Sekelumit cerita yang masih saya ingat dari arsitek muda satu ini adalah tentang bekal keberanian. Keberanian yang dimaksud bukan jenis keberanian seperti yang digaungkan Wiji Thukul dalam mencari kebenaran dengan menentang pemerintah dan para penguasa. Yakni jenis keberanian yang diungkap lewat aktivitas perlawanan. Seperti terekam pada sebaris kalimat dalam salah satu puisinya yang popular, "Maka hanya ada satu kata: Lawan!"
Juga tidak sama dengan tipe keberanian Arief Rahman Hakim yang menerobos pagar betis istana dan berujung tembusan peluru, yang kemudian disambut tigak anak kecil ikut berduka dengan datang ke Salemba membawakan pita hitam pada karangan bunga seperti yang termaktub dalam puisi 'Karangan Bunga' karya Taufik Ismail untuk mewakili rakyat yang berduka. Lantas keberanian macam apa yang mengantarkan arsitek muda ini mendunia?
Satu  jenis, tipe atau macam keberanian ini pernah dibukukan oleh seorang formulapreneur (motivator profesi) keturunan Malaysia-Tionghoa, Billi P.S. Lim pada tahun 1996an. Buku itu berjudul "Berani Gagal".
Jenis keberanian ini yang membuat Soiciro Honda tidak menyerah pada nasib meskipun dua kali pabrik yang dibangunnya terbakar. Keberanian dengan tipe berani gagal yang membawa Abraham Lincoln menjadi salah satu Presiden tersukses dalam sejarah Amerika setelah 20 tahun mengalami kegagalan demi kegagalan. Macam keberanian yang pada akhirnya mengantarkan Thomas Alva Edison mampu menyempurnakan bola lampu temuannya seusai 1000 kali kegagalannya.
Begitupun jenis, tipe atau macam keberanian yang menempatkan Muhammad Egha menjadi salah satu arsitek muda sukses dan mendunia. Keberanian dalam konteks berani gagal, berani ambil risiko, berani ambil keputusan dalam menentukan pilihan untuk kesuksesan adalah berani sukses. Suatu jenis, tipe atau macam  keberanian yang pasti dimiliki oleh orang-orang suskes dalam bidang apapun. Tapi dari mana keberanian itu datang?
Setiap orang memiliki jenis, tipe atau macam keberaniannya masing-masing, dan mendapatkan keberaniannya dari latar belakang yang berbeda. Terkait dari mana asal berani sukses yang dimiliki oleh sosok Egha, ada sekelumit cerita keberanian yang pernah saya tangkap ketika arsitek muda ini duduk di bangku kuliah.
Jika tidak keliru mendengar, bekal keberanian yang Egha punya, salah satunya berasal dari masa remajanya saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah. Saat itu katanya, ia termasuk salah satu murid yang bandel, suka ikut tawuran pelajar dan diakuinya pernah tidak naik kelas. Tetapi diakuinya juga bahwa pada masa-masa itulah, mental keberaniannya justru terbentuk dan terbawa pada nilai-nilai keberanian yang positif. Terutama dalam membentuk dirinya sampai menjadi orang yang berani sukses.
Lalu berani sukses sudah ditunjukkan Egha ketika membuka usaha 'kebab saos mangga' di depan Kampus Syahdan Universitas Bina Nusantara tempat dirinya menimba ilmu arsitektur. Ketika itu usaha kebab saos mangga miliknya sudah mulai digandrungi mahasiswa, dan kabarnya sempat buka cabang kedua di Kampus Binus Anggrek. Entah mengapa kemudian usaha itu terhenti. Kesibukan tugas kuliah sepertinya menjadi alasan kuat.
Di organisasi kemahasiswaan, meskipun tanpa pengalaman sebelumnya, Egha membuktikan keberaniannya dengan mengajukan diri untuk ikut pemilihan ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur (Himars). Keberaniannya terbukti berhasil, dia terpilih sebagai ketua Himars.Â
Di bawah kepemimpinan dan keberaniannya, banyak program baru di jalankan. Termasuk lahirnya AGF (Architecture Grand Festival) yang merupakan proyek besar Himars yang telah mendapatkan pengakuan global. Selanjutnya, dari generasi ke generasi berikutnya, AGF dan kegiatan-kegiatan Himars lainnya terus mengalami perkembangan hingga membawa mahasiwa arsitektur Binus jauh lebih dikenal dan jauh lebih mudah diterima di dunia arsitektur.
Pada tahun 2013, setahun setelah kelulusannya, Egha merealisasikan 'berani suksesnya' dengan memilih mengambil keputusan menjalankan usaha sendiri ketimbang bekerja pada perusahaan orang lain. Daripada mengajukan lamaran kerja ke salah satu perusahaan incarannya dengan portofolio yang sudah dipersiapkan, ia lebih memilih membuka usaha bersama dua teman satu almamaternya, Sunjaya Askaria dan Hezby Ryandi.
Bekal berani sukses akhirnya melahirkan Delution, yang memiliki filosofi 'Design Revolution'. Berangkat dari gagasan bahwa desain yang akan mereka buat adalah desain revolusioner. Dan dengan modal awal Rp 30 juta, Delution didirikan dan berkantor di sebuah kamar kos dekat kampus tempat mereka berkuliah.
