Bebas melakukan transaksi tawar menawar. Di pasar tradisional antara pembeli dan penjual bebas melakukan tawar menawar terhadap barang yang diperjual belikan. Tawar menawar ini seolah menjadi tradisi jual beli di pasar tradisional. Suasana ramai pasar dimungkinkan karena terdengar sahut-sahutan para penjual dan pembeli yang melakukan tawar menawar. Hal inilah yang paling seru di pasar tradisional yang tak ada di pusat perbelanjaan atau mall. Tawar menawar inipun biasanya dengan harga sewajarnya saja. Pembeli harus pintar-pintar menawar agar mendapatkan harga yang pas.
Belanja di pasar tradisional akan menemukan keakraban. Satu hal lagi yang tak ditemukan di pusat perbelanjaan lain yaitu adanya keakraban antara penjual dan pembeli. Di sana, karena seringnya bertemu antara penjual dan pembeli, akan menyebabkan terjadinya perbincangan hangat. Saling menanyakan kabar dan kesehatan. Bahkan nama dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penjual sering dihafal oleh pembeli, begitu juga sebaliknya.
Dapat berburu jajanan pasar. Makanan tradisional, jajanan pasar, adanya cuma di pasar tradisional. Dari makanan jadul hingga makanan yang baru-baru saja muncul. Dengan harga yang sangat terjangkau oleh masyarakat. Â Rasanya nikmat tak kalah dengan makanan di rumah makan.
Bebas menggunakan pakaian apapun. Di pasar tradisional ini pembeli dan penjual fleksibel menggunakan baju apapun. Bahkan menggunakan daster tetap ok ok saja. Tak ada larangan atau tatapan aneh oleh pembeli atau penjual lain. Beda dengan belanja di pusat perbelanjaan. Kebiasaan yang ada, saat berbelanja ke mall harus berpakaian yang rapi, necis, modis, dsb. Pelayan-pelayannyapun harus berdandan rapi, jika tidak akan dikenakan sanksi. Dengan tidak dibedakannya pakaian yang digunakan ketika pergi ke pasar ini menandakan betapa membuminya pasar tradisional.
Usaha kecil dapat berkembang. Berbelanja ke pasar tradisional dapat mendukung usaha kecil berkembang. Karena di sini terjadi perputaran ekonomi dari kalangan produsen langsung, ke pengepul, penjual, hingga pembeli. Adapula yang penjual lansung kepada pembeli. Adanya transaksi jual beli di pasar tradisional setiap hari menandakan perputaran ekonomi juga terjadi setiap hari, sehingga masyarakat berdaya dengan usahanya yang berkembang kian hari.
"Prepegan"Â Budaya Jelang Lebaran
Banyaknya keuntungan dan kelebihan di pasar tradisional menjadi alasan saya untuk berbelanja di sini. Mulai dari kebutuhan sandang hingga pangan. Apalagi saat jelang lebaran, banyak sekali kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebetulan anak saya tidak begitu memiliki tradisi membeli baju baru saat lebaran. Sehingga belanja baju jauh hari sebelum lebaran. Sudah dipakai sebelum hari lebaran tidak masalah. Sayapun sering belanja di pasar tradisional. Kualitas tak jauh beda, nyaman digunakan, dan harga masuk dalam hitungan kantong saya. Karena saya tak mengejar merk terkenal hanya untuk kepentingan gengsi. Karena sebagus apapunmerknya, tetap dipakai juga. Tidak untuk dipamerkan saja.
Untuk memenuhi kebutuhan jelang ramadhan bahan yang sering dibelanjakan adalah bahan pokok. Mulai dari beras, minyak, dan kebutuhan yang harus dimasak saat lebaran. Nah, di pasar tradisional ini biasanya ada istilah "prepegan". Istilah ini digunakan saat pasar sedang mengalami puncak transaksi jual beli jelang lebaran.
Istilah "prepegan" ini berasal dari bahasa Jawa prepeg yang memiliki arti mendesak. Jadi "prepegan" ini hanya terjadi sehari, yaitu jelang lebaran. Namun baru-baru ini terjadi antara 2 sampai tiga hari karena meningkatnya permintaan pasar. Di sinilah terjadi panen bagi para penjual dalam mendulang keuntungan. Tapi jangan khawatir, meskipun masa "prepegan" perbedaan harga tak terlalu jauh. Transaksi jual beli berjalan sangat cepat.