Mohon tunggu...
Sumilah
Sumilah Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Saya suka menjadi pendidik. Akan tetapi, untuk menjadi pendidik itu tidak mudah dan harus terus belajar dalam segala hal terutama untuk kemajuan potensi diri sebagai guru. Menjadi guru teladan sangat membutuhkan kesabaran, keikhlasan, kemampuan sosial emosional yang sangat tinggi dan panggilan jiwa menjadi pendidik kunci utamanya. Pemahaman peserta didik yang beragam karakter dan latar belakang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Oleh karena itu, saya harus semangat terus belajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Bilangan Cacah sampai 1000 Kelas 3 SD

26 September 2024   12:43 Diperbarui: 26 September 2024   12:58 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1: Model PTK (Arikunto, 2008:16) | Download Scientific Diagram (researchgate.net)

8 siswa

33%

Siklus 2

82,7

20 siswa

83%

4 siswa

16,70%

Berdasarkan tabel diatas hasil belajar prasiklus diperoleh nilai rata-rata kelas 70,1. Terdapat 11 siswa tuntas dengan presentase ketuntasan klasikal 46 %, 13 siswa tidak tuntas persentase 54% dengan persentase ketuntasan klasikal 54%. Maka diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dengan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD diperoleh hasil belajar nilai rata-rata kelas 75,5. Terdapat 16 siswa mencapai KKTP dengan persentase ketuntasan klasikal 66,70%, 8 siswa tidak mencapai KKTP dengan persentase ketuntasan klasikal 33%. Terjadi peningkatan hasil belajar dari 11 siswa yang mencapai KKTP menjadi 16 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal dari 46% ke 66,70% sudah mencapai kriteria ketuntasan klasikal baik pada level standar bawah dan penurunan siswa tidak tercapai KKTP dari 13 siswa menjadi 8 siswa. Akan tetapi, masih diperlukan rencana perbaikan pembelajaran pada siklus 2 karena peningkatan ketuntasan klasikal pada level bawah kategori baik belum mencapai indikator ketuntasan yaitu lebih dari atau sama dengan 70% dan nilai rata-rata siswa berada pada kriteria sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat (Wardana, 2017) model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada kerjasama kelompok. Dengan dilakukan kerja kelompok diharapkan akan melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat dan meningkatkan pemahaman konsep secara bersama, serta dengan terjalinnya kerja sama kelompok dengan baik maka siswa dapat lebih memahami konsep yang ada dengan bantuan temannya. Keunggulan pembelajaran koopertatif tipe STAD terletak pada langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan. Dari proses pembelajaran siklus 2 diperoleh hasil belajar nilai rata-rata kelas 82,7, mengalami peningkatan 20 siswa yang mencapai KKTP dari siklus 1 sebanyak 66,70% ke 83%, dan penurunanan siswa yang tidak mencapai KKTP sebanyak 4 siswa dengan persentase klasikal 16,70%.

Dari hasil observasi kegiatan mengajar guru kelas, tanya jawab dari guru sebelumnya dan pengamatan selama proses pembelajaran prasiklus diperoleh data siswa yang suka bercerita, berjalan, pendiam dan tidak suka kerja sama dalam kelompok dengan semua teman. Sehingga dari hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan dan ceklis siswa diperlukan pembelajaran yang memberikan ruang siswa berinteraksi dengan semua teman, membantu teman yang belum bisa dan membekali kemampaun sosial emosional siswa. Dimana dengan langkah-langkah pembelajaran model Cooperatif learning tipe STAD dengan pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan berbaur dengan teman dari beragam karakter yang akan meningkatkan rasa peduli, kerja sama, komunikasi yang baik, tanggung jawab dan mandiri. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran memberikan pembelajaran bermakna dan mempermudah siswa memahami materi. Karena dalam kerja kelompok  heterogen siswa yang belum bisa dapat bertanya dan dibantu teman yang sudah bisa. Sehingga, siswa yang sudah bisa dapat berperan sebagai tutor sebaya akan melatih keterampilan komunikasi dan bagaimana cara menyalurkan kemampuan yang dimiliki kepada teman. Dalam hal ini siswa belajar menganalisis cara mengajari teman yang belum bisa dengan bahasa yang mudah dipahami. Dalam kerja kelompok siswa belajar mengenai kompetensi sosial emosional sebagai berikut:

  • Self-awareness (Kesadaran diri): Kemampuan untuk memahami emosi, pemikiran, dan nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku dalam berbagai situasi.
  • Self-management (Manajemen diri): Kemampuan untuk mengatur emosi, pemikiran dan perilaku secara efektif pada situasi yang berbeda.
  • Responsible decision making (Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab): Membuat pilihan yang tepat dan konstruktif pada situasi tertentu
  • Social awareness (kesadaran sosial): Kemampuan memahami perspektif yang berbeda termasuk berempati terhadap kondisi individu dengan latar belakang yang berbeda.
  • Relationship skills (keterampilan sosial): Kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan/relasi yang sehat dan efektif dengan individu dari latar belakang yang berbeda.

Selain itu, penghargaan prestasi tim dengan cara guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka rentang 0-100 setelah pelaksanaan kuis. Guru memberikan penghargaan atas keberhasilan telah menyelesaikan kuis dengan benar dan memperoleh nilai tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun