Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ibadah Dulu, THR Kemudian

6 Juni 2018   21:11 Diperbarui: 6 Juni 2018   22:27 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan ibadah menjadi target utama bagi ummat muslim selama bulan ramadhan. Mulai dari hari pertama hingga menjelang lebaran. Tiga tahap pembagian ramadhan diwarnai dengan berbagai macam ibadah. Selain beribadah tetap melaksanakan aktivitas seperti biasa. Bekerja mencari nafkah untuk keluarga agar terpenuhi semua kebutuhan baik selama bulan ramadhan hingga lebaran. Terlebih setelah lebaran tidak boleh lupa untuk dipersiapkan dengan baik.

Bagi para pekerja, saat bulan ramadhan menjelang lebaran, satu hal yang paling diharapkan adalah Tunjangan Hari Raya (baca: THR). Pada setiap perusahaan menentukan besaran THR sesuai kebijakan masing-masing. Ada yang menetapkan satu kali gaji penuh. Ada pula yang berupa bonus dalam bentuk uang maupun barang.

Namun bagi wiraswasta, THR bukan menjadi harapan paling besar. Pasalnya, segala pendapatan diusahakan sendiri tanpa berharap pemberian dari orang lain. Pun demikian, setiap orang merasakan kebahagiaan dengan caranya sendiri dalam memaknai THR tersebut.

THR dalam Pandangan Umum

THR dalam pandangan masyarakat umum adalah sejumlah uang sekali gaji atau dalam bentuk sembako yang diberikan saat jelang ramadhan. THR ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan menjelang dan selama lebaran. Jika diberikan dalam bentuk uang, besar harapan dapat memenuhi kebutuhan selama bulan ramadhan hingga lebaran. Digunakan untuk zakat, sedekah, dan kebutuhan lain. Jika dalam bentuk barang, untuk membantu memenuhi kebutuhan selama lebaran yang biasanya memersiapkan makanan untuk para tamu.

THR ini sangat popular karena budaya lebaran di Indonesia identik dengan saling bersilaturahmi setelah selesai sholat Idul Fitri. Pada saat silaturahmi itulah tuan rumah memersiapkan segala sesuatu untuk menjamu tamu. Sehingga THR ini sangat bermanfaat membantu terpenuhi kebutuhan tersebut.

Di lain sisi, lebaran bisa dimaknai 'lebar' dalam bahasa Jawa yang memiliki artinya percuma atau cuma-cuma. Jadi segala sesuatu dianggap cuma-cuma diberikan kepada seluruh ummat di dunia ini. Tidak hanya makanan, maaf diberikan secara ikhlas (cuma-cuma).

Tak ubah THR, juga diberikan cuma-cuma. Demikianlah, kebahagiaan yang diberikan merupakan salah satu bentuk berkah ramadhan. Islam sebagai rahmatan lil'alamin. THR tidak hanya diberikan kepada ummat muslim tapi kepada seluruh karyawan, pekerja dalam perusahaan tersebut tak memandang apakah dia muslim atau bukan.

THR dalam Pandangan Filosofis

THR yang selalu dimaknai dalam bentuk materi, jika dihitung tidak akan pernah cukup. Padahal sebenarnya THR tersebut tak harus selalu dianggap seperti itu. Jika orang tersebut bekerja pada orang lain dia akan mendapatkan THR, jika usaha sendiri tak akan pernah mendapatkan itu. Sehingga ada rasa kecewa ketika tidak mendapatkannya.

Untuk itulah, THR tak harus selalu dimaknai dalam bentuk materi. THR perlu dimaknai secara mendalam. Bahwa di balik kata THR tersimpan makna pemberian yang tak ternilai harganya. Pemberian dari Allah SWT berupa rahmad dan karunia. Pemberian berupa rejeki yang tak selalu dalam bentuk materi maupun uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun