagian penting dari fenomena lahirnya generasi topping berikut eksistensinya. Â
Suatu generasi yang menjadikan atau memanfaatkan platform digital terutama platform media sosial sebagai tempat atau pijakan untuk menempatkan konten-konten di dalamnya, lalu dengan dan/atau tanpa upaya berharap dan/atau dengan sendirinya mendapatkan apresiasi (penilaian) terakumulasi maksimal, yang tentu saja bertujuan atau berujung cuan.
Seperti yang sudah dibahas pada tulisan 'mengenal generasi topping', bahwa cuan yang dimaksud adalah popularitas dan/atau hasil apapun semisal tawaran pekerjaan endorse, pundi-pundi uang atau bentuk keuntungan lainnya.
Daya tarik lain di generasi topping adalah bahwa cuan yang menjadi tujuan mereka berinteraksi di berbagai platform digital atau platform media sosial ternyata bisa diraih meskipun kreasi konten yang mereka buat tidak berkualitas, hanya berisi hal sepele, sembarang, sekadar curhatan, nirfaedah, kontroversi, provokasi atau bertentangan dengan moralitas, nilai luhur atau norma susila sekalipun.
Sebut saja beberapa orang atau barangkali sekelompok orang yang tercatat pernah menikmati kesuksesan atas konten viral, trending topic, fyp atau headline, yang isi kontennya sepele, sembarang, sekadar curhatan, nirfaedah, kontroversi, provokasi atau sensasi yang tentu saja tidak mengedukasi, menginspirasi, memotivasi atau memberi kemanfaatan pengetahuan keilmuwan.
Sebuah kesuksesan yang pernah dinikmati oleh perorangan dengan konten seperti demikian antara lain: Afi Nihaya, Bowo Alpenliebe, Cimoy Montok, Ade Londok, Nina Carolina alias Mpok Alpa, Sultan Akhyar, Intan Lembata, Denise Chariesta, Fajar Sadboy dan beberapa nama lainnya yang populer karena kecantikan atau ketampanan, kemiripan wajah, kemolekan tubuh, porno aksi, pornografi, hal sepele, sembarang, sekadar curhatan atau konten nirfaedah lainnya. Inilah generasi yang menjadikan atau memanfaatkan platform digital atau platform media sosial untuk menggapai cuan-nya; generasi topping.
Di generasi ini cara berpikir, berproses dan/atau bertindak positif sebagai cara mencapai hasil terbukti tidak sepenuhnya benar. Sebab faktanya, publik jagat maya dapat menyaksikan langsung bahkan seringkali turut memberi kontribusi dalam melahirkan orang-orang yang populer dari cara berpikir, berproses dan/atau bertindak provokasi, kontroversi, sensasi, sepele, sembarang dan/atau konten negatif lainnya. Â Â Â Â
Beberapa fenomena popularitas instan atau konten yang menghasilkan cuan cepat seperti itulah yang akan melengkapi raihan sukses para pembuat konten berkualitas dari sisi berpikir, berproses dan/atau bertindak positif, yang kemudian akan menjadi definisi pembuka jalan kesuksesan secara menyeluruh ala generasi topping dengan apa yang akan disebut sebagai sukseskadabra.Â
Suatu definisi dengan latar belakang cara berpikir eksponensial, yang dalam sajian statistik terbaca sebagai garis tak lurus yang tiba-tiba melengkung ke atas. Sebuah pencapaian yang bisa dimaknakan sebagai segala sesuatu yang dilakukan sedemikian rupa dan ketika telah mencapai fase tertentu ia melejit naik secara tajam. Â
Tetapi yang perlu diperhatikan pada sukseskadabra yang diraih oleh generasi topping adalah sifatnya yang cenderung sementara. Sebab segala sesuatu yang  tiba-tiba bergerak cepat dan melejit ke atas akan segera melambat dan jatuhnya cepat pula.
Referensi
Abrakadabra. Wikipedia. Eknsiklopedia Gratis. 2022. Web. 1 November 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Abrakadabra
Annur, Cindy Mutia. 2022. "Hebat, Jumlah Startup Indonesia Terbanyak ke-5 di Dunia", https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/13/hebat-jumlah-startup-indonesia-terbanyak-ke-5-di-dunia, diakses pada 1 November 2022
Annur, Cindy Mutia. 2022. "Ada 204, 7 Juta Pengguna Internet di Indonesia Awal 2022", https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/ada-2047-juta-pengguna-internet-di-indonesia-awal-2022, diakses pada 1 November 2022
Falah, Sunan Amiruddin D. 2023. "Mengenal Generasi Topping", https://www.kompasiana.com/sunanamiruddin5274/64d73b274addee67447c9ef4/mengenal-generasi-topping, diakses pada tanggal 24 Agustus 2023.
Kusnandar, Viva Budy. 2021. "Pengguna Internet Indonesia Peringkat ke-3 Terbanyak di Asia", https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/14/pengguna-internet-indonesia-peringkat-ke-3-terbanyak-di-asia, diakses pada 1 November 2022
Susanti, Inda. 2022. "Perkembangan Medsos Pacu Peningkatan Kreator Konten, Pelaku Industri Fotografi Ikut Semringah", https://ekbis.sindonews.com/read/898643/34/perkembangan-medsos-pacu-peningkatan-kreator-konten-pelaku-industri-fotografi-ikut-semringah-1664435379, diakses pada 1 November 2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H