Lewat keberanian dan Delution, Egha dan teman-temanya berhasil membangun image arsitektur Indonesia mendunia dengan desain-desain ikonik seperti Splow House dan The Twins yang menyabet penghargaan Architizer A+ Award, New York di tahun 2017 dan Architizer Award 2020, New York untuk kategori Small Architecture + Small Living by People Choice. Dua hunian di lahan sempit yang mendapatkan penghargaan dunia itu sempat menghebohkan publik. Â
Tidak hanya sebatas pada dua penghargaan untuk dua hunian ikonik itu, Delution juga pernah meraih penghargaan Best Design of the Year for Corporate Small Space di Hongkong dan Spesial Mention German Design Award yang diadakan German Design Council di Frankfurt di tahun 2016, Flick House di Spanyol untuk kategori Green Architecture, serta beberapa penghargaan lainnya.
Dengan visi dan misi yang jelas, Delution semakin bertumbuh dan berkembang. Proyek-proyek yang dikerjakan mulai dari rumah tinggal, kantor, perumahan dan lainnya mengalir tak henti. Kliennya datang dari berbagai kalangan, mulai dari individu, perusahaan swasta, startup, multinasional dan masih banyak lagi. Delution juga sukses mendirikan 4 anak perusahaan di bawah benderanya.
CRI yang berdiri tahun 2014, bergerak di bidang konstruksi dan interior dengan nama legalitas awal PT. Konstruksi Revolusi Indonesia. Tahun 2016 anak usaha Delution ini mengusung nama baru 'Delution Build' dengan slogan 'Definitely Accurate'.
Tahun 2016, anak usaha Delution yang bergerak di bidang furniture berdiri dengan memperkenalkan brand Onel Indonesia dengan nama PT. Mebel Revolusi Indonesia. Dari gambar-gambar produk yang beredar daring, produk-produk furniture yang ditawarkan Onel Indonesia tampak selaras dengan konsep ikoniknya.Â
Di tahun 2018 Vortiland yang kemudian lebih diperkenalkan sebagai Delution Land didirikan, anak usaha Delution ini bergerak sebagai Developer Property dengan sebuah misi untuk membawa peradaban Indonesia menuju lebih baik lewat proyek-proyek developer dengan keikonikan produknya.
Sebagai bukti bahwa Delution serius dan selalu fokus pada visi, misi, konsep dan semangat new paradigm-nya, proyek perumahan pertama yang diluncurkan oleh Delution Land, Linaya Community Living, sukses meraih penghargaan untuk kategori small Architecture di ajang Architecture MasterPrize.
Namun, kesuksesan yang di raih Egha bukan tanpa kendala. Ia bersama teman-teman dan Delution pernah mengalami jatuh bangun. Beraneka tipe klien pernah dirasakan. Dikutip dari kompas.com, salah satu kendala yang pernah dialaminya adalah ketika sutradara sekaligus komika Ernest Prakasa mengungkapkan kekecewaan atas hasil kerja kontraktor The Delution Company, yakni Contractor Revolution Indonesia (CRI).
Egha selaku CEO Delution Company, dengan jiwa besar meminta maaf dan mengklarifikasi permasalahan yang terjadi. Ia mengakui, apa yang disampaikan Ernest dan Meira (istri Ernest) merupakan fakta dalam pekerjaan jasa kontraktornya. Terkait masalah tersebut, Egha sudah mencoba bertanggung jawab dan berjanji untuk menyempurnakan pada masa pemeliharaan. Kabar akhir dari masalah ini, juga mengutip kompas.com, Ernest memutus kontrak pada saat masa pemeliharaan.
Kendala itu menjadi salah satu contoh permasalahan yang berhubungan dengan klien. Tapi Egha menghadapinya dengan tanggung jawab. Tidak menghilang atau kabur begitu saja. Terlebih, profesionalisme dan brandnya, dibangun dengan bekal keberanian, berani sukses. Suatu sikap yang siap menanggung risiko atas kegagalan, dan menunjukkan kesiapan untuk bertanggung jawab atas kekeliruan atau kesalahan dari pekerjaan yang dihasilkan.
Rugi atau laba sudah biasa dialaminya. Sekarang, menurut berita daring, omset Delution sudah mencapai Rp 20 milyar -- Rp 100 milyar per tahun. Sekelumit cerita keberanian itu akhirnya terbukti mengantarkan seorang Muhammad Egha menjadi arsitek muda yang mendunia lewat keberanian dengan Delutionnya.
Sekelumit cerita tentang keberanian yang juga mengingatkan pada senyum dan keceriaan seorang Raisa Diba ketika terakhir kali bertemu dengan membawa dan menitipkan beberapa lembar undangan pernikahan. Ingatan terakhir dengan ucapan permohonan maaf dari saya, tidak bisa hadir di acara pernikahannya dengan Muhammad Egha karena di tanggal yang sama, saya akan berada di Malang-Jawa Timur untuk satu urusan.
Akhirnya, menutup sekelumit cerita tentang berani sukses dari Muhammad Egha, kelak bekal keberanian ini pula yang akan menyelesaikan semua kendala yang datang padanya dan akan membuat Delution mampu menjalankan dan meraih visi dan misinya. Teruslah berkarya dan menginspirasi! Â Â
Referensi
Bahfein, Suhaiela. 2021. "Ernest Kecewa dengan Hasil Renovasi Rumahnya, Ini Tanggapan Delution", https://www.kompas.com/properti/read/2021/08/04/200000421/ernest-kecewa-dengan-hasil-renovasi-rumahnya-ini-tanggapan-delution?page=all, diakses pada tanggal 9 Februari 2023 pukul 17.26
https://delution.co.id/id/tentang/profil
Muhammad Egha. Wikipedia. Eknsiklopedia Gratis. 2023. Web. 9 Februari 2023, https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Egha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H