Saat anak selalu dipatok dengan prestasi berupa ranking paling atas, kreativitas anak akan menurun. Saat anak memiliki kecerdasan selain kecerdasan kognitif, misalnya menyanyi atau bermain musik, akan hilang dengan sendirinya. Tertutup oleh tuntutan-tuntutan permintaan orang lain. Padahal sudah terbukti, bahwa anak dengan multi kecerdasan akan berhasil menghadapi hidupnya saat dewasa kelak.
- Segala sesuatu dinilai secara materi
Saat anak sudah terdoktrin bahwa segala sesuatu dinilai dengan angka dan prestasi, maka anak akan memiliki pola pikir bahwa segalanya dinilai dari materi. Pendidikan yang ia tempuh akan berhasil dengan materi cukup. Dengan prestasi dan kecerdasannya akan menghasilkan materi seperti yang diharapkannya. Sudah tidak lagi berpikir bahwa hidup ini tak hanya materi, ada hal lain yang lebih penting yaitu rasa kemanusian dan kasih sayang terhadap sesamannya.
Tuntutan ranking dalam rapor anak tentu saja boleh tapi tidak boleh mutlak. Jika hal itu tercapai, anggap saja sebagai bonus. Akan lebih baik jika orang tua memberikan apresiasi terhadap nilai yang bagus dan mendiskusikan nilai yang kurang bagus, sehingga anak akan belajar lebih giat lagi. Di sinilah secara alami anak akan berproses sesuai dengan kemampuannya. Baik itu secara kognitif maupun secara psikis dalam perkembangannya.
Akan lebih baik lagi jika orang tua tidak hanya menilai keberhasilan anak dari angka-angka yang tertera dalam laporan sekolah. Bisa menilai anak dari banyak prestasi di luar sekolah. Baik itu kemampuan berketerampilan maupun kemampuan berkesenian. Sehingga kecerdasan anak justru akan melejit melebihi dari apa yang diharapkan oleh orang tua. (Ummi Azzura WIjana)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H