Abstrak
Latar belakang penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas 3 SD Muhamadiyah Miliran Yogyakarta pada materi bilangan cacah sampai 1000. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang kurang menarik, belum menggunakan media atau alat peraga pembelajaran, siswa yang aktif bergerak, berpendapat, kurangnya ruang interaksi antara siswa, dan rendahnya motivasi belajar. Hasil belajar yang rendah dapat memengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika di jenjang yang lebih tinggi. Situasi diatas, memerlukan inovasi dalam strategi pembelajaran agar siswa lebih aktif terlibat dalam pembelajaran. Subjek penelitian yaitu siswa kelas 3 SD Muhamadiyah Miliran sebanyak 24 siswa dengan siswa laki-laki 9 orang dan perempuan 15 orang. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Bilangan Cacah sampai 1000 kelas 3 SD”. Dengan tujuan siswa mendapatkan ruang belajar sesuai dengan kebutuhan belajar dengan suasana belajar yang lebih aktif, menyenangkan, kolaboratif, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan menguasai materi yang akan meningkatkan hasil belajar siswa. PTK dilakukan dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berkembang dengan siklus berikutnya. PTK dilakukan dalam dua siklus. Data dikumpulkan melalui observasi, tes dan dokumnetasi. Teknik analisis data secara kuantitatif melalui nilai ketuntasan belajar siswa individual, nilai rata-rata hasil belajar siswa, persentase hasil belajar klasikal siswa. Indikator keberhasilan siswa ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal belajar siswa mencapai 70%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 dapat dilihat berdasarkan persentase ketuntasan klasikal yang meningkat dari prasiklus siswa sebesar 46 % menjadi 66,70% pada siklus 1 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 83%. Dimana terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKTP dari prasiklus 11 siswa menjadi 16 siswa pada siklus 1 dan meningkat menjadi 20 sisiwa pada siklus 2. Dari analisis data kualitatif dengan lembar observasi terjadi peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan mematuhi tata tertib sehingga pembelajaran lebih kondusif dari pembelajaran sebelumnya. Luaran yang ditargetkan dari penelitian tindakan kelas ini yaitu peningkatann hasil belajar dari prasiklus sampai siklus 2 pada materi bilangan cacah sampai 1000, pembiasaan siswa untuk mematuhi tata tertib dan membekali siswa keterampilan sosial emosional dengan pembiasaan positif di kelas saat proses pembelajaran dalam kelompok maupun individu, meningkatkan motivasi belajar siswa dengan terlibat aktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dan motivasi belajar siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi biangan cacah sampai 1000 kelas 3 SD. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan metode pengajaran di sekolah dasar dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Matematika. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini tidak hanya memberikan hasil yang signifikan bagi peningkatan hasil belajar siswa, tetapi juga dapat menjadi referensi bagi guru lain dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
Kata kunci: Bilangan cacah; Hasil belajar; STAD.
LATAR BELAKANG
Pendidikan dasar Matematika merupakan hal penting dalam pembentukan dasar pengetahuan dan keterampilan siswa yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Materi bilangan cacah hingga 1000 merupakan salah satu topik fundamental yang perlu dikuasai oleh siswa di SD. Namun, berdasarkan observasi hasil belajar siswa kelas 3 SD Muhamadiyah Miliran Yogyakarta, pada materi ini masih rendah. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang kurang menarik, belum menggunakan media atau alat peraga pembelajaran, siswa yang aktif bergerak, berpendapat, kurangnya ruang interaksi antara siswa, dan rendahnya motivasi belajar. Hasil belajar yang rendah dapat memengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika di jenjang yang lebih tinggi. Situasi diatas, memerlukan inovasi dalam strategi pembelajaran agar siswa lebih aktif terlibat dalam pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif, tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions), menawarkan pendekatan yang menarik untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan model ini, siswa akan bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memahami materi, yang dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses belajar. STAD mendorong kerjasama antar siswa dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok. Model pembelajaran ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep bilangan, tetapi juga keterampilan sosial dan kolaborasi siswa.
Berdasarkan hal di atas, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Bilangan Cacah sampai 1000 kelas 3 SD”. Dengan tujuan siswa mendapatkan ruang belajar sesuai dengan kebutuhan belajar dengan suasana belajar yang lebih aktif, menyenangkan, kolaboratif, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan menguasai materi yang akan meningkatkan hasil belajara siswa.
Pemilihan skema penelitian ini didasarkan pada kebutuhan untuk menemukan solusi yang konkret dan praktis terhadap permasalahan yang ada di kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) memungkinkan peneliti untuk mengamati dan mengevaluasi secara langsung penerapan model pembelajaran kooperatif dalam konteks nyata, serta melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan umpan balik yang diperoleh selama proses pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini tidak hanya memberikan hasil yang signifikan bagi peningkatan hasil belajar siswa, tetapi juga dapat menjadi referensi bagi guru lain dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
TINJAUAN PUSTAKA
Belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (Gagne, 1977). Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indera, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar (Miarso, 2004:245). Belajar adalah proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Sobry Sutikno, 2009;3). Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2011). Menurut Surtikanti dan Santoso (2007), pembelajaran yang berkualitas adalah terlibatnya siswa secara aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud adalah aktivitas mendengarkan, komitmen terhadap tugas, mendorong berpartisipasi, menghargai kontribusi/pendapat, menerima tanggung jawab, bertanya kepada pengajar atau teman dan merespons pertanyaan.
Hasil belajar adalah capaian yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh (Setiawan, 2021).