Menurut penuturan Djukardi Adriana, yang lebih dikenal dengan panggilan kang Bongkeng – Wanadri, pencarian dilakukan dari titik pertama Surya berpisah dengan Hary dan Hendra. Area penyisiran mencakup alun-alun Surya Kencana, semua punggungan Gunung Gede baik dari alun-alun Surya Kencana Barat hingga Timur hingga jalur Salabintana, lalu sampai kemungkinan terakhir yaitu Surya tidak sengaja memasuki jalur menuju ke bibir kawah Gede karena cuaca berkabut atau kondisi sudah gelap. “Pada saat itu, kita pikirkan semua kemungkinan yang mungkin terjadi, kemungkinan dia tidak sampai ke alun-alun Surya Kencana, kemungkinan dia tidak sampai turun ke jalur Putri, masih di sekitar alun-alun Surya Kencana dan kemungkinan masuk ke jalur menuju kawah dan kemungkinan Surya mencari tempat berlindung karena terjebak cuaca berkabut atau kena gelap”. Tim pencari dari SMA N 82 Jakarta ikut serta dalam pencarian selama 2 bulan penuh, dimana pada waktu itu sebagian dari anggota WB bentrok dengan Ujian Tengah Semester, pencarian Surya dilakukan malam hari dan siang harinya kami kembali ke SMA N 82 Jakarta untuk mengikuti Ujian Tengah Semester, sudah bisa dipastikan sangat melelahkan dan mengurah tenaga tetapi kami tetap semangat untuk mencari dan menjemput saudara kami yang hilang. Operasi SAR juga diikuti oleh Guru Bela Diri Surya yang sengaja datang dari Jepang, tujuannya hanya satu, agar dapat menemukan Surya Ibrahim, salah satu anak didik kebanggaannya. Pada saat operasi SAR berlangsung, ada beberapa tanya yang terungkap karena ternyata sosok Surya tidak seperti apa yang selama ini dalam benak teman-teman sepermainan Surya di sekolah. Berikut penuturan Adzani, “Banyak yang mengira ayahnya Surya sudah tidak ada karena Surya sama sekali tidak pernah bercerita atau menyinggung mengenai ayahnya, karena lebih banyak menghabiskan waktu di rumah Norick, sepupunya dan lebih mengagetkan lagi saat melihat saya, ternyata adiknya Surya laki-laki. Karena menurut pengakuan teman-temannya, Surya selalu bercerita mengenai adiknya tetapi terkesan seperti adiknya adalah perempuan..”. Rizal Bustami – warga Cibodas yang ikut serta dalam operasi SAR – menambahkan, “Waktu SAR Surya posko sempat berpindah-pindah saking lamanya. Sempat di Gunung Putri, lalu pindah ke Pasir Muncang dan sempat di Cibodas juga. Ibunda Surya menunggu di Gunung Putri, setiap ada pendaki yang turun pasti selalu ditanya, “Ketemu Surya diatas?”, pertanyaan itu merupakan tekanan batin juga untuk kita yang nge-SAR karena Surya belum juga ketemu..”. Pada saat proses operasi SAR, ditemukan beberapa jasad pendaki lain yang hilang sebelum Surya tetapi jejaknya, daypack.. kamera… baju… sepatunya pun seakan raib ditelan bumi. Setelah SAR Surya berakhir, masih ditemukan jasad pendaki lain di Gunung Gede – Pangrango, Ibunda Surya selalu dihubungi perihal tersebut untuk memastikan apakah itu jasad anaknya tetapi tidak ada satupun yang menyerupai Surya. Ditambahkan lagi oleh Subokastowo (Tapak Rimba) mengenai proses operasi SAR yang dilakukan bersama tim pencari lainnya, “Gede tuh udah bukan diobrak abrik lagi, baru kali itu gw tau banyak banget jalur di Gede, muter-muter disana terus, daerah Simpang Maleber. Sebulan full gak sekolah, padahal udah mau semesteran. Senin Ulangan Umum, Minggu malem gw baru sampe rumah, setelah Ulangan Umum balik lagi ke Gede sampe Tahun Baruan disana, 2 minggu pertama camp di Putri, 2 minggu kemudian camp pindah ke Cibodas.. tapi dulu itu gak tau kenapa, gak berasa capenya, padahal 1 bulan full ngeSAR naik turun gunung.. Sepertinya semangat kita untuk menemukan Surya mengalahkan segalanya..”. Alam bebas memang tidak dapat dipisahkan dengan hal-hal gaib, kita secara tidak langsung hidup berdampingan dengannya. Untuk sebagian masyarakat, Gunung Gede dipercayai sebagai tempat bersemayamnya Pangeran Surya Kencana dan di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana terdapat sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Dalam proses operasi SAR Surya, dikerahkan semua kemampuan yang ada, termasuk meminta bantuan paranormal untuk mencari tahu dimana keberadaan Surya. Ada 2 kejadian yang bisa dikatakan menarik, diduga kalau Surya telah diambil oleh Kerajaan Surya Kencana karena disukai oleh Putri Raja dan Surya sudah memakan makanan yang diberikan Putri tersebut, sehingga sulit untuk ‘menarik’ Surya kembali. Pihak keluarga juga sudah meminta bantuan paranormal yang dipercaya, tetapi pada detik-detik paranormal tersebut ingin memberitahukan dimana keberadaan Surya, ia meninggal dunia. Berikut penuturan Sani perihal pencarian paranormal pada saat hilangnya Surya, “Pada saat operasi SAR, ada seorang paranormal yang sengaja datang dari Banten, sepertinya dia tidak mengerti juga kenapa dia harus datang ke Putri. Yang menarik, dia bisa memperagakan detik-detik terakhir Surya hilang, dia bisa tau nama “Uya” dan kakinya sedang sakit.. Setelah Surya pisah dengan Hary dan Hendra, dia masih jalan melipir kawah Gede, lalu sholat di dekat tumbuhan Cantigi, setelah sholat tiba-tiba dia mengeluh kakinya sakit sambil menyebut nama mama dan saya.. tetapi setelah itu, tidak dapat dilihat lagi apa yang terjadi.. Sudah dicoba beberapa kali tetapi paranormal itu seakan ‘terlempar’, ada sesuatu yang menghalanginya..”.
Percaya atau tidak, entah kebetulan atau tidak, hingga saat ini jejaknya pun tidak dapat ditemukan. Norick ternyata mempunyai pemikiran yang hampir sama dengan Kang Hery ‘Macan’ perihal hilangnya Surya di Gunung Gede, “Firasat saya, ia berada di jalur menuju alun-alun Surya Kencana, sebelum tiang, masih di pinggiran kawah Gede.. Pernah saya melewati jalur tersebut bersama Surya di pendakian sebelum November itu, agak rapat jalurnya, Surya yakin ini bisa tembus ke alun-alun, makanya mau coba dilewatin waktu itu.. tetapi ketika kita coba melewati jalur itu, semakin lama suaranya Surya semakin menjauh, karena takut tersesat, saya minta ia untuk kembali..”.Mengingat kebiasaan Surya bahwa ia akan mencoba segala macam cara untuk tujuan akhir yang sama, kemungkinan Surya mencoba melewati jalur lain untuk dapat cepat sampai ke alun-alun Surya Kencana itu sangatlah mungkin, mengingat pada saat itu cuaca bisa dikatakan buruk.
Pasca hilangnya Surya..
Berikut penuturan Sani mengenai pengalaman spiritual dengan kakaknya di tahun 2000.“Sekitar tahun 2000, saya bertemu dengan ahli spiritual, tidak disengaja, awal mulanya hanya sharing mengenai kehidupan. Lalu entah kenapa bisa berbicara mengenai Surya, dan ahli spiritual tersebut berinisiatif untuk ‘memanggil’ Surya, awalnya saya tidak percaya akan hal seperti ini.. apakah bisa? tetapi setelah dia melakukan persiapan, ada seorang muridnya yang ‘kemasukan’.. tidak berapa lama, orang itu berbicara, dan suaranya Surya. Kalau dalam proses ‘pemanggilan’ seperti itu kan yang tidak bisa ditiru adalah suara. Saat ditanya, dia dimana.. Surya hanya bilang, “Disini gelap.. Gelap dan dingin..” Setelah dituntun oleh ahli spiritual untuk membaca Al-Fateha, Surya sudah mulai merasa ‘lebih terang’, tetapi mendadak Surya menghilang, saya masih ada sesuatu yang mengganjal, masih ada yang kurang, kenapa dia menghilang tiba-tiba.. di saat saya lagi kesal, mendadak ada seorang muridnya lagi yang ‘kemasukan’ tanpa dipanggil, lalu Surya kembali lagi dan langsung melihat ke arah saya, yang saya heran koq bisa dia langsung melihat kearah saya, karena murid yang ‘kemasukan’ itu baru saja memasuki ruangan, dia tidak tau apa yang terjadi sebelumnya.. tiba-tiba dia menyentuh pundak saya dan saya tau, ini sentuhan khas Surya, ini sentuhan kakak saya yang hilang.. Dia bisikan ke saya “De.. kakak pergi yah…”, disana saya menangis sejadi-jadinya karena saya sangat kehilangan dia, saya benar-benar kehilangan panutan dalam hidup saya dan saya juga sempat marah padanya, kenapa dia harus pergi. Setelah saat itu, baru saya mau melakukan sholat gaib untuknya..”.
Kenangan bersama Surya yang masih teringat jelas oleh Hary Judianto yaitu pada saat penerimaan anggota Keamanan OSIS SMAN 82 Jakarta dan One day.. “Surya itu 1 tahun diatas gw, pas lagi seleksi keamanan, gw dipasangin sama Surya.. Dada gw ditendang, sempet mental 5 meter ke belakang, dan pas jatuh, langsung leher gw dipinting sama dia.. Untung ditahan sama temennya, kalo gak ditahan, gak tau deh. Setelah itu, Surya minta maaf sama gua.. Dia kalo udah di lapangan dalam kondisi bertarung, pembawaannya udah beda, kalo yang gw liat yah, walaupun masih muda tapi dia sangat profesional.. Waktu One Day, Surya bantuin gw, lagi dibarisin, tiba-tiba Surya berdiri di belakang gw, padahal saat itu gua belum kenal sama dia, senior yang lain cuma bisa diem aja ngelewatin gw, siapa coba yang berani ngapa-ngapain kalo udah ada Surya.. Sejak itu, gw kenal Surya lalu dekat sama dia sampai terakhir, yah.. pendakian di Gede..”. Kepastian masih belum ditemukannya Surya juga ditegaskan kembali oleh Bapak Nono, Petugas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada Januari 2010, “Saya sudah disini sejak tahun 1982 dan ikut juga dalam proses pencarian SAR Surya tetapi Surya Ibrahim belum ketemu sampai sekarang..”.
Uya.. Kau memang telah lama menghilang, tetapi kenangan bersamamu akan selalu melekat di hati setiap jiwa yang mengenalmu.. Figur seorang kakak terbaik yang dengan setia menjaga adiknya, gaya khas perlente lengkap dengan rambut klimis dan minyak rambut yang setia menemani kemanapun kau pergi, celotehanmu yang nyeleneh, aturan anehmu saat bermain bola dan tingkah lakumu yang sering kali tidak terlintas dalam akal sehat kami…. tetapi itulah dirimu, Surya Ibrahim Dompas, Permata yang Hilang.. Seperti yang telah kau janjikan, Memang inilah pendakian terakhirmu…. Mungkin memang inilah yang terbaik untukmu.. Sampai bertemu lagi Uya.. Semoga kau dapat merasa nyaman dan beristirahat dengan tenang, dimanapun kau berada.. Doa kami selalu menyertaimu..
" SERAUT WAJAH DALAM KENANGAN
Hanya untuk sebuah nama… Dendam rinduku kupendam lama… Walau jauh diseberang sana… bahkan entah berada dimana… Seraut wajah yang disayang… siang malam ada dalam bayang… tetap mendekam dan terkenang… jauhi jiwa dari ketenangan… Tujuh belas tahun berlalu… tiada yang terbawa angin lalu… bagai benalau dalam kalbuku… kecerahan dibalut kalbu kelabu.. sadar dalam tambatan cobaan ketegaran iman dirambati godaan… dengan bersujud… sepenuh kepatuhan.. diri.. mengaminkan kehendak Tuhan… Seraut wajah dalam kenangan… anandaku… SURYA IBRAHIM DOMPAS… 29-11-89… 29-11-06…. ”
(Tulisan ayahanda Win Fokke Dompas di 17 tahun hilangnya Surya Ibrahim)
Oleh Thea Arabella (thea.arabella@googlemail.com)
Penulis merupakan Anggota WerdiBhuwana SMA N 82 Jakarta – Angkatan Rinai Giri.