Judul Buku          : HITAM PUTIH MAJAPAHIT: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan
Pengarang          : Sri Wintala Achmad
Penerbit            : Araska Publisher
Tahun Terbit        : 2019
Tebal Halaman      : 292 halaman
ISBNÂ Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-623-7145-44-8
Melihat judul buku Hitam Putih Majapahit menjadikan pembaca untuk segera menuntaskan membaca hingga akhir. Kata "hitam putih" sedikit bisa menggambarkan sisi baik dan buruknya Majapahit. Selama ini sejarah memaparkan bahwa Majapahit adalah kerajaan besar di Nusantara. Berkat Gajah Mada, Majapahit mampu menyatukan Nusantara.
Di awal buku, pembaca diajak untuk mengetahui Sejarah Majapahit. Namun sudah dimulai dengan kalimat yang mematahkannya dengan mengungkapkan bahwa sejarah dirancukan dengan mitos (dongeng). Sehingga menimbulkan pertanyaan, "Benarkah Majapahit menyatukan Nusantara?"
Menurut penulis Sri Wintala Achmad, dikarenakan kurangnya sumber sejarah terpercaya, menjadikan sejarah dibelokkan sesuai keinginan penguasa untuk kepentingan politiknya.
Selain menguak fakta sejarah Majapahit, buku ini dilengkapi dengan kajian mengenai Sumpah Palapa, Perang Sudarma-Wisuta, kisah Damarwulan dalam Serat Kandha, tokoh Brawijaya, dll. Tidak ketinggalan pula, dua politikus licik yang hidup pada masa awal Majapahit yakni Arya Wiraraja dan Halayuda juga mendapat kajian kritis.
Menariknya, buku ini ditulis dengan berpegang pada tiga pedoman, yakni: analisa kritis, teori para sejarawan, dan sumber-sumber sejarah baik literatur maupun prasasti yang andal dan terpercaya kebenarannya.
Fakta sejarah Majapahit dipaparkan dengan berbagai analisa, sebagai kerajaan besar dengan wilayah kekuasaan Nusantara sejak berdiri hingga masa keruntuhannya. Di mana secara faktual, sejarah Majapahit senantiasa diwarnai intrik-intrik politik yang menyebabkan dan keruntuhannya. Bahkan diwarnai dengan pemberontakan, perang antar negara, serta perang saudara yang menghancurkan negara itu sendiri.
Sebagai penulis, Sri Wintala Achmad berusaha menggiring pembaca pada fakta sejarah berdasarkan analisa dan berbagai sumber, seperti: Babad Tanah Jawa, Serat Pararaton, Kidung Panji Wijayakrama, Kakawin Nagarakretagama, Kidung Harsawijaya, Naskah Wangsakerta, Pustaka Nusantara III, Prasasti Mula Malurung, Prasasti Waringin Pitu, Prasasti Kudadu, Prasasti Penanggungan, Prasasti Balawi, Prasasti Sukamerta, dan Prasastri Balawi.
Pun demikian, analisa yang disampaikan sebatas analisa. Menggabungkan berbagai pendapat atau tidak membenarkan berbagai pendapat yang saling bertentangan. Pembaca dituntut lebih jeli dan kritis terhadap referensi dan analisa penulis. Pembaca seperti diminta menyimpulkan sementara dengan sumber lain yang lebih akurat.
Begitulah fakta sejarah yang ingin disampaikan penulis. Fakta sejarah dengan berpijak pada berbagai sumber. Dikaji terus menerus berdasar analisa kritis, supaya fakta sejarah dapat dipaparkan sebagaimana mestinya. Bukan sejarah atas dasar mitos, asumsi, pembelokan karena kepentingan politik penguasa dan penulis sejarah waktu itu.[]
Ummi Azzura Wijana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H