Teater Karna Tanding, sebagai sebuah karya seni yang menggabungkan musik, drama, pewayangan, dan tari ditulis dan dipentaskan oleh Dewan Kesenian Cilacap, Sabtu, 5 Mei 2018. Konsep pertunjukan Teater yang jarang dilakonkan, ditulis berpijak pada konsep filosofis yin-yang, kehidupan disimbolkan dengan  putaran lingkaran hitam-putih hingga tercipta warna kelabu.
Karenanya kehidupan tidak bisa dilepaskan dengan dua warna yakni hitam yang  melambangkan angkara murka  dan putih sang lambang kebajikan. Dua warna  saling kait-mengait hingga memberikan dinamika kehidupan manusia di alam  maya (alam kelabu). Suatu alam yang berada di antara alam pra kelahiran  dan alam paska kehidupan (kematian).
Kolaborasi Wayang. Foto: Ummi Azzura
Menurut Sri Wintala Achmad, penulis lakon sekaligus sutradara Karna Tanding menyampaikan, "Konsep filosofis di muka sebagai pijakan pertunjukan seni  kolaboratif  Karna Tanding oleh Dewan Kesenian Cilacap (DKC) di Dwijaloka  pada  Sabtu, 5 Mei 2018. Suatu pertunjukan yang memadukan seni pakeliran  Jawa,
teater, tari, dan musik dengan memertimbangkan unsur artistik,  kreasi, dan eksplorasi. Pertunjukan ini pula memerankan seni sebagai  media rekreatif, edukatif, dan kontemplatif filosifis bagi publik yang  mulai cenderung berorientasi pada materi dan kapital."
Kolaborasi Tari. Foto: Ummi Azzura
Bahwa dalam jagad pakeliaran Jawa, dua sisi sifat pada kehidupan  manusia tersebut dilukiskan melalui Kakawin Bharatayuddha karya Rsi  Vyasa yang kemudian diadaptasi Mpu Sedah dan Mpu Panuluh -- dua pujangga  Kadiri di era pemerintahan Mapanji Jayabhaya, lanjutnya.
Karna Tanding. Foto: Ummi Azzura
Dalam karya tersebut  disiratkan bahwa perang trah Bharata antara Korawa dan Pandawa bukan  merupakan persoalan benar-salah atau menang-kalah, melainkan komunikasi  dialogis antara hitam dan putih atau kebajikan dan angkara murka di  dalam jiwa manusia.
Pelukisan persetubuhan dua sifat manusia pada Kakawin  Bharatayuddha ditandaskan pada perang tanding antara Arjuna dan Karna.  Arjuna sang putra Bhatara Indra dan Karna sang putra Bhatara Surya  melambangkan air dan api. Dua materi yang memberikan suasana sejuk  (ketenangan) dan panas (keberanian) bagi manusia. Karenanya bila sifat  tenang tercerabut, keberanian yang tidak terkendali akan menimbulkan  kehancuran. Sebaliknya bila sifat berani musnah, manusia akan menjadi  pemalas atau mati sajroning urip.Â
Ditandaskan bahwa gelar seni kolaboratif Karna Tanding tidak akan  bermakna jika tidak dipahami sebagai serat ginelar. Suatu karya sarat  wewarah (ajaran) yang disampaikan tanpa menggurui. Pengertian lain,  audience dapat menangkap makna di balik babaran kisah dari awal hinggal  penghujung pertunjukan, pungkasnya.
Sri Wintala Achmad. Penulis lakon dan sutradara. Foto: Dokpri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya