Situs candi ini dulu berada di area tanah milik warga masyarakat.  Kemudian pada tahun 1982 oleh Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala  (BP3) diambil alih. Situs candi memiliki satu arca asli bernama  Awalukitiswara. Dulu sempat hilang selama sembilan bulan di Singapura  pada tahun 1984. Setelah ditemukan kemudian di simpan di kantor Badan  Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Sedangkan arca yang saat ini  berada di situs ini adalah arca tiruan saja.
Situs Purba Sokoