Sebagian orang tak lagi bisa membedakan dunia nyata dengan dunia maya saat ini. Segala sesuatu di dunia nyata dianggap maya karena belum dipublikasikan di dunia maya. Dunia maya dianggap nyata karena telah ada, tertulis dan meninggalkan jejaknya.
Banyak orang menggunakan media sosial (Medsos) untuk mengungkapkan segala curahan hati dan idenya. Agar publik tau apa yang menjadi gagasannya. Selain itu dengan tulisan-tulisannya dia berharap mendapatkan dukungan dan komentar yang menguatkan.Â
Pengguna medsos seperti berefuoria. Tanpa pikir panjang dan pertimbangan matang mengunggah segala bentuk informasi baik bersifat pribadi maupun umum dalam bentuk video, gambar maupun tulisan. Tidak berpikir dampak yang diperoleh kelak suatu hari nanti.
Di Indonesia saat tahun-tahun politik, medsos seolah-olah memiliki peran penting dalam memengaruhi dan membentuk pola pikir serta opini publik. Unggahan-unggahan, cuitan-cuitan secara lantang bertebaran di laman-laman medsos.Â
Kemudian dibagikan oleh pendukungnya, dikomentari, dan akhirnya banyak yang menjadi viral. Tak lagi memandang konten itu viral negatif atau positif. Masyarakat latah hanya karena 'ingin seperti teman', aktif dan eksis di dunia maya.
Kebiasaan baru masyarakat pengguna medsos yang latah banyak yang tak memahami bagaimana sebaiknya menggunakannya dengan bijak. Apakah akan berdampak positif atau justru memicu konflik saat berbicara di dunia maya. Di mana kecepatan penyebaran informasi sangatlah cepat sepersekian detik sudah menyebar ke seantero belahan dunia.
Jika tanpa pertimbangan matang, medsos akan meninggalkan jejak yang sangat kejam. Kalimat-kalimat unggahan yang memicu konflik, merendahkan orang lain, isue sara akan dituai akibatnya oleh penggunanya sendiri. Meskipun begitu masih banyak pula konten positif untuk kebaikan, namun publik harus sangat selektif dan harhati-hati. Harus merunut dengan baik, tau sumber jelasnya dari mana.Â
Atas dasar tanpa banyak pertimbangan dalam bermedia sosial banyak kita lihat kekejaman dunia maya yang merugikan penggunanya. Sebagai contoh, ada artis yang jadi viral karena unggahan video yang membuka aibnya. Ada lagi video penghinaan sehingga terjerat hukum. Tulisan di blog yang dibagikan banyak pengguna, ternyata akun abal-abal yang bertujuan memecah belah persatuan bangsa. Baru-baru inipun ada tokoh dengan kalimat terbuka menyampaikan gagasan dan pemikirannya. Oleh media sosial diviralkan hingga menjadi polemik karena dianggap memiliki muatan isue SARA.Â
Bermedia Sosial dengan Bijak
Semakin sering menggunakan medsos pada akhirnya akan tau bagaimana menggunakannya dengan bijak. Untuk itu sebisa mungkin hindari hal-hal di bawah ini agar tak menuai jejak yang akibatnya sungguh kejam.
1. Curhat
Setiap orang pasti akan mengungkapkan seluruh isi hatinya agar perasaan bisa lega. 'Uneg-uneg' bisa keluar semua tanpa membebani pikiran. Namun perlu dipahami bahwa curhatan hanya boleh dilakukan dengan orang yang dipercaya saja.
Sedangkan medsos adalah ranah publik yang sebaiknya tidak dijadikan ajang curahan hati. Tersebab, dengan curhat pengguna seperti menelanjangi diri sendiri.Â
Bisa jadi membuka aib diri dan keluarga. Hal ini juga bisa menyebabkan kejahatan yang bersumber dari curhat. Misal curhat tentang keberadaannya saat itu, justru akan dimanfaatkan orang jahat terhadap dirinya. Sungguh akibatnya sangat fatal.
2. Isue SARA
Jangan sekali-kali mengunggah konten di medsos yang memicu konflik karena isue SARA. Karena isue ini mudah sekali 'digoreng'. Apalagi di Indonesia yang notabene memiliki suku yang banyak dan terdiri dari berbagai agama. Bagi yang merasa mayoritas bisa merasa dihina yang minoritas merasa dipinggirkan. Untuk itulah konten SARA tidak dianjurkan diunggah di medsos apapun.
3. Merendahkan orang lain
Pengguna medsos kadang-kadang tidak menyadari bahwa kalimat-kalimatnya terbilang merendahkan orang lain. Setelah menuai banyak protes baru sadar dan akhirnya minta maaf. Hal ini tentu menjadi satu hal layaknya 'nasi telah menjadi bubur'. Saat sudah menyebar tak bisa ditarik kembali. Meskipun telah dihapus, jejaknya sudah terekam pengguna lainnya. Konten positif, sekali lagi menjadi pilihan yang lebih baik.
4. Unggah foto tak berperikemanusiaan
Masyarakat pengguna medsos tentu harus banyak belajar dengan apa yang diunggah di medsos. Jangan karena alasan ingin viral dan terkenal mengesampingkan perikemanusiaan. Bisa dibayangkan saat foto korban kecelakaan, foto mayat, foto pelaku kejahatan diunggah begitu saja tanpa sensor.Â
Dampaknya keluarga bisa tidak terima, membuat resah masyarakat, mempermalukan orang lain, menjadi kejahatan visual karena tanpa 'tedheng aling-aling' apa adanya. Penggunaan medsos seharusnya tetap memegang perikemanusiaan, meskipun di jaman teknologi harus tetap menggunakan hati dan perasaan. Kita kembalikan pada diri sendiri, jika itu dialami oleh kita sendiri rasanya seperti apa, tentu tak mau bukan?
Untuk itulah sebaiknya pengguna  medsos berhati-hati. Selalu menyeleksi konten yang dibaca. Sebelum komentar dan mengunggah kembali, pastikan konten tersebut, pertama, mencantumkan sumber yang jelas. Dari mana sumber bacaan dan rujukannya. Siapa pemilik akunnya, apakah bisa dipercaya atau sekadar akun abal-abal yang ingin menyebarkan berita dan informasi hoax.
Kedua, tidak merepost informasi yang belum jelas. Hal ini sering terjadi di medsos. Informasi sudah viral dibagikan jutaan orang, ternyata berita hoax yang tidak benar. Jadi berpikir seribu kali sebelum unggah kembali. Karena salah-salah justru semakin banyak orang teracuni.Â
Ketiga, gunakan medsos untuk mengembangkan diri. Misalnya dengan bermedsos berkomunikasi dengan sesama orang dengan hobi yang sama sehingga mampu mengembangkan diri. Mencari portal-portal informasi yang bagus sehingga akan meningkatkan pendidikan, pengetahuan, dan karir seseorang. Sehingga medsos benar-benar dapat dimaksimalkan dengan baik.
Keempat, medsos digunakan untuk meningkatkan produktivitas. Saat ini marak di medsos jualan online, jika dimanfaatkan dengan baik akan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Meskipun tetap harus hati-hati dengan modus penipuan yang bertebaran. Lain lagi bagi penulis baik fiksi maupun non-fiksi. Dengan medsos bisa meningkatkan produktivitas menulisnya. Bahkan dapat mengambil keuntungan berupa materi dengan menggunakan medsos.
Nah, lebih baik bermedsos dengan bijak dari pada dianiaya kekejaman bermedsos bukan?
-Ummi Azzura Wijana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H