Bergabung 03 Januari 2023. Hilda Ayu Putri Nadifa seorang mahasiswa yang pada profilnya memasang foto berhijab dengan mengumbar senyum menawan di wajahnya, dan tagline 'Hai, aku seorang mahasiswa yang gabut. Â Suka menulis, kalau menyukaimu tentu tidak mungkin'. Apa yang patut dipelajari dari kompasianer ini?
Barangkali bukan belajar menulis tapi lebih tepatnya menjadikan kompasianer yang satu ini sebagai sumber inspirasi atau motivasi untuk tidak berhenti atau terus menulis. Apa yang patut dijadikan sumber inspirasi atau motivasi darinya adalah semangatnya dalam menulis. Apa saja ditulisnya, idenya seperti tak habis-habis.
Materi bahasannya ringan sehingga mudah dicerna. Ada masalah yang diungkapkan berikut pemecahan dalam setiap tulisannya. Untuk memahami maksud dan tujuan penulisannya tidak perlu mengolah daya pikir ke tingkat analisa. Cukup sekali baca, tulisannya bisa dipahami oleh para pembacanya. Â Â
'Tulis saja dulu! Pokoknya tulis!" Kalimat perintah semacam ini sudah sering didengar oleh orang-orang yang punya keinginan menulis tapi tidak ada aksinya. Cuma omong di mulut atau niat di hati saja tapi belum ada satu pun tulisan yang diwujudkan. Padahal kalimat perintah semacam itu benar untuk memulai. Â
Ingat! Satu kali kita menulis sampai tuntas maka selanjutnya akan ketagihan untuk menulis lagi dan lagi. Tampaknya hal itu terjadi pada kompasianer muda ini. Bayangkan! Sejak tulisan pertamanya, ia sudah menayangkan 92 buah tulisan dan levelnya sudah bukan Debutan. Ia raih itu hanya dalam kurun waktu 15 hari atau sekira 2 minggu (ketika tulisan ini dibuat).
Dalam sehari ia dapat menayangkan empat hingga sembilan tulisan. Tulisan-tulisannya tidak pendek, dan berisi. Juga bukan dalam bentuk puisi. Diperkirakan, ia akan mencapai tulisan ke 100 pada tanggal 19 Januari 2023 dan levelnya akan beralih dari Junior ke Taruna hanya dalam waktu kurang dari sepekan lagi.
Ia menulis saja. Seperti tak peduli dengan ramai atau sepinya pembaca, rendah atau tingginya angka penilaian apalagi komentar. Toh tak disangka-sangka, dua artikelnya masuk kategori artikel utama. Apakah seharusnya menulis seperti ini? Mengalir saja dan acuh dengan sepinya pembaca.
9 tulisan dalam sehari. Waw! Amazing. Namun ketika secara iseng melakukan klik demi klik ke kompasianer lainnya, ternyata ada yang mampu menayangkan 18 tulisan dalam sehari. Jika merujuk pemenuhan syarat dari Kompasiana yang membolehkan tayangan satu tulisan ke tulisan berikutnya berjarak waktu minimal satu jam, artinya kompasianer ini menyisakan waktu 4 jam dalam sehari untuk waktu bebasnya.
18 tulisan sehari. Luar biasa. Berkaca pada diri sendiri yang mulai menantang literasi dengan keinginan menulis dengan menempelkan idealisme. Baik dari sisi penggunaan EYD (yang belum tentu  baik dan benarnya), referensi atau catatan kaki dan pengolahan data serta pikir yang membutuhkan waktu cukup lama hanya untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Sehingga hanya mampu menayangkan tulisan maksimal 2 tulisan sehari. Itu pun untuk tulisan yang sudah melalui proses pengolahan, pemeriksaan, revisi, penyempurnaan dan penyimpanan.Â
Belajar dari semangat kompasianer Hilda Ayu Putri Nadifa yang masih berusia  sekira 18-20 tahunan, rasanya ingin menulis saja tanpa memedulikan jumlah pembaca, penilaian atau pencapaian sebab tujuan awalnya memang bukan itu.
Namun bila harus mengorbankan waktu atau menjadikan aktivitas lain yang seharusnya prioritas menjadi terbengkalai untuk dunia kepenulisan, juga bukan perbuatan bijaksana. Pilihan lain memang ada. Hanya saja setali tiga uang dengan ketidakbijaksanaan tadi, ada yang akan dikorbankan.