Mohon tunggu...
Urip Sugeng
Urip Sugeng Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku Cinta Indonesia

Membaca dan membaca untuk meningkatkan fungsi dan menghormati titipan dari Pemberi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ketidakmampuan Membaca Quick Count

18 April 2019   04:59 Diperbarui: 18 April 2019   08:35 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi malam di dunia medsos sempat heboh dengan postingan hasil rekaman acara hitung cepat di metro tv dengan narasi seolah QC itu settingan belaka.Jika melihat status2nya selama ini, seharusnya dia mampu dan mengerti bagaimana statistik bekerja. Sama halnya dengan tayangan hasil QC itu yang ada masalah tehnis, seharusnya dia tanggapi dengan proporsional, tidak perlu curiga berlebihan.

Berlebihan yang saya maksudkan disini antara lain:

Pertama, kesalahan tehnis itu terjadi saat metro tv menayangkan hasil QC dengan posisi terbalik, artinya perolehan suara 01 ditulis di perolehan suara 02, begitu juga sebaliknya. Sehingga tampak saat itu, kemenangan di pihak 02. Padahal kesalahan demikian cukup manusiawi, mengingat itu hari pertama dan menit2 pertama tayangan langsung hasil QC.

Kedua, dalam data hasil screenshoot metro tv dan penjelasannya, jam tayang terjadi jam 15.12 dan kemudian ada koreksi perbaikan 10 menit berikutnya yaitu jam 15.22.

Ketiga, berdasar jam tayang tersebut, bisa dipastikan data QC belum terkumpul 100%, bisa jadi masih dibawah 50%, karena jam 24.00 pun saya monitor ada lembaga survey yang belum mencapai data 100%.

Keempat, memang benar bila dikatakan rata2 QC yang dilakukan dengan benar itu memiliki akurasi diatas 95%, tetapi harus diingat bahwa data sampelnya harus terkumpul mencapai 100% dulu.

Kelima, jadi dalam kurun waktu pukul 15.00 dimana TPS mulai menghitung perolehan suara hingga jam 24.00 angka angka akan selalu bergerak, berupa secara otomatis menyesuaikan perubahan yang disebabkan masuknya data baru hingga seluruh jumlah sampel dari target TPS yang ditetapkan terkumpul.

dokpri
dokpri
Saya kira permasalahannya bukan terletak kepada ketidakmampuannya memahami pergerakan hasil QC, melainkan bentuk kepanikan atas kenyataan hasil perolehan suara jagoannya, atau bisa jadi sebelumnya ada rasa kecurigaan terlebih dahulu kepada stasiun televisi tersebut, atau bahkan terhadap semua lembaga survey yang ada, sehingga ilmu yang dimilikinya tidak bermanfaat saat itu.

Permasalahannya sekarang adalah postingannya itu sejak jam 18.07 telah di 55.951 kali saat saya tulis ini. Dan apabila membaca komentar yang masuk, tampaknya banyak yang tidak paham statistik, sehingga keluarlah sumpah serapah dan kata2 kotor ala mereka.

Yang menyedihkan lagi, sampai saat saya tulis ini, tidak ada klarifikasi atau sekedar koreksi atau bahkan permintaan maaf karena misalnya merasa sudah bikin heboh atas postingan nya, dan yang pasti postingan itu tidak di hapus, padahal kalau dicermati banyak yang memberi copy klarifikasi meluruskan tulisannya.

ungguh sangat disayangkan seandainya dia seorang terpelajar, karena yang jadi korban adalah mereka2 yang tidak tahu dan tidak kritis menerima informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun