Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Selina SHE dan Sharena Delon: Kambing Abu-Abu di Penipuan Digital Berkedok Asmara

29 Juli 2023   17:11 Diperbarui: 29 Juli 2023   17:15 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dari Klikharryblog.wordpress.com dan Wowkeren.com

Suatu masa di bulan Oktober 2003 saya mendapat pesan balasan dari seorang wanita berusia sekira 23 tahun yang menyatakan kesediaannya menerima salam perkenalan, dan meminta komunikasi dilanjutkan via surel dialamat vivi_stefani@yahoo.com.

Dalam profil yang tersaji pada sebuah web pertemanan yang saya ikuti,  ia menggunakan nickname kitty_1404. Di situ terbaca nama Vivi Yuliana. Umur 23 tahun. Jenis kelamin perempuan. Tinggi badan 161-170 cm. Berat badan 51-60 kg. Kota Surabaya. Sifat baik, lucu, manis. Gaya cute. Pendidikan terakhir S1. Pekerjaan pelajar. Deskripsi singkat; saya orangnya cute, manis dan lucu.

Sebuah foto diri terpasang melengkapi data profilnya. Sekilas ingatan saya, tubuh di foto itu berbalut busana semacam sweater dengan syal berwarna pink dan hijau yang melingkar di lehernya. Berwajah oriental dan tampak begitu cantik rupawan dengan kulit putih mengilap serta senyuman yang menawan. Siapa pun yang melihat pastilah terpikat.

Baca juga: Kambing Abu-Abu

Seperti permintaannya, saya mulai mengiriminya pesan lewat surel. Singkatnya, setiap hari kami berbalas surel hingga akhir Desember 2003. Di masa-masa itu saya dan Vivi juga berbalas pesan melalui SMS. Tapi di rentang waktu komunikasi yang kami lakukan, sebenarnya saya mulai menangkap kejanggalan-kejanggalan yang seharusnya membuat saya berhenti.

Pada sebuah surelnya ia bercerita tentang hubungannya dengan seorang laki-laki yang sudah menjadi mantannya. Ia menceritakan tentang sebuah kejadian yang nyaris merenggut kesuciannya. Kejadian itu ditulisnya dengan kata-kata sedemikian vulgar dan membangkitkan gairah.  

Di kemudian hari saya mengerti bahwa cerita yang ditulisnya adalah bagian dari caranya untuk memanipulasi cara berpikir saya yang dalam kondisi keruh, sepi dan rentan akan cinta, kasih sayang, asmara, jalinan kasih, jodoh, ikatan sayang, pernikahan dan yang setara dengan itu. Hingga cara berpikir saya sangat mudah diperdaya dan akan bersedia melakukan apa pun meski di luar kelogisan.    

Oleh sebab itu, apa pun kejanggalan yang tidak masuk akal darinya, seperti tidak pernah mau mengirimkan foto dengan pose, pakaian atau memegang benda seperti yang saya minta; tidak pernah mau mengangkat telepon dengan berbagai alasan; saat angkat telepon ternyata dijawab oleh suara laki-laki yang mengaku sebagai temannya; dan beberapa kejanggalan lainnya, saya terima saja tanpa protes.  Sampai akhirnya di awal Januari 2004 lewat sebuah balasan surelnya yang terakhir, saya menyadari bahwa saya telah menjadi korban penipuan digital berkedok asmara.  

Baca juga: Sosialaba

Kesadaran itu datang bukan karena pengaruh manipulasinya mulai hilang atau daya nalar kritis saya mulai teraktivasi, melainkan karena saya tahu kebenaran siapa sosok sebenarnya dari foto-foto yang pernah saya terima.

Dan ketika mengetahuinya saya berkata, "Betapa dungunya". Foto-foto yang saya terima selama ini ternyata mengarah pada seorang artis ternama dari sebuah grup band. Artis cantik itu dikenal dengan nama Selina S.H.E atau Selina Ren Jia Xuan. Ia adalah salah seorang personil grup musik S.H.E asal Taiwan.  Apakah artis cantik Selina Ren Jia Xuan jadi pertama sekaligus yang terakhir?

Tidak. Ada peristiwa kedua. Entah dari media sosial yang mana saya mengenalnya, perkenalan berlanjut melalui pesan singkat. Ia mengenalkan dirinya sebagai Sharena. Orang ini tidak mengakui bahwa dirinya adalah Sharena Gunawan yang disaat itu sudah popular.

