Merasa memiliki sahabat, rumah kedua. Ungkap seorang anak saat ditanya; mengapa lebih suka ngobrol dengan gurunya. Semua yang ada dalam hati dan pikiran bisa dikeluarkan tanpa 'tedheng aling-aling'.
Begitulah Ririe, salah seorang siswa penuh kelegaan mengungkapkan isi hatinya. Di sela-sela aktivitas belajar, guru yang mengakrabkan dirinya bersama kami adalah idola. Kedekatan yang kami rasakan tanpa sekat, seolah menjadikan mereka sahabat terbaik kami.
"Akhir-akhir ini santer dibahas mengenai 'mental health issue', di sinilah peran guru menjadi dewa penolong bagi kami, meskipun sekadar ngobrol 'ngalor ngidul'," ungkapnya.
Tak dipungkiri bahwa seseorang yang bisa bercerita kepada orang lain akan memperoleh beberapa manfaat. Di antaranya; pertama, mengembangkan kepercayaan diri. Anak yang malu bicara di depan orang lain akan merasakan perbedaan saat bisa menceritakan apa yang ada dalam pikirannya. Anak akan lebih percaya diri. Mereka merasa tidak rendah diri lagi. Merasakan keberadaannya di antara orang-orang di sekitarnya.
Praktiknya, guru dapat memberikan praktik kepemimpinan pembelajaran kepada mereka. Tidak lagi teacher center, namun student center. Guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk menyampaikan banyak hal. Baik itu ide maupun gagasan serta kritis dalam memahami suatu materi Pelajaran di depan guru dan teman-temannya. Kesempatan kecil tersebut dapat menjadikan diri siswa mampu membentuk dirinya.
Di luar kelaspun, guru yang menyediakan banyak waktu untuk siswanya akan membantu pembentukan karakter. Terutama kepercayaan diri. Tidak semua orang mampu bercerita. Untuk itulah, kedekatan guru sangat membantu dalam proses tersebut. Tidak mudah memang, namun dengan ketulusan hati guru dalam mendekati siswanya akan mampu menjembatani perasaan malu dan takut murid saat ingin bercerita. Contoh seperti Ririe di atas, dengan lugas dia mengatakan bahwa ngobrol dapat membantu mengatasi isu kesehatan mental yang terjadi pada remaja.
Kedua, ngobrol membuat anak merasa lebih berharga. Bagaimana tidak? Dengan didengarkannya cerita mereka, akan merasakan dirinya ada. Diperhatikan semua ceritanya akan menyebabkan anak merasa dihargai. Tidak diabaikan. Berbeda ketika dia bercerita namun 'disambi' main HP atau melihat TV oleh orang yang diajak bercerita. Rasanya sangat berbeda.
Ketika face to face, heart to heart pada saat bercerita, penghargaan itu diterima oleh mereka yang bercerita. Mendengarkan dengan sadar dan penuh perhatian memang tidak mudah. Untuk itulah, sebagai guru harus belajar untuk mendengarkan, tidak hanya ingin didengarkan oleh siswa kita. Hal tersebut sungguh akan membuat mereka sangat dihargai.
Ketiga, mengobrol dapat mempererat hubungan. Hal tersebut benar adanya. Melalui obrolan, dua orang yang mungkin tidak seumuran atau berbeda pendapat menjadi lebih akrab. Keakraban tersebut akan memunculkan keterbukaan. Melalui keterbukaan tersebut, anak akan lebih banyak bercerita. Apa saja. Baik itu hal remeh temeh, sepele, hingga masalah berat yang selama ini bisa jadi tak dapat ia pecahkan sendiri.
Keterbukaan dan keakraban ini bisa menjadi salah satu solusi mengatasi masalah kesehatan mental. Banyak anak yang terganggu mentalnya hanya karena tak mampu mengungkapkan perasaannya. Di sinilah guru mampu berperan selain orang tua. Di mana orang tua sering tidak bisa dekat dengan anak-anaknya karena alasan kesibukan dan banyak hal lainnya.