Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meretas Minat dan Bakat di Merdeka Belajar untuk Menolak Gagal Berkualitas

1 April 2023   15:19 Diperbarui: 1 April 2023   15:24 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Informasi itu juga menunjukkan bahwa konsep Merdeka Belajar telah menempatkan minat dan bakat sejajar dengan kecerdasan IQ dalam konteks kecerdasan majemuk.

Jika dibandingkan dengan apa yang saya alami di era 90-an ketika minat dan bakat tidak memiliki tempat untuk menentukan kebebasan memilih arah, tentu saja kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat seperti apa yang telah diterima (Alm) Djaduk Ferianto di Perguruan Taman Siswa tidak bisa terwujud.

Tidak sampai di situ, hasil tes IQ yang menjadi salah satu dari sekian alasan yang menempatkan saya di jurusan IPA-Fisika nyatanya gagal memprediksi. Di kelas, saya tidak pernah masuk sepuluh besar. Nilai mata pelajaran IPA-Fisika dan pengembangan keilmuan (penjurusan) saya hanya terhitung kategori cukup. Nilai akhirnya terbilang kurang. Setelah lulus, saya gagal di berbagai tes masuk perguruan tinggi dan di beberapa tes masuk CPNS.

Tanpa wadah yang tepat, minat dan bakat saya telah terhambat dan perlahan terkubur. Minat saya di bidang seni karya dan salah satu bakat saya, menggambar, sama sekali tidak dapat berkembang.  

Kurikulum, sistem pendidikan dan berbagai program yang saya terima selama 12 tahun bersekolah tidak mengarahkan minat dan bakat saya ke arah yang tepat. Saya gagal. Tapi apakah kegagalan saya juga mewakili berbagai kegagalan yang dialami perserta didik lain di masa itu?

Kegagalan tentu tidak diinginkan oleh semua pihak pemangku pendidikan. Apalagi oleh peserta didik. Oleh karena itu tes minat dan bakat seharusnya menjadi penting untuk dijadikan tolak ukur lainnya setelah IQ.

Selain tes minat dan bakat, dunia pendidikan seharusnya mempunyai kewajiban untuk menyediakan fasilitas terhadap segala sesuatu yang bisa mengarahkan minat dan bakat setiap peserta didik untuk dapat mengoptimalkannya.

Sumber gambar : diolah dari kurikulum.kemdikbud.go.id
Sumber gambar : diolah dari kurikulum.kemdikbud.go.id

Akhirnya, pada 11 Februari 2022. Menteri Kemdikbudristek, Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka secara daring. Terlepas dari polemik asal-usul konsep Merdeka Belajar dengan segala perdebatannya, Kurikulum Merdeka ternyata menawarkan keunggulan dan karakteristik yang seidentik dengan konsep Merdeka Belajar yang pernah diterapkan oleh Perguruan Taman Siswa.

Salah satu tujuan dibuatnya konsep Kurikulum Merdeka Belajar adalah agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Kurikulum Merdeka memberi keleluasaan dan memudahkan pendidikan menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan fokus pada penguatan karakter.

Kehadiran Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah-sekolah merupakan kabar baik sekaligus jawaban untuk pemecahan masalah terkait wadah pengembangan minat dan bakat bagi banyak peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun