Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Budaya "Prepegan" di Pasar Tradisional

9 Juni 2018   23:55 Diperbarui: 9 Juni 2018   23:50 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki bulan ramadhan, nadi perekonomian seperti bergerak lebih cepat. Pusat berbelanjaan memiliki persediaan barang dagangan lebih banyak dari biasanya. Produsen barang lebih banyak lembur demi memenuhi permintaan konsumen. Para pembeli sendiri berlalu lalang di toko-toko, mall-mall, hingga pasar. Berbelanja untuk keperluan harian maupun berbelanja untuk keperluan lebaran.

Minggu pertama masih terlihat biasa. Lalu lintas dan perputaran uang masih normal. Namun jelang minggu ketiga, roda perekonomian beregerak sangat cepat. Jalanan macet penuh orang. Toko berjubel pembeli. Mall-mall ramai didatangi pengunjung untuk berbelanja. Tak lepas pasar tradisional yang menyediakan bahan pokok keperluan sehari-hari dan lebaran.

Tempat Belanja Secara Umum

Setiap orang memiliki kesukaan tersendiri dalam berbelanja. Mereka bebas memilih akan belanja di mana. Apakah akan belanja di mall, di pertokoan, pasar tradisional, ataupun kios, dan warung. Hal ini sesuai dengan kebiasaan masing-masing.

Perbedaan dari tempat-tempat tersebut sangat mencolok. Jika di mall, pusat perbelanjaan yang biasanya berada di kota besar, orang akan berbelanja sambil berekreasi. Cuci mata melihat-lihat segala sesuatu yang menarik. Mulai dari baju, sepatu, tas, dan lain-lain. Sedangkan di pertokoan area pandang terbatas, biasanya hanya menyediakan satu atau dua macam barang yang senada. Toko baju, maka di sana hanya menyediakan baju saja. Toko sepatu hanya sediakan sepatu saja. Kelebiahan tempat ini, orang lebih fokus saat berbelanja. Tak perlu takut gangguan melihat barang lain yang mungkin kurang bermanfaat.

Pasar tradisional identik dengan tempat belanjanya masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Di sana banyak tersedia barang komoditi kebutuhan. Lengkap dari sandang hingga pangan serta kebutuhan papan sekalipun. Bedanya dengan mall, di pasar tradisional orang bebas berdesak-desakan dan menawar barang belanjaan. Hingga akhirnya terjadi transaksi jual beli.

Bagi mereka yang tak ingin jauh-jauh berbelanja, biasanya cukup pergi ke kios atau warung dekat rumah. Meskipun jumlahnya sedikit, terkadang ada kios yang lengkap barang dagangannya. Namun adapula yang kios atau warung tersebut tak lengkap, sehingga pembeli harus membeli ke beberapa kios atau warung untuk mendapatkan kebutuhannya. Misalnya harus pergi ke pasar tradisional atau pertokoan.

Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang dalam pelaksanaan transaksi jual beli masih bersifat tradisional. Di sana terjadi tawar menawar hingga akhirnya terjadi kesepakatan harga suatu barang. Dengan demikian, pembeli dapat menentukan sendiri seberapa besar dia ingin belanja, disesuaikan dengan kantongnya. Tentu hal ini sangat memermudah pembeli dalam memenuhi kebutuhannya.

Sayang sekali saat ini pasar tradisional banyak yang ditinggalkan. Orang lebih banyak belanja di mall atau pertokoan yang tempatnya terlihat lebih bagus dan bersih. Terkadang lebih suka berbelanja di minimarket yang mereka pikir tak perlu menawar. Namun di situ pembeli seperti dipaksa dengan harga yang telah ditentukan tersebut. Berbeda dengan di pasar, harga ditentukan oleh kesepakatan, sehingga pembeli dan penjual merasa puas dengan kesepakakan harga tersebut.

Menilik keberadaan pasar tradisional saat ini sebenarnya sudah memiliki kemajuan dibanding dengan beberapa tahun yang lalu. Sekarang tidak ada istilah pasar tradisional becek, tak tertata, kotor, atau berbau. Pasalnya, pasar tradisional saat ini sudah banyak yang dibangun dengan model seperti pusat perbelanjaan. Tempatnya bagus dan bersih, dikelompokkan berdasar komoditinya, supaya pembeli mudah menemukan barang keperluannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun