Mohon tunggu...
sumi yati
sumi yati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebuah Perjalanan

31 Oktober 2023   11:33 Diperbarui: 31 Oktober 2023   11:41 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian saya dibantu oleh Bapak Hadiyudin guru Bahsa Inggris yang sekarang pindah mengajar di MAN 3 Kulonprogo. Akhirnya motor saya pun hidup. Selang sehari sesudah itu, begitu saya mandi perut saya perih-perih ternyata ada infeksi di perut saya dan akhirnya harus kembali ke dokter untuk pemeriksaan ulang agar infeksi perut tersolusikan.

Hari-hari pertama mengajar sungguh membuat saya terkesan. Sebelum saya mengajar di MAN3 Bantul ini, mengajar di SMA UII Banguntapan. Jarak antara rumah saya dengan SMA UII 25 km. Meskipun tidak begitu jauh tetapi karena jalanan yang begitu macet membuat saya harus menempuh perjalanan pagi-pagi dari rumah dan mengajar di swasta bekerja di swasta ternyata tidak sesantai di MAN 3 Bantul. 

Sewaktu saya mengajar di SMA UII, saya juga merangkap sebgai karyawan yang menangani keuangan dari gaji guru, pengeluaran selain itu, dan masih banyak lagi. Tapi di MAN 3 Bantul, Saya hanya mengajar saja, otomatis bisa pulang cepat dan bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan lebih banyak.

Tugas sebagai fungsional, ternyata membutuhkan wawasan terus menerus. Pada saat usia anak saya 5 bulan, saya ditugaskan untuk mengikuti diklat fungsional di Balai Diklat Semarang selama 10 hari. Berat sebenarnya, tapi dukungan keluarga akhirnya meringankan saya untuk menjalankan tugas tersebut meskipun di Semarang 10 hari rasanya seperti bertahun-tahun. Pulang dari Semarang Alhamdulillah, rasanya luar biasa, rindu yang tidak tertahankan akhirnya sirna dalam sekejap.

Perjalanan mengajar di MAN 3 Bantul, berjalan seperti biasa kembali. Mengajar, pulang begitu seterusnya. Hingga pada tanggal 30 Januari 2006, tepat pada malam 1 Suro suami saya dipanggi Yang Kuasa untuk selama-lamanya. Usia anak saya waktu itu 7 bulan. Suasana yang mengharu biru, jika ingat kejadian itu. Saya harus membesarkan anak tanpa suami di sisi saya. Tapi saya harus ikhlas. Semoga dia bahagia di sisi-Nya.

Hari terus berlalu, minggu demi minggu, bulan demi bulan terus melaju. Cobaan datang kembali. Pada tanggal 27 Mei 2006 terjadilah gempa besar di Bantul. Banyak rumah warga, gedung sekolah, termasuk rumah kami pun roboh. Tapi karena banyak yang mengalami, akhirnya tidak merasa sendirian berduka. Gedung MAN 3 Bantul juga ,mengalami demikian. 

Waktu itu dibangun rumah bambu di halaman, untuk mengajar anak-anak. Belum lagi masih hujan, sehingga tanah becek dan lain sebagainya. Tapi, alhamdulillah semangat anak-anak MAN 3 Bantul menjdaikan sumbu bagi kami untuk tetap semangat mengajar mereka.

Manusia hidup di dunia tidak terus berduka. Setelah kejadian tahun 2006 yang luar biasa, di tahun 2007, saya mendapatkan kebahagiaan yaitu mendapatkan beasiswa meneruskan pendidikan S2 di UGM jurusan Sastra Indonesia dengan beasiswa dari Kementerian Agama RI. Tidak pernah terbayangkan, saya bisa belajar di Universitas terkemuka di Yogyakarta. Alhamdulillah tahun 2009, tepat 2 tahun saya bisa menyelesaikan S2 dan kembali mengajar seperti biasanya.

Setelah saya lulus, saya diberi amanah menjadi staf kurikulum. Waktu itu saya , pekerjaan adalah hiburan bagi saya. Pulang kerja, malam mengerjakan tugas kantor itu tidak masalah bagi saya. Status saya yang masih single parents, tidak menjadikan tugas madrasah menjadi beban, sehingga saya sangat menikmati menjadi staf kurikulum. 

Pekerjaan adalah teman bagi saya dalam menajani hidup. Jadwal yang selalu berubah dari minggu ke minggu, mengurusi siswa lomba, ekstra semua saya nikmati. Namun, status saya yang masih single sangat diperhatikan oleh teman-teman, hingga akhirnya tahun 2014 saya dikenalkan dengan seseorang yang sekarang menjadi suami saya.

Begitu saya menikah kembali, pekerjaan yang awalnya menjadi hiburan bagi saya kemudian berubah. Saya mulai merasa berat dengan tugas yang diberikan. Adaptasi dengan keluarga baru membutuhkan perhatian dan tidak bisa diduakan. Suami saya membawa anak 2, saya membawa anak 1, dan alhamdulillah Tuhan masih mempercayakan 1 anak lagi kepada kami dari hasil pernikahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun