Tujuan ibadah menjadi target utama bagi ummat muslim selama bulan ramadhan. Mulai dari hari pertama hingga menjelang lebaran. Tiga tahap pembagian ramadhan diwarnai dengan berbagai macam ibadah. Selain beribadah tetap melaksanakan aktivitas seperti biasa. Bekerja mencari nafkah untuk keluarga agar terpenuhi semua kebutuhan baik selama bulan ramadhan hingga lebaran. Terlebih setelah lebaran tidak boleh lupa untuk dipersiapkan dengan baik.
Bagi para pekerja, saat bulan ramadhan menjelang lebaran, satu hal yang paling diharapkan adalah Tunjangan Hari Raya (baca: THR). Pada setiap perusahaan menentukan besaran THR sesuai kebijakan masing-masing. Ada yang menetapkan satu kali gaji penuh. Ada pula yang berupa bonus dalam bentuk uang maupun barang.
Namun bagi wiraswasta, THR bukan menjadi harapan paling besar. Pasalnya, segala pendapatan diusahakan sendiri tanpa berharap pemberian dari orang lain. Pun demikian, setiap orang merasakan kebahagiaan dengan caranya sendiri dalam memaknai THR tersebut.
THR dalam Pandangan Umum
THR dalam pandangan masyarakat umum adalah sejumlah uang sekali gaji atau dalam bentuk sembako yang diberikan saat jelang ramadhan. THR ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan menjelang dan selama lebaran. Jika diberikan dalam bentuk uang, besar harapan dapat memenuhi kebutuhan selama bulan ramadhan hingga lebaran. Digunakan untuk zakat, sedekah, dan kebutuhan lain. Jika dalam bentuk barang, untuk membantu memenuhi kebutuhan selama lebaran yang biasanya memersiapkan makanan untuk para tamu.
THR ini sangat popular karena budaya lebaran di Indonesia identik dengan saling bersilaturahmi setelah selesai sholat Idul Fitri. Pada saat silaturahmi itulah tuan rumah memersiapkan segala sesuatu untuk menjamu tamu. Sehingga THR ini sangat bermanfaat membantu terpenuhi kebutuhan tersebut.
Di lain sisi, lebaran bisa dimaknai 'lebar' dalam bahasa Jawa yang memiliki artinya percuma atau cuma-cuma. Jadi segala sesuatu dianggap cuma-cuma diberikan kepada seluruh ummat di dunia ini. Tidak hanya makanan, maaf diberikan secara ikhlas (cuma-cuma).
Tak ubah THR, juga diberikan cuma-cuma. Demikianlah, kebahagiaan yang diberikan merupakan salah satu bentuk berkah ramadhan. Islam sebagai rahmatan lil'alamin. THR tidak hanya diberikan kepada ummat muslim tapi kepada seluruh karyawan, pekerja dalam perusahaan tersebut tak memandang apakah dia muslim atau bukan.
THR dalam Pandangan Filosofis
THR yang selalu dimaknai dalam bentuk materi, jika dihitung tidak akan pernah cukup. Padahal sebenarnya THR tersebut tak harus selalu dianggap seperti itu. Jika orang tersebut bekerja pada orang lain dia akan mendapatkan THR, jika usaha sendiri tak akan pernah mendapatkan itu. Sehingga ada rasa kecewa ketika tidak mendapatkannya.
Untuk itulah, THR tak harus selalu dimaknai dalam bentuk materi. THR perlu dimaknai secara mendalam. Bahwa di balik kata THR tersimpan makna pemberian yang tak ternilai harganya. Pemberian dari Allah SWT berupa rahmad dan karunia. Pemberian berupa rejeki yang tak selalu dalam bentuk materi maupun uang.
Rejeki tersebut dalam bentuk kesehatan, keselamatan. Terkadang rejeki yang tak terduga yang kita dapatkan selama kita tekun beribadah. Pun jika ketekunan kita dalam beribadah belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan harus tetap dalam keyakinan bahwa rejeki itu masih tertunda dalam pengabulan doa.
Nah, sekarang tentu kita harus memilih dan memilah pola pikir kita. Apakah akan selalu berpikir THR selalu dalam bentuk materi atau tidak. Jika mau mendalami lebih jauh, ibadah kita akan digantikan THR yang sangat besar oleh Allah SWT dalam bentuk ketaqwaan seperti yang dijanjikanNya.
Pun rejeki yang berupa THR bentuk materi tetap harus disyukuri. Namun jangan sampai penantian setahun dihabiskan sebulan, bahkan sehari saja. Ada hak orang lain dalam setiap rejeki kita. Maka harus dibagikan kepada sesama agar mereka yang tak menerima THR ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan sebagai penerima THR.
THR yang sesungguhnya adalah rahmad Allah SWT yang tak ternilai harganya. Terpenting  adalah ibadah dulu baru THR itu akan diberikan kemudian. Tak selalu berbentuk nyata di dunia ini. Namun berdampak lebih baik pada hati dan jiwa setiap ummat muslim yang tekun beribadah selama bulan Ramadhan dan ditingkatkan saat bulan Syawal serta bulan-bulan berikutnya. Wallahu'alam bisawab.
-Ummi Azzura Wijana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H