Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Populasi 8 Miliar Manusia, Andai Metaverse Bukan Sekadar Ilusi Digital Magnetis

19 November 2022   15:47 Diperbarui: 19 November 2022   16:00 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penduduk dunia per Selasa, 15 November 2022 mencapai 8 miliar manusia, demikian proyeksi laporan berjudul Prospek Populasi Dunia 2022 yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Pertumbuhan populasi dunia adalah kisah sukses yang luar biasa", kata Sara Hertog, seorang pakar populasi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tetapi keberhasilan ini harus dibayar mahal. Laporan terbaru PBB pada pertumbuhan penduduk sebagai salah satu sumber utama peningkatan gas emisi rumah kaca dan perusakan ekologi.

"Hilangnya keaneka ragaman hayati, perubahan iklim, polusi, penggundulan hutan, kekurangan air dan makanan---ini semua diperparah oleh jumlah penduduk yang besar dan terus meningkat", kata LSM Population Matters yang berbasis di Inggris. Gaya hidup dengan konsumsi berlebihan akan menjadi masalah besar bagi iklim dan lingkungan.

Dengan semua permasalahan ketersediaan sumber daya bumi dalam memberi penghidupan kepada 8 miliar manusia untuk bertahan hidup, apakah kita masih akan bertahan dengan cara hidup yang sama seperti sekarang? Bagaimana bumi meregenerasi sumber daya hayatinya (flora, fauna, air bersih dan tanah) jika kita terus merusak ekologi sistemnya? Apakah kemajuan teknologi mampu menyelesaikan semua permasalahan bumi kita?

Permasalahan tentang pertambahan populasi ini dikemukakan oleh Thomas Malthus (1978). Selain pertambahan populasi, berkembangnya penggunaan teknologi untuk pemenuhan kebutuhan manusia juga memperparah kerusakan lingkungan yang terjadi. Manusia dengan teknologinya cenderung eksploitatif dengan mengambil sumber daya secara berlebihan.

Jika teknologi cenderung turut memperparah kerusakan lingkungan, sepertinya kita tidak bisa berharap lebih pada kontribusi kemampuan teknologi dalam upaya menanggulangi kerusakan yang terjadi. Tetapi dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, kita masih bisa sedikit berharap pada teknologi ini. Oleh karena yang bertanggung jawab atas sebagian besar kerusakan lingkungan dari akibat konsumsi sumber daya yang berlebihan adalah perilaku.

Sylvia Lorek, profesor ekonomi konsumen di Universitas Helsinski dan ketua Sustainable Europe Research Institute di Jerman dan peneliti lain melakukan riset. Para peneliti fokus pada tiga bidang yang bertanggung jawab atas sebagian besar emisi dan konsumsi sumber daya kita: cara kita makan, cara kita hidup dan cara kita bergerak. Tiga bidang tersebut tidak lain adalah perilaku makan, hidup dan bergerak. Tapi bagaimana cara teknologi informasi memberikan kontribusi terhadap permasalahan lingkungan dan sumber daya? Sejauh mana teknologi informasi berbasis digital ini dapat membantu?

Harapan itu datang dari metaverse atau dunia vitual. Metaverse merupakan versi teranyar dari dari virtual reality (VR) tanpa komputer.  Pengguna teknologi dapat memasuki dunia virtual menggunakan perangkat berupa headset atau kaca mata berbasis augmented reality (AR) maupun VR. Dan sarung tangan berteknologi heptic.  

Di metaverse, pengguna bisa melakukan aktivitas apa saja seperti berkumpul, mengadakan rapat, bekerja, bermain, mengadakan acara, mengikuti konser, olahraga, belanja daring, berjualan, belajar, membeli lahan atau properti, dan berbagai aktivitas lainnya.

Bayangkan! 8 miliar manusia melakukan semua aktivitas itu tanpa memikirkan cara mereka makan, cara mereka hidup dan cara mereka bergerak. Tentunya, bumi tidak perlu mencemaskan kerusakan ekologi dan ketersediaan sumber dayanya lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.  

Imajinasi itu memang terdengar fantastis dan bombastis. Terlebih ketika sebuah kasus yang menghebohkan datang dari metaverse dan menjadi sebuah petunjuk sekaligus pembuktian bahwa bayangan tersebut ternyata hanya ilusi digital magnetis. 

Kasus seorang perempuan asal London, Inggris, yang membuat pengakuan cukup mengejutkan. Perempuan bernama Nina Jane Patel (43) ini mengaku menjadi korban pelecehan seksual ketika berada di Horizon Venues, metaverse buatan Meta.

Patel mengungkapkan pengalamannya ini melalui sebuah postingan blog. Ia mengaku telah mengalami kekerasan seksual secara verbal dan diperkosa secara virtual. Meski terjadi secara virtual, oleh Patel, pengalamannya itu dideskripsikan sebagai "mimpi buruk yang nyata'.   

Deskripsi Patel akan pengalamannya menunjukkan bagaimana fenomena ilusi digital magnetis bisa bekerja pada setiap interaksi apa pun di dunia internet. Terutama pada metaverse, sebab semua aktivitas atau interaksi yang terjadi di dalamnya berbentuk virtual.

Dengan demikian, imajinasi tentang cara makan, cari hidup dan cara bergerak yang diharapkan tidak perlu dipikirkan lagi, itu pun hanya ilusi digital magnetis belaka. Tetapi kita harus optimis bahwa teknologi informasi berbasis digital ini, yang meskipun hanya sedikit memberikan harapan, tetap mampu menghadirkan solusi untuk memecahkan masalah peningkatan emisi, iklim dan kerusakan lingkungan, ketersediaan sumber daya dan masalah bumi lainnya.

Salah satu manfaat yang bisa digerakkan di metaverse untuk berkontribusi dalam menjaga, memperbaiki dan melestarikan lingkungan adalah dengan memanfaatkan metaverse sebagai media pembelajaran immersive tentang emisi, kerusakan lingkungan, pelestarian lingkungan dan masalah-masalah bumi yang terkait dengan pertumbuhan populasi manusia di dunia.

Didirikan dalam ilmu perilaku dan kognitif, pembelajaran immersive dengan VR menyediakan alat yang mudah diingat yang mampu mempercepat pemahaman pengetahuan para pembelajar lingkungan melalui pelatihan yang imersif.

Pembelajaran Immersive adalah metodologi pelatihan pengalaman yang menggunakan virtual reality (VR) untuk mensimulasikan skenario dunia nyata dan melatih para pembelajar dalam pelatihan yang imersif dan aman. Ini menggabungkan rasa kehadiran VR dengan teori pembelajaran lanjutan, ilmu data, dan desain spasial untuk meningkatkan efektivitas dan keterlibatan pengguna.   

Ada sebuah kabar baik datang dari pelaku industri terkait topik penyelamatan bumi dan lingkungannya. General Manager Gods Flame Digital Co., Ltd. (GFD), Lin Zhifan menyampaikan pihaknya sangat antusias untuk menjadi mitra strategis dengan Ding Chen Carbon Asset Management Co., Ltd, dan menjadi bagian dari perlindungan bumi.

Gods Flame Digital juga mengatakan bahwa di masa depan, berdasarkan rantai publik hak karbon, dunia metaverse perlindungan lingkungan baru akan dibuat. Metaverse perlindungan lingkungan mencakup kegiatan kesejahteraan masyarakat, ekologi komunitas, manajemen aset NFT, sponsor dan struktur pengguna.

Untuk menyelamatkan bumi yang kini dihuni 8 miliar manusia, kabar baik tersebut diharapkan terwujud, berkembang secara signifikan dan niat serta kebaikannya menular pada semua pelaku industri.

Selanjutnya, metaverse sebagai media baru dalam berinteraksi sosial dapat terus mengembangkan inovasinya terutama dalam memberikan kontribusi terhadap penyelamatan bumi. Sehingga metaverse bukan hanya sekedar dunia internet yang dapat menghadirkan ruang virtual atau fenomena ilusi digital magnetis,  untuk semata-mata meraih keuntungan finansial.  

Referensi

Articles. 2022. "Mengenal Pembelajaran Immersive",  https://binus.ac.id/knowledge/2022/01/mengenal-pembelajaran-imersif/, diakses pada tanggal 19 November 2022 pukul ...

Burhan, Fahmi Ahmad. 2022. "Sederet Manfaat Metaverse untuk Bisnis, Penjualan Bisa Naik 600%", https://katadata.co.id/tiakomalasari/digital/62a3fa81ea48d/sederet-manfaat-metaverse-untuk-bisnis-penjualan-bisa-naik-600, diakses pada tanggal 19 November 2022 pukul ... 

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2021. "Perspektif Ekologi Manusia dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam", https://kkp.go.id/djprl/lpsplsorong/artikel/26012-perspektif-ekologi-manusia-dalam-pengelolaan-sumberdaya-alam, diakses pada tanggal 18 November 2022 pukul...

Kuebler, Martin. 2022. "Penduduk Bumi 8 Miliar, Kerusakan Ekologi Akan Makin Parah?", https://www.dw.com/id/penduduk-bumi-8-miliar-kerusakan-akan-ekologi-makin-parah/a-63761133, diakses pada tanggal 18 November 2022 pukul ...

Majid, Rofi Ali. 2022. "PBB: Jumlah Penduduk Dunia Hari ini Tembus 8 Miliar", https://www.kompas.tv/article/348696/pbb-jumlah-penduduk-dunia-hari-ini-tembus-8-miliar, diakses pada tanggal 18 November 2022 pukul ...

Puspa, Anitana Widya. 2022. "Mimpi Metaverse Emisi Karbon, Tunas Artha Pratama Gandeng Perusahaan Taiwan", https://teknologi.bisnis.com/read/20220302/84/1506101/mimpi-metaverse-emisi-karbon-tunas-artha-pratama-gandeng-perusahaan-taiwan, diakses pada tanggal 19 November 2022 pukul 14.58

Ramadhan, Maulana. 2022. "Perempuan Asal Inggris Mengaku Jadi Korban Pemerkosaan di Metaverse", https://www.kompas.com/wiken/read/2022/02/05/204000481/perempuan-asal-inggris-mengaku-jadi-korban-pemerkosaan-di-metaverse?page=all, diakses pada tanggal 19 November 2022 pukul ...

                        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun