Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Social Climber", Penyakit Kejiwaan agar Terlihat Kaya

8 April 2018   15:08 Diperbarui: 8 April 2018   15:19 4300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suka Pamer. Sumber gambar: gaptekinfo.info

Penampilan ter Up to date 

Selain barang mewah, ada lagi yang menjadi kebiasaan orang dengan kelainan social climber. Segala sesuatu yang sedang up to date digunakan semua. Baik itu dalam bentuk properti, mobil, perhiasan, hingga baju dan hal-hal yang berbau kecantikan diri. Misalnya saja baju merk terbaru, tas terbaru, make up teranyar, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan supaya tidak dikatakan ketinggalan jaman, menjadi orang zaman now. Dengan melakukan hal itu, mereka merasa bahagia dan juga bangga.

Pamer di Media Sosial

Kehidupan orang dengan kelainan social climber tak akan jauh dari media sosial. Untuk melegimitasi dirinya memiliki status sosial yang tinggi mereka memamerkan dengan apa yang mereka miliki. Misalnya saja menggunakan barang-barang bermerk dan terbaru, buru-buru diprotret dan diunggah di media sosial. Makan di restoran yang terkenal, sebelum makan dipotret lalu diunggah dengan memerlihatkan dirinya dengan makanan sekaligus merk terkenal tersebut. Dengan begitu segala apa yang dia miliki dan dia lakukan diketahui orang banyak.

Selain di media sosial mereka berusaha menunjukkan barang baru yang dimiliki kepada teman dan orang-orang yang ada disekitarnya. Mencari perhatian dengan barang yang dimiliki tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapat pujian bahwa dia mampu memiliki dan membeli barang tersebut.

Sebenarnya apa yang mendasari mereka melakukan hal ini dengan mengorbankan harga diri tanpa mementingkan proses dan kerja keras untuk mencapainya. Pertama, mereka melakukan ini demi sebuah pengakuan status sosial. Pengakuan sosial tersebut menjadikan lebih percaya diri dan tidak minder. Kesombongan yang dilakukannya menjadikannya dihargai oleh orang lain

Kedua, Takut tidak diterima lingkungan. Mereka takut keberadaannya yang tak seperti komunitasnya menjadikan dirinya tidak diterima. Sesungguhnya hal tersebut merupakan sikap apriori yang timbul dalam pikiran orang tersebut. Social climber sebenarnya memiliki sikap percaya diri yang rendah. Dengan melakukan hal tersebut dia baru memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Ketiga, Tidak percaya diri. Jelas. Orang social climbertidak memiliki percaya diri yang tinggi. Dia akan percaya diri saat menggunakan apa yang bermerk dan terkenal serta diakui publik. Pada dasarnya orang tersebut memiliki sifat rendah diri.

 

Social climber bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Terbentuk dari lingkungan dan juga didikan orang tua. Jika sedari kecil orang tua mengajarkan materi oriented, maka sampai besarpun sifat ini akan melekat pada orang tersebut. Sebagai contoh kecil, orang tua memaksakan anak menggunakan baju resmi atau sepatu pada saat menghadiri sebuah acara, padahal anak ingin menggunakan baju favoritnya yang membuat dia nyaman. 

Namun tidak diijinkan orang tuanya, di mana orang tua sering mengatakan baju atau sepatu tersebut kurang bagus dan tak pantas digunakan. Di sinilah orang tua sangat berperan membentuk karakter anak hingga dewasa. Sehingga anak tak memiliki kepercayaan diri dan memiliki kelainan social climber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun