Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asingo'

5 Desember 2022   15:03 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:14 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada tahun 1920, seorang polisi Detroit bernama William Potts membuat sinyal lampu lalu lintas yang terdiri dari tiga warna sebagai penanda berhenti, hati-hati dan jalan. Maksud dan tujuan pembuatan lampu lalu lintas antara lain adalah untuk mengatur pergerakan kendaraan dan mengurangi kecelakaan yang terjadi akibat rem mendadak, terutama di tiap persimpangan jalan. 

Suatu waktu di pertigaan lampu lalu lintas saya mengalami kejadian menjengkelkan.  Ketika itu lampu lalu lintas di jalur saya menyala hijau. Artinya posisi kendaraan motor yang saya kendarai mendapat giliran jalan.

Tetapi belum lama menarik gas dan hendak melintasi pertigaan lampu lalu lintas itu, dari jalur lain sebuah motor menerobos tiba-tiba. Saya terkejut dan refleks menginjak pedal dan menarik tuas rem. Terlambat sedikit saja rasanya motor saya akan menabrak sempurna.

Pengendara dan motor penerobos lampu merah itu selamat. Sedang saya nyaris terjerembab di aspal akibat terlalu kuat mengerem. Bukannya menerima permohonan maaf, saya malah dibuat terkejut untuk kedua kalinya karena tiba-tiba penerobos itu meluapkan amarah, menunjuk-nunjuk muka saya. Mencaci maki dengan kata-kata kasar. Saya mematung dan menghela napas. Diam. Tak mau berpanjang urusan. Tak habis pikir. Kok yang salah malah marah dan ngotot pula.  

Kejadian yang saya alami ternyata pernah juga dialami oleh beberapa teman. Ada yang bilang bahwa reaksi penerobos adalah hal yang biasa terjadi di jalan. Sebuah strategi untuk memengaruhi psikologis orang atas kuasa. Melakukan gertak atau marah lebih dahulu sebelum orang yang menjadi seteru konflik melakukannya.

Strategi yang secara psikologis akan menempatkan gertak atau amarah (emosi) yang diluapkan lebih dulu menjadikan seseorang berada di atas angin atau memiliki kuasa atas konflik yang terjadi. Apakah berhasil?

Pastinya, seorang William Potts akan kecewa dengan para penerobos lampu merah seperti itu sebab sinyal lampu berwarna merah diperuntukkan untuk berhenti. Lain waktu, saya menyaksikan kejadian yang sama seperti kejadian yang saya alami di satu persimpangan lampu lalu lintas.

Saya melihat sang penerobos lampu lalu lintas sinyal berhenti meluapkan amarah pada pengendara yang hampir terjatuh akibat ngerem mendadak untuk menghindari tabrakan. Rupanya sang penerobos sedang berupaya menjalankan strategi kuasa. Tapi lacur, dia bertemu lawan konflik yang tak bisa dipengaruhi. Keributan tak terelakkan. Strategi kuasa tak berhasil dilasanakan. Saya berlalu dari sana. Entah apa cerita akhirnya.  

Di lain kesempatan saya mendengar keluh kesah seorang teman tentang perilaku geng motor yang semakin meresahkan. Ia berkeluh kesah bukan tanpa alasan. Salah satu kerabat dekatnya mendapat luka jahitan di kepala setelah dibacok anggota geng motor di tepi jalan saat hendak pergi ke warung. Keluhnya, tak ada satu pun alasan atau kesalahan yang bisa menjelaskan mengapa itu dilakukan pada kerabatnya.

Di berbagai portal berita daring, peristiwa serupa ternyata banyak terjadi. Kasus-kasus geng motor melakukan vandalisme atau menyerang orang tanpa alasan ikut memenuhi kolom berita. 

Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya (terutama Klaten dan Magelang) terjadi fenomena kejahatan jalanan yang disebut klitih atau yang memiliki kepanjangan kliling golek getih (keliling cari darah). Suatu perilaku buruk yang identik dengan apa yang dilakukan oleh geng motor. Mengapa mereka melakukan perusakan atau penyerangan bahkan tanpa kausa?   

Merangkum pendapat Satiti Shakuntala, pengamat sosial: dosen sosiologi FISIP UIN Jakarta, secara psikologis, mereka berada dalam fase mencari jati diri. Sementara itu secara sosiologis geng motor dianggap sebagai kelompok sosial yang menyediakan tempat bagi mereka untuk mencari jati diri tersebut.

Lebih lanjut, perilaku yang mereka lakukan didasarkan pada keyakinan bersama (collective belief) atas dorongan kebutuhan aktualisasi diri yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kebutuhan lainnya yaitu penghargaan. Apakah perilaku mereka bagian dari strategi kuasa atas kelompok rival atau geng motor lainnya?

Strategi kuasa ternyata diterapkan juga oleh sebagian besar orang yang memiliki utang. Pernyataan ini didasari oleh berbagai kesamaan cerita dari orang-orang yang memiliki pengalaman sama ketika menagih utang. Disemprot, diumpat, dimaki, dimarahi dan selaksa caci diterima bahkan sebelum sempat mengucap sepatah kata atau mengetuk pintu.

Psikolog dari Pion Clinician, Astrid WEN , mengungkapkan secara psikologis, mereka yang berutang cenderung lebih galak saat ditagih karena merasa terancam. Sikap galak yang ditunjukkan merupakan defense dari orang yang berutang untuk melindungi dirinya.

Sikap defensif merupakan sikap yang seringkali diandalkan oleh manusia untuk melindungi diri sekalipun berada di pihak yang salah. Dalam hal utang-piutang, diandalkan oleh pihak berutang yang seharusnya bertanggung jawab atas pembayaran utang sesuai dengan kesepakatan awalnya.

Tujuan menerapkan sikap defensif atau mempertahankan diri, bisa dilakukan karena perasaan terancam, tertekan, tidak ingin direndahkan, tidak mau dipermalukan atau bagian dari strategi kuasa untuk menghindari pembayaran agar minimal terjadi penundaan waktu.   

Luapan amarah atau salah tapi ngototnya penorobos lampu lalu lintas dalam kondisi sinyal lampu berwarna merah merupakan sikap dan perilaku buruk ganda. Sikap tidak mau mengalah yang diterapkan atas dasar arogansi yang ditunjukkan, bisa merupakan bagian dari strategi kuasa untuk menghindari rasa malu, bersalah atau mungkin ganti rugi yang bisa saja timbul--atau arogansi murni yang ingin ditunjukkan pada orang lain atas dirinya yang yakin kebal hukum karena kedudukan atau jabatannya, yakin orang takut karena fisik besarnya atau memiliki ilmu bela diri, atau alasan lain.  

Pelaku vandalisme atau penyerangan terhadap orang-orang bahkan tanpa motif adalah aksi salah, yang menunjukkan kekerasan hati dan arogansi yang diterapkan untuk beraktualisasi diri pada strategi kuasa guna meraih penghargaan atau pengakuan, terutama dari para rival.

Reaksi lebih galak para pengutang pada penagih utang adalah perbuatan keliru, yang mengindikasikan bahwa sikap defensif atau strategi kuasa yang diterapkannya berangkat dari arogansi ngotot.

Arogansi adalah kesombongan atau keangkuhan. Sebuah sifat yang melekat pada ego manusia, dan mencuat keluar menjadi permanen atau temporal tergantung bagaimana penempaan karakter, watak, lingkungan dan pendidikan serta kondisi atau situasi yang tengah dihadapi.   

Ngotot; tidak mau mengalah; berkeras hati; bersikeras merupakan sikap yang menguatkan sifat sombong tadi dan sekaligus melahirkan sikap defensif dalam menyikapi, merespon atau melatarbelakangi suatu kejadian.  

Asingo atau arogansi ngotot adalah fenomena atas munculnya sikap atau perilaku yang ditunjukkan dengan cara tidak semestinya ketika menyikapi, merespon atau melatarbelakangi suatu kejadian. Asingo menggambarkan seseorang sedang dalam kondisi layaknya seekor singa lapar.  

Sikap, respon atau latar belakang yang menunjukkan kecenderungan penggunaan kesombongan atau keangkuhan yang ngotot dalam upaya seseorang atau sekelompok orang yang hendak menampilkan kedudukan, kekuatan, identitas atau aktualisasi diri pada suatu kejadian meskipun berada di pihak yang keliru atau salah.

Tetapi sikap, respon atau latar belakang dengan penerapan arogansi ngotot bisa juga merupakan sikap defensif atau strategi kuasa agar dapat menghindari tanggung jawab, rasa malu, tertekan, keliru, salah, kalah-- meraih penghargaan atau pengakuan atas suatu kejadian.

Fenomena asingo tidak hanya terjadi pada kasus pelanggaran lalu lintas di jalan, kasus kriminal oleh oknum geng motor atau pelaku klitih. Tidak terbatas pada oknum pengutang yang ditagih lebih galak dari yang memberi utang. Fenomena asingo juga menyasar para elite.

Kita sering menyaksikan fenomena asingo di kalangan elite pada suatu debat atau diskusi tak berujung. Fenomena asingo muncul ketika seorang elite mempertahankan pendapat atau tengah menerapkan strategi kuasa atas lawan debat atau diskusinya dengan emosi meledak-ledak, ngotot meskipun data atau fakta yang ditunjukkan dalam debat atau diskusi tidak valid atau cenderung hoaks.

Selain fenomena di atas, adakah fenomena asingo lain yang pernah kita saksikan atau alami?    

Referensi

Dewi, Retia Kartika. 2020. "Kenapa Orang yang "Ngutang" Galak Saat Ditagih? Ini Penjelasan Psikologisnya", https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/22/073500465/kenapa-orang-yang-ngutang-galak-saat-ditagih-ini-penjelasan-psikologisnya?page=all, diakses pada 5 Desember 2022 pukul 12.00

Kamus. 2022. Pada KBBI Daring. Diakses pada tanggal 5 Desember 2022, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/arogansi

Kamus. 2022. Pada KBBI Daring. Diakses pada tanggal 5 Desember 2022, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ngotot

Klitih. Wikipedia. Eknsiklopedia Gratis. 2022. Web. 3 Desember 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Klitih

Maharani, Dewi. 2021. "Arti Warna Lampu Lalu Lintas dan Peraturannya di Indonesia", https://cintamobil.com/pengemudian/warna-lampu-lalu-lintas-aid15994, diakses pada tanggal 3 Desember 2022 pukul 15.16

Subagja, Indra. 2017. "Menyelami para Remaja Bergabung dengan Geng Motor", https://kumparan.com/kumparannews/menyelami-alasan-para-remaja-bergabung-dengan-geng-motor/full, diakses pada tanggal 3 Desember 2022 pukul 15.27

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun