Piala yang selalu kau dan aku gunakan tuk menikmati anggur ambang tengah malam. Pecah berserakan, lantaran kecerobohanmu yang tak pecus memegang gagangnya. Remuk serupa kepala pejuang berperisai jantung. Tewas lantaran bom lemparnya sendiri.
Bagai kapal purba, malam merapat ke dermaga pagi. Bangkai piala pun telah aku kubur di pemakaman rongsokan benda-benda. Namun kenapa tidurmu masih mengigaukan kencan pertama? Padahal potret yang mengabadikannya terlepas sudah dari pigura.
-Ummi Azzura Wijana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H