Mohon tunggu...
sumir elkaelan
sumir elkaelan Mohon Tunggu... -

himpunan mahasiswa islam komfak ushuluddin pimred lapmi al-ushuliyah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Taman Surga

26 Mei 2014   18:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Fauzi Ochi

Cepet sembuh Dalam tatapan matamu yang aku rasakan aku juga merasakan kesakitan yang kamu derita Malam tanpa angin Tanpa bisik bisik daun dan ranting Bila Bibirmu kelu dan kering Langit kelam dan kusam Cuaca yang mendung Hatiku gelisah dan tenggelam Melihat wajahmu yang menahan kesakitan sebutir kapsul yang kau telan tiap hari sepeluk kasih dan sekecup sayang dari hati yang dalam cepet sembuh taman-taman surga mata dan hatiku terjaga untukmu selamanya taman-taman surga

@

Sore itu aku lagi menikmati cahaya senja  dikampus, dimana pertama aku mengenalmu. tiba-tiba angin memberi kabar duka tentang  taman surga, “zi, dia sekarang ada dirumah sakit” dari seseorang  teman yang baru datang menghampiriku. Semuanya serba tiba-tiba, mulutku kaku dan mataku kaku. Aku hanya disisakan namamu dalam pikiranku,” jagalah dia tuhan seperti  engkau menjaga perasaanku ini” do’a kecil itu berbisik lirih dari hati ini.

Ku percepat langkah kaki pulang kesekertariat HMI, dimna itu menjadi tempatku meletakkan lelah dan berbagi cerita dengan kawan-kawan HMI tentanagmu, tentang malam dan tentang mimpi. Ku lajukan secepat mungkin motor yang ku bawa, agar aku bisa cepat sampai, karena tubuh ini mulai kekurangan energi, yang terkuras oleh berita tentangmu.  hari ini akau pingin cepat tidur untuk menenangakan diri dan ingin cepat sampai pada pagi

Akhirnya aku sampai juga ketempat hijau hitam “zi, ayo ikut aku keklitian” saut suara temanku yang duduk diemperan rumah hijau hitam. “iya, ayo,tapi tunggu sebentar aku masih mau shalat dulu” jawabku sembil berjalan meletakkan tas yang biasa aku bawa kekampus. “iya cepetan ini sudah agak malam, nanti kita ada acara lagi” suat temanku lagi “ok” jawabku singkat.

Bayangan wajamu terlihat jelas disetiap gedung-gedung yang mengelilingiku.

Masih adakah senyum datarmu itu taman surgaku, aku harap senyum itu masih ada ketika aku menjengukmu nanti. Kenapa aku takut akan kematian datang menghampirimu, padahal kematian hanya tuhan yang tau, engkau sering mengajarkan ku keikhlasa,  untuk menghadapi tantangan dunia, tapi hari aku benar-benar tidak ikhlas engkau terbaring lemas dirumah kita bersam itu. Pantaslah aku tidak ikhlas atas sakitmu?

“Bagaimana keadaanmu dirumah sakit itu? “ tanyaku pada anganku. Aku benar-benar di bingungkan dengan  pertanyaan itu. Aku putar semua cara bagaiman aku tau tentang kabar taman surga.

“lid, gimana ini taman surga sakit”

“cepat jenguk zi, kemarin ada teman saya yang sakit seperti itu terus meninggal” jawab sms walid, dia seperti tempa beban membalas smsku

“iya, aku minta nomer temanya yang satu asramah sama dia lid”

Aku bolak balik hpku sambil menunggu balasn smsnya walid. setelah aku tunggu, akhirnya hpku berdering tertera angka-angka dari sms walid

aku langsung sms temanya taman surga “katanya taman surga masuk rumah sakit”

“iya zi, dia dibawa kerumah sakit tadi, katanya HBnya turun”

“Apa itu HB”. Aku tanyak lagi sama temannya itu tentang penyakit yang disebutkan itu, karna aku baru pertama kali mrndengarkan nama penyakit itu. Lama kelamaan dia membalas dengan penjelasan yang panjang lebar.

Driiiiiiiiiiing hpku berdenring mengingatkan ada pesan masuk, kupercepat mengambil hpku. Ku tekan tombol hijau yang menandakan membuka pesan yang masuk, terlihat nama taman surga yang tertera dibagian atas pesan itu “heee, kamu tau dari siap zi” balas sms taman surga, ku baca berulan-ulang sms dari taman surga, anatara tidak percaya apa benar-benar dia yang membalas smsku ini, atau temannya “ ada aja, emang kamu beneran sakit” jawab smsku. malam sudah mengkuncup, mobil-motor sudah mulai rame, lampu-lampu dipinggir jalan sudah juga menandakan ini benar-benar malam yang tiba.

“iya bisa zi, trasfusi aj, sambil ditamba tawa ” ku coba membalas, berharap dia membalasnya.

“dirumah sakit mana kau dirawat”

“ dirumah sakit hidayatullah”

“kamar no berapa”

“multazam 1”

“oh ya, isyaallah besok  aku kesana”

“oh ya, makasih zi”

Sapaan sms itu memberikan ketenangan dan kegelisan ini mulai mereda, rembulanpun menyapaku lewat bilik-bilik gedung-gedung kecil yang berjajar  dipinggir jalan, inilah kota pelajar ketika malam semuanya seperti siang. Orang yang tinggal dikota ini, semuanya keluar, menikmati indahnya rembulan.

Ketika aku masih melihat indahnya bulan dan menikmati kebahagian yang aku rasakan ini, fandi yang lagi duduk sama aku,mengajakku kecabang.

“Malam ini, kita ada acara dicabang, kamu ikut aku ya zi”

“oya, gak apa-apa saya ikut”

Suara musik dikamar sebelah cukup menyentuh hatiku. Aku tinggalkan nada lagu itu, dengan pergi kecabang, angin bersemilir, pohon-pohon dipinggir jalan  menyampa perjalananku. Fikiranku tak bisa merespon sapaan pohon itu, karana malam ini sumunya untukmu, dan itu tak pernah aku sangka sebelumnya dan aku rencanakan.

Selesai semua aktifitas malam, kini pagi telah menunggu dipelantara rumah hijau hitam, menungguku terbangun, menungguku menghampirimu seperti janjiku kemarin itu. Waktu terus berjalan mengikuti matahari, tapi, aku dan kawan-kawanku di joglo hijau hitam masih tetap seperti biasa berbincang-bincang tentang perkembangan politik di indonesia ini. Ada yang geleng-geleng kepala, ada yang mengangguk angguk, entah berantah mereka paham atau tidak dengan apa yang mereka perbincangkan. Deringan suara pesan masuk di hpku, mengalihkan perbincangan...

”siahhhh, sms dari siapa zi” kata kawan-ku

“Bukan dari siapa-siap?” singkat saja aku jawab

“ayo berangkat kerumah sakit fan” ajakku sama fandi, kawan yang selalu mau mendengarkan ceritaku tentang taman surga.

“Ayoo”

Pagi dan sore tampa kau sadari telah menjemput senja, aku dan kawan-ku, berangkat kerumah sakit, dimana taman surga dirawat.

“Diman tempatnya zi” tanya kawanku.

“disana” kutunjukkan jariku keruanngan taman surga.

Kenapa aku terasa kaku. Smapai aku mau masuk kekamarnya saja takut.  Tapi akhirnya aku masuk juga, meski dengan langkah yang bertatih-tatih.

Aku berjabat tangan sama orang tunya taman surga dan kakanya. Ini memang etika ketika bertemu dengan orang. Ada rasa ingin menjabat tangannya taman surga, tapi ketakutan lebih kuat dari pada keberanian. Aku sama kawan-ku semua, ngobrol sama ibunya dan taman surga. Banyak perbincangan dengan orang tuanya, “kenapa orang tunya tidak sedatar taman surga” pertanyaan ini, tiba-keluar anganku. Perbincanganpun selesai aku dan kawan-kawanku, harus cepat pulang karena semua pekerjaan telah menggu di ujung sana.

#Fauzi Ochi Adalah Mahasiswa Perbandingan Agama UIN SUKA,  sekarang juga lagi aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam(HMI)

Yogyakarta 20-05-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun