Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Analisis Kritis Kebenaran Sejarah Majapahit

7 September 2019   08:41 Diperbarui: 7 September 2019   10:06 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dok. Araska Publisher

Judul Buku                  : HITAM PUTIH MAJAPAHIT: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan

Pengarang                   : Sri Wintala Achmad

Penerbit                        : Araska Publisher

Tahun Terbit               : 2019

Tebal Halaman           : 292 halaman

ISBN                                : 978-623-7145-44-8

Melihat judul buku Hitam Putih Majapahit menjadikan pembaca untuk segera menuntaskan membaca hingga akhir. Kata "hitam putih" sedikit bisa menggambarkan sisi baik dan buruknya Majapahit. Selama ini sejarah memaparkan bahwa Majapahit adalah kerajaan besar di Nusantara. Berkat Gajah Mada, Majapahit mampu menyatukan Nusantara.

Di awal buku, pembaca diajak untuk mengetahui Sejarah Majapahit. Namun sudah dimulai dengan kalimat yang mematahkannya dengan mengungkapkan bahwa sejarah dirancukan dengan mitos (dongeng). Sehingga menimbulkan pertanyaan, "Benarkah Majapahit menyatukan Nusantara?"

Menurut penulis Sri Wintala Achmad, dikarenakan kurangnya sumber sejarah terpercaya, menjadikan sejarah dibelokkan sesuai keinginan penguasa untuk kepentingan politiknya.

Selain menguak fakta sejarah Majapahit, buku ini dilengkapi dengan kajian mengenai Sumpah Palapa, Perang Sudarma-Wisuta, kisah Damarwulan dalam Serat Kandha, tokoh Brawijaya, dll. Tidak ketinggalan pula, dua politikus licik yang hidup pada masa awal Majapahit yakni Arya Wiraraja dan Halayuda juga mendapat kajian kritis.

Menariknya, buku ini ditulis dengan berpegang pada tiga pedoman, yakni: analisa kritis, teori para sejarawan, dan sumber-sumber sejarah baik literatur maupun prasasti yang andal dan terpercaya kebenarannya.

Fakta sejarah Majapahit dipaparkan dengan berbagai analisa, sebagai kerajaan besar dengan wilayah kekuasaan Nusantara sejak berdiri hingga masa keruntuhannya. Di mana secara faktual, sejarah Majapahit senantiasa diwarnai intrik-intrik politik yang menyebabkan dan keruntuhannya. Bahkan diwarnai dengan pemberontakan, perang antar negara, serta perang saudara yang menghancurkan negara itu sendiri.

Sebagai penulis, Sri Wintala Achmad berusaha menggiring pembaca pada fakta sejarah berdasarkan analisa dan berbagai sumber, seperti: Babad Tanah Jawa, Serat Pararaton, Kidung Panji Wijayakrama, Kakawin Nagarakretagama, Kidung Harsawijaya, Naskah Wangsakerta, Pustaka Nusantara III, Prasasti Mula Malurung, Prasasti Waringin Pitu, Prasasti Kudadu, Prasasti Penanggungan, Prasasti Balawi, Prasasti Sukamerta, dan Prasastri Balawi.

Pun demikian, analisa yang disampaikan sebatas analisa. Menggabungkan berbagai pendapat atau tidak membenarkan berbagai pendapat yang saling bertentangan. Pembaca dituntut lebih jeli dan kritis terhadap referensi dan analisa penulis. Pembaca seperti diminta menyimpulkan sementara dengan sumber lain yang lebih akurat.

Begitulah fakta sejarah yang ingin disampaikan penulis. Fakta sejarah dengan berpijak pada berbagai sumber. Dikaji terus menerus berdasar analisa kritis, supaya fakta sejarah dapat dipaparkan sebagaimana mestinya. Bukan sejarah atas dasar mitos, asumsi, pembelokan karena kepentingan politik penguasa dan penulis sejarah waktu itu.[]

Ummi Azzura Wijana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun