Apa ada yang pernah menganggap bahwa barbeque adalah keripik kentang? Lucunya, otak saya tersegel akan pengetahuan ini, awalnya saya menganggap barbeque adalah keripik kentang. 'Segel otak' ini merujuk pada produk kemasan keripik kentang, yang bagi saya kerap menempatkan kata barbeque (BBQ) di setiap bungkus produk yang dijual di berbagai supermarket, minimarket, toko dan warung-warung.
Segel otak juga kemungkinan besar terjadi karena keluarga besar saya tidak menempatkan penyebutan barbeque sebagai aktivitas makan makanan panggang di malam pergantian tahun atau acara makan lainnya. Namun kepastiannya, otak ini perlu dibukakan segelnya untuk mengeluarkan keripik kentang dari barbeque. Â
Segel yang saya buka pertama kali adalah menggali informasi dan pengetahuan terkait kentang. Bahwa kentang adalah tanaman umbi-umbian yang menjadi bahan makanan pokok di beberapa negara. Kentang ternyata merupakan bahan makanan yang ketika diolah dengan baik, bisa menjadi makanan siap jual yang berpotensi memberi keuntungan.
Makanan berbahan kentang yang sudah terbukti laris di pasaran antara lain; keripik kentang (potato chips), french fries, curly fries, perkedel, kentang mustofa dan varian makanan berbahan dasar kentang lainnya. French fries bahkan seperti sudah menjadi menu wajib hampir di seluruh restoran siap saji, dan produk keripik kentang telah terpampang di setiap rak supermarket dan minimarket. Dari sini kemudian segel terbuka bahwa barbeque (BBQ) yang dimaksud adalah keripik kentang panggang atau rasa daging panggang.Â
Baik. Informasi makanan berbahan dasar kentang sudah cukup membuka segelnya. Faktanya, barbeque bukan keripik kentang. Sungguh jauh panggang dari api. Itulah peribahasa yang rasanya tepat untuk mendeskripsikan anggapan saya terhadap barbeque. Tetapi fakta lainnya, makna barbeque tak jauh api dari panggang.
Sebab barbecue, barbeque, barbie, barabicu, barbacoa, barbecado, barbacu, borbecu, barbeku, barbekyu atau apa pun padanan dan asal katanya, justru mengarahkan pada kegiatan memanggang makanan (daging, ikan, dan sebagainya), yang tentunya tak terlepas dari api. Juga merujuk pada kegiatan pertemuan (pesta dan sebagainya) yang biasanya diadakan di luar ruangan dengan hidangan dipanggang di tempat berkumpul tersebut, yang lagi-lagi dekat dengan unsur api.
Akhir tahun, atau lebih tepatnya di malam pergantian tahun, aktivitas barbeku bagi sebagian besar orang yang menyambutnya seolah menjadi agenda wajib. Tanpa barbekuan di malam yang bakal dipenuhi cahaya kembang api, sambutan untuk hari pertama di awal tahun baru rasanya tidak lengkap. Lalu tahun ini hendak barbekuan apa dan bersama siapa?
Setelah pada akhirnya mengetahui bahwa barbeku adalah kegiatan memanggang, pastinya kegiatan tersebut sudah sering saya lakukan bersama teman-teman pada masanya. Panggang daging atau ikan menjadi alternatif penyajian dalam setiap acara kumpul-kumpul kami. Tapi saya dan teman-teman lebih sering memilih panggang ikan daripada daging.
Alasan memilih ikan antara lain karena harga lebih terjangkau, jumlah yang didapat atau dibeli bisa lebih banyak sehingga semua kebagian kenyang, mudah dicari dan ditemukan meskipun acara diadakan dadakan, lebih cepat matang, tidak diperlukan bumbu yang rumit, alat dan bahan panggangan cukup bekas tutup panci, penutup kipas angin dari kawat atau besi, daun pisang dan arang batok kelapa yang gampang dicari pada masa itu.
Jauh ke masa selanjutnya, barbeku sudah sangat jarang kami lakukan bahkan nyaris hilang. Kami sudah punya kehidupan sendiri-sendiri. Sangat sulit mendapatkan lagi kebersamaan terutama yang berkaitan dengan waktu. Semua sudah berkeluarga. Libur pergantian tahun apalagi di malam tahun baru, semua teman lebih memilih kumpul bersama keluarganya. Begitupun saya.