Ilmu Ikhlas adalah pelajaran yang tak pernah usai. Sebab pelajarannya sepanjang hidup. Namun untuk mencipta bahagia, guru harus Ikhlas dalam menjalani profesinya dalam mendidik murid-murid. Mendidik bukan sekadar mengajar.Â
Bukan sekadar transfer ilmu, lalu sudah. Namun bagaimana mendidik murid menjadi pribadi dengan akhlak mulia. Untuk menghasilkan murid yang semacam itu diperlukan Ikhlas yang tiada batas. Sabar tiada akhir. Sebab hasil didikan itu tidak akan muncul satu atau dua tahun ke depan namun bisa jadi lima atau sepuluh tahun yang akan datang.
Melalui Ikhlas lahir batin inilah, seorang guru akan menemukan bahagia lahir batin pula. Tidak lagi mencipta senyum palsu untuk anak didiknya, namun senyum tulus yang benar-benar ingin ditebar bagi mereka seperti anak sendiri.
- Kasih Sayang dan Cinta
Kata yang ringan untuk dikatakan namun berat untuk diterapkan dalam kehidupan. Bagaimana menerapkan kasih sayang penuh kecintaan pada murid, bukanlah tugas yang mudah. Jika tidak dilandasi keikhlasan, kasih sayang dan cinta tidak akan menguar begitu saja.Â
Sebab kasih sayang dan cinta bukan dicipta namun dijalani dan dirasakan. Murid-murid akan merasakan betapa gurunya menyayangi dan mencintai mereka saat hal tersebut tulus berasal dari hati terdalam seorang guru. Jika hal tersebut dilakukan dari hati, tidak hanya murid yang akan bahagia, gurupun akan merasakan kebahagiaan.
 Sebab apa yang dilakukan tanpa beban. Bukan transaksi jual beli, di mana guru memberikan kasih sayang dan cinta, maka sudah seharusnya murid memerlakukan hal yang sama. Bukan. Namun apa yang diberikan Ikhlas tanpa mengharap balasan apapun.
Tentu sikap dan perilaku di atas tak semudah membalikkan tangan dalam menjalaninya. Namun dengan kesadaran diri, bahwa tugas guru adalah mendidik bukan sekadar mengajar akan ringan dilaksanakan. Kebahagiaan diri sendiri terpenting. Merdeka untuk diri sendiri dengan menjalani kehidupan penuh keikhlasan adalah harga mati.Â
Senyum yang diberikan bukan lagi senyum palsu. Kasih sayang dan cinta yang diberikan bukan lagi transaksional, namun betul Ikhlas yang dilakukandan diberikan dengant tulus. Untuk itulah, sudah saatnya guru tak lagi pura-pura bahagia. Namun menciptakan bahagianya sendiri untuk kebahagiaan murid selayaknya memberikan kasih sayang dan cinta kepada anak kandungnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H