Tetapi ia mengatakan bahwa dirinya adalah orang terdekat Sharena. Bukan managernya, hanya semacam asisten atau tangan kanan yang sangat dipercaya oleh artis cantik itu. Baik, masuk akal pikir saya (mulai terperangkap)

Saya tidak ingat dan tidak mau mengingat nama si asisten gadungan ini. Hanya setidaknya, dia sempat memanfaatkan saya, membuat saya rugi waktu, tenaga dan sedikit materi seperti apa yang pernah saya rasakan dari orang yang mengkambing abu-abukan Selina S.H.E. Namun yang lebih mengesalkan dari semua itu adalah bahwa peristiwa semacam dapat membuat psikis seseorang mulai mengalami gangguan. Siapa Sharena Gunawan?

Sharena Gunawan atau sering disebut juga Sharena Delon adalah artis berkebangsaan Indonesia yang dikenal membintangi banyak sinetron pendek FTV. Artis cantik ini dulu identik dengan tagline sebuah iklan 1 (satu) rupiah per detik. Tagline tersebut merujuk promo dari salah satu iklan operator komunikasi seluler. Pada masa-masa itu nama Sharena Gunawan kian melambung dan digemari banyak orang.

Saya yang berkesempatan untuk bisa bertemu dan mengenalnya melalui asisten pribadinya ketika itu, tidak ingin kehilangan salah satu momentum yang saya anggap berharga. Makanya saat diajak kopi darat di sebuah mal Ciputra Grogol saya langsung mengiya. Terlebih, sang asisten menjanjikan bahwa pada momen itu ia pergi ke mal bersama Sharena Gunawan.   

Faktanya mengejutkan, asisten gadungan itu datang sendirian dan ia seorang laki-laki. Penampilannya keren tapi bahasa tubuhnya mengarah pada kaum yang menyukai gender sejenis. Dia menggiring saya ke sebuah restoran, memesan makanan dan minuman. Lalu mulai memengaruhi saya dengan cerita manisnya. Bahwa Sharena Gunawan tidak jadi ikut dan masih berada di tengah-tengah pesta di suatu klub malam serta memberi pesan agar saya bersedia menemuinya dan datang ke klub tersebut.  

Untungnya kala itu daya nalar kritis saya terbuka oleh memori yang bertahun-tahun sebelumnya pernah saya alami di suatu pagi buta di pusat kota Jakarta. Saya menolak ajakannya sekalipun kata-kata manisnya tentang Sharena Gunawan memborbardir pikiran. Saya membayangkan kejadian yang sama menakutkan bahkan lebih dari kisah di pagi buta itu.

Pagi itu usai jam kerja pada hari kedua saya bekerja di sebuah diskotik ketika menunggu bus pulang di sebuah halte, seorang laki-laki yang entah dari mana menawarkan kos tempatnya tinggal untuk saya singgahi.  Tapi melihat gelagatnya saya menolak. Dia terus membujuk dan mulai memaksa dengan meraih tubuh saya. Sekuat tenaga saya melepaskan diri dan segera berlari ke arah bus yang melintas, menaikinya walau bus itu bukan rute bus yang saya tunggu. Keesokan hari dan seterusnya saya tak lagi pergi ke diskotik, saya memutuskan berhenti bekerja.    

Pengalaman saya dari dua penipuan digital berkedok asmara yang mengkambing abu-abukan artis cantik Selina S.H.E dan Sharena Gunawan atau Sharena Delon membuat saya jauh lebih waspada ketika berinteraksi sosial di dunia digital. Terutama ketika kembali berselancar melalui media sosial untuk menemukan belahan jiwa yang ketika itu saya percaya suatu saat akan tiba.

Waspada penipuan digital mudah ditulis dan diucapkan. Namun berdasarkan pengalaman saya, kesulitan terbesar bagi manusia untuk bisa menghindar dari tipu daya adalah saat dihadapkan dengan kenyataan bahwa apa yang belum dimiliki tapi masih sangat diinginkan oleh seseorang adalah celah yang akan  menghalangi atau menutup lagi cara berpikir logis dan sistematis dari kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan. 

Sehingga kemampuan itu melemah dan membuka ulang celah bagi tipu daya untuk masuk lalu  berdiskusi, merayu dan membuat daya pikir seseorang kembali rentan. Dan kesulitan itu jika sudah berkaitan dengan kata 'cinta' terbukti banyak yang tumbang. Maka selain daya nalar kritis yang harus terus dihidupkan. Seseorang perlu menghidupkan piranti lunak lainnya, seperti akalbudi, memori, spiritual spot, god spot dan lainnya dalam kesadaran yang penuh.         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun