Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Dampak Negatif "Ranking" Rapor Sekolah

3 April 2018   09:24 Diperbarui: 3 April 2018   10:08 1938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak yang di tuntut Orang Tua. Sumber gambar: dream.co.id

Saat anak selalu dipatok dengan prestasi berupa ranking paling atas, kreativitas anak akan menurun. Saat anak memiliki kecerdasan selain kecerdasan kognitif, misalnya menyanyi atau bermain musik, akan hilang dengan sendirinya. Tertutup oleh tuntutan-tuntutan permintaan orang lain. Padahal sudah terbukti, bahwa anak dengan multi kecerdasan akan berhasil menghadapi hidupnya saat dewasa kelak.

  • Segala sesuatu dinilai secara materi

Saat anak sudah terdoktrin bahwa segala sesuatu dinilai dengan angka dan prestasi, maka anak akan memiliki pola pikir bahwa segalanya dinilai dari materi. Pendidikan yang ia tempuh akan berhasil dengan materi cukup. Dengan prestasi dan kecerdasannya akan menghasilkan materi seperti yang diharapkannya. Sudah tidak lagi berpikir bahwa hidup ini tak hanya materi, ada hal lain yang lebih penting yaitu rasa kemanusian dan kasih sayang terhadap sesamannya.

Tuntutan ranking dalam rapor anak tentu saja boleh tapi tidak boleh mutlak. Jika hal itu tercapai, anggap saja sebagai bonus. Akan lebih baik jika orang tua memberikan apresiasi terhadap nilai yang bagus dan mendiskusikan nilai yang kurang bagus, sehingga anak akan belajar lebih giat lagi. Di sinilah secara alami anak akan berproses sesuai dengan kemampuannya. Baik itu secara kognitif maupun secara psikis dalam perkembangannya.

Akan lebih baik lagi jika orang tua tidak hanya menilai keberhasilan anak dari angka-angka yang tertera dalam laporan sekolah. Bisa menilai anak dari banyak prestasi di luar sekolah. Baik itu kemampuan berketerampilan maupun kemampuan berkesenian. Sehingga kecerdasan anak justru akan melejit melebihi dari apa yang diharapkan oleh orang tua. (Ummi Azzura WIjana)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun