Dari sisi pengguna berdasar laporan We Are Social, terdapat 204,7 juta pengguna internet di Tanah Air per Januari 2022. Berdasarkan data internetworldstats, pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Maret 2021. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di urutan ketiga dengan pengguna internet terbanyak di Asia.
Menurut data Hootsuite dan We Are Social bulan Februari 2022, pengguna internet dan medsos di Indonesia berkisar 8 jam 36 menit per orang per hari. Untuk medsos saja berkisar rata-rata 197 menit alias lebih dari 3 jam dalam sehari. Dan menurut laporan startup rangking, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan jumlah perusahaan rintisan (startup) terbanyak di dunia pada 2022. Tercatat ada 2.346 startup di dalam negeri. Jumlah itu menempatkan Indonesia berada di urutan kelima terbanyak di dunia.
Sementara mengutip informasi dari kanal youtube Prof. Rhenald Kasali dengan topik 'Ledakan Konten' berjudul 'Susah Cari Kerja? Jadi Konten Kreator Aja!, didapatkan informasi bahwa terdapat sekitar 600 kanal youtube di Indonesia yang telah memiliki lebih dari satu juta subsrcriber. Lalu kanal youtube dengan sepuluh (10) juta subscriber telah meningkat dari hanya dua (2) kanal pada tahun 2019 menjadi sembilan belas (19) kanal pada tahun 2020. Kemudian terdapat lima puluh (50) juta content creator di seluruh dunia saat ini dan empat puluh enam koma tujuh (46,7) juta di antaranya adalah content creator amatir. Kadang-kadang videonya juga sembarangan tapi dampaknya sangat besar.
Dari dunia yang dihadirkan oleh teknologi informasi digital, kemampuan mengubah, menghadirkan, menghilangan atau menghasilkan sesuatu yang bahkan tidak berwujud dalam waktu cepat dan instan ternyata sangat mungkin terjadi. Terlebih dengan adanya unsur ilusi dan/atau manipulasi di dalamnya. Malah kecepatannya mengubah, menghadirkan, menghilangkan atau menghasilkan bisa berkali lipat lebih cepat dari waktu tercepat yang bisa ditawarkan oleh dunia real. Kecepatan inilah yang menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk ikut ambil bagian di dalamnya.
Seiring pertumbuhan jumlah pengguna internet yang berkorelasi pada fenomena ledakan konten dan peningkatan jumlah content creator atau kreator konten populer, startup sukses, kelahiran banyak microcelebrity, serta berbagai konten viral, trending fyp atau headline, yang memunculkan nama atau identitas seseorang atau sekelompok orang di baliknya---semakin menunjukkan bahwa semua informasi tersebut merupakan bagian penting dari fenomena lahirnya generasi topping berikut eksistensinya.
Suatu generasi yang menjadikan atau memanfaatkan platform digital terutama platform media sosial sebagai tempat atau pijakan untuk menempatkan konten-konten di dalamnya, lalu dengan dan/atau tanpa upaya berharap dan/atau dengan sendirinya mendapatkan apresiasi (penilaian) terakumulasi maksimal, yang tentu saja bertujuan atau berujung cuan.
Seperti yang sudah dibahas pada tulisan 'mengenal generasi topping', bahwa cuan yang dimaksud adalah popularitas dan/atau hasil apapun semisal tawaran pekerjaan endorse, pundi-pundi uang atau bentuk keuntungan lainnya.
Daya tarik lain di generasi topping adalah bahwa cuan yang menjadi tujuan mereka berinteraksi di berbagai platform digital atau platform media sosial ternyata bisa diraih meskipun kreasi konten yang mereka buat tidak berkualitas, hanya berisi hal sepele, sembarang, sekadar curhatan, nirfaedah, kontroversi, provokasi atau bertentangan dengan moralitas, nilai luhur atau norma susila sekalipun.
Sebut saja beberapa orang atau barangkali sekelompok orang yang tercatat pernah menikmati kesuksesan atas konten viral, trending topic, fyp atau headline, yang isi kontennya sepele, sembarang, sekadar curhatan, nirfaedah, kontroversi, provokasi atau sensasi yang tentu saja tidak mengedukasi, menginspirasi, memotivasi atau memberi kemanfaatan pengetahuan keilmuwan.
Sebuah kesuksesan yang pernah dinikmati oleh perorangan dengan konten seperti demikian antara lain: Afi Nihaya, Bowo Alpenliebe, Cimoy Montok, Ade Londok, Nina Carolina alias Mpok Alpa, Sultan Akhyar, Intan Lembata, Denise Chariesta, Fajar Sadboy dan beberapa nama lainnya yang populer karena kecantikan atau ketampanan, kemiripan wajah, kemolekan tubuh, porno aksi, pornografi, hal sepele, sembarang, sekadar curhatan atau konten nirfaedah lainnya. Inilah generasi yang menjadikan atau memanfaatkan platform digital atau platform media sosial untuk menggapai cuan-nya; generasi topping.
Di generasi ini cara berpikir, berproses dan/atau bertindak positif sebagai cara mencapai hasil terbukti tidak sepenuhnya benar. Sebab faktanya, publik jagat maya dapat menyaksikan langsung bahkan seringkali turut memberi kontribusi dalam melahirkan orang-orang yang populer dari cara berpikir, berproses dan/atau bertindak provokasi, kontroversi, sensasi, sepele, sembarang dan/atau konten negatif lainnya.