Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Valentine, Virginitas dan Valuasi Industri: Menolak Lupa Berkasih Sayang

13 Februari 2023   12:43 Diperbarui: 13 Februari 2023   12:48 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

14 Februari, awalnya merupakan peringatan dihukum matinya seorang martir, yakni Santo Valentine demi mempertahankan keyakinannya. Tetapi entah bagaimana kisah perjalanannya, valentine kini identik dengan hari kasih sayang yang perayaannya cenderung diisi oleh aktivitas negatif. Salah satunya yaitu pelepasan virginitas di luar nikah atau bisa disebut seks bebas. Apa hubungan valentine dengan virginitas?

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Advianti mengatakan, sebenarnya hari valentine tidak ada urusannya dengan hubungan seksual. Tetapi barangkali ia lupa bahwa valentine yang identik dengan kasih sayang, sangat dekat pada hubungan asmara dua insan remaja berlainan jenis. Sedang hubungan asmara sepasang remaja dengan gejolak mudanya, memiliki dorongan kuat dan rasa penasaran yang tinggi untuk melakukan sesuatu yang baru.

Sementara kecenderungannya, bagi sebagian besar remaja laki-laki, sesuatu yang baru itu bernama virginitas (nafsu dan ego lagiki-laki) yang diberikan atas nama cinta oleh kekasih atau teman wanitanya melalui aktivitas seksual. 

Bagi remaja perempuan, sesuatu yang baru itu bernama cinta dan kasih sayang melalui kerelaan memberikan apa yang paling berharga didirinya di hari valentine. Maka dalam perspektif industri, valentine dan virginitas adalah valuasi.

Valentine dan virginitas dari sudut pandang industri merupakan objek produk yang bernilai tinggi sebab ia bisa mengambil banyak porsi dengan segala komersialisasinya. Sebut saja produk-produk yang terhubung langsung dengan keduanya, seperti; coklat, bunga, kondom dan hotel. Belum lagi produk-produk yang bisa dijadikan rekomendasi pelengkapnya semisal semua produk makanan, fashion dan aksesoris yang beraroma cinta atau bernuansa warna merah jambu.

Bagi industri, valentine adalah kesempatan. Valentine merupakan bagian dari momentum penting dalam upaya membudayakan segala aktivitas berkasih sayang dengan konsumerisme. Itulah sebabnya mengapa setiap tahun menjelang hari perayaan valentine, banyak tempat wisata dan penginapan mengadakan acara valentine dengan berbagai promo menarik. Restoran memberikan potongan harga. Toko-toko memajang dan memberi diskon untuk produk-produk bernuansa merah jambu.

Jelang hari perayaan pada 14 Februari, penjualan produk yang terkait dan telah terikat dengan valentine, seperti coklat, bunga, kondom dan reservasi hotel bisa mengalami peningkatan hingga 100% bahkan lebih. Konsumerisme pada awalnya seringkali dibangun oleh industri melalui pemberian produk gratis, potongan harga yang tinggi, informasi tentang kemanfaatan produk dan lainnya. Selanjutnya menjadi budaya.

Namun, seperti wakil ketua KPAI yang mungkin lupa bahwa valentine dekat dengan kasih sayang, dan dekat pada pasangan remaja lain jenis, yang dengannya dorongan gejolak hasrat muda dapat terkoneksi pada virginitas dalam konteks hubungan seksual---industri juga lupa bahwa membudayakan konsumerisme melalui jalur valentine yang kuat dalam menumbuh kembangkan budaya seks bebas di kalangan remaja, akan berhadapan dengan nilai religi, nilai spiritual dan nilai-nilai kemasyarakatan.   

Maka meskipun valuasi industri begitu gencar dan masif dalam membentuk budaya pesta kasih sayang, menularkan virus merah jambu, seks bebas dan semua aktivitas yang terhubung dengan valentine dan kelekatannya dengan industri, baik secara sengaja maupun tanpa sengaja di kalangan remaja, nilai religi, nilai spiritual dan nilai-nilai kemasyarakatan masih dan akan terus menjadi benteng penangkal sampai titik darah penghabisan.

Terbukti dari sisi religi, hari valentine difatwa haram secara tertulis dan tertuang dalam Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) No. 3 Tahun 2017. Seperti dikutip dari republika.co.id, Sekretaris Jenderal (SekJen) MUI, Amirsyah Tambunan menyatakan valentine hukumnya haram dalam Islam. Dari sisi spiritual dan nilai kemasyarakatan, terbukti banyak lembaga, institusi atau kelompok, juga aparat pemerintah melakukan edukasi bahkan razia menjelang perayaan valentine terkait perayaan yang disalah arti.

Meskipun demikian, fakta lain terkait peningkatan penjualan produk-produk industri yang identik dengan valentine juga tidak terbantahkan. Seringkali informasi daring menayangkan berita tentang hasil penjualan produk coklat, bunga, kondom, minuman beralkohol, reservasi hotel, produk bernuansa merah jambu dan berbagai produk yang berafiliasi dengannya, meroket selama jelang dan masa-masa valentine.

Pada akhirnya, momen valentine akan menjadi gambaran peradaban manusia dalam pertarungan antara industri (komersialisasi) dan nilai-nilai positif yang harus tetap terjaga. Tapi semoga suatu hari kelak, segera tercipta titik temu yang win win solution. Sebab seharusnya antara valuasi industri dan nilai-nilai positif bisa berjalan beriringan antara menjaga stabilitas roda perekonomian dengan segenap aktivitas menumbuhkan kasih sayang lewat cara positif.

Salah satu cara positif yang bisa dilakukan misalnya dengan 'Menolak lupa berkasih sayang'. Bahwa hari valentine yang diperingati setiap tanggal 14 Februari hanya sekadar pengingat untuk berkasih sayang, yang semestinya diimplementasikan setiap saat. Dan menolak berkasih sayang lewat aktivitas negatif, dengan cara membeli dan memberi produk cokelat penolakan seperti pada gambar artikel ini sehingga valuasi industri tetap memutar roda ekonomi, dan sekaligus menumbuhkan kasih sayang tanpa aktivitas negatif (pelepasan virginitas atau seks bebas).

Semua tinggal bagaimana kemampuan kita mengelola keduanya menjadi kesatuan utuh yang saling menguntungkan dan masing-masing menciptakan nilai positif. Di satu pihak tidak lagi di bawah pengaruh stigma budaya valentine, dan di pihak lain tetap ikut membantu jalannya perekonomian tanpa didompleng kapitalisme dan segenap unsur yang berniat membudayakan aktivitas negatif di momen valentine. Mampukah?

Referensi,

Novia, Dyah Ratna Meta. 2015. "Valentine Dianggap Identik dengan Remaja yang Lepas Keperawanan", https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/02/10/njjxwb-valentine-dianggap-identik-dengan-remaja-yang-lepas-keperawanan, diakses pada tanggal 11 Februari 2023 pukul 15.31

Vizki, Havid Al. 2022. "MUI: Hari Valentine Hukumnya Haram", https://www.republika.co.id/berita/r7ag5i418/mui-hari-valentine-hukumnya-haram, diakses pada 11 Februari 2022 pukul  15.57

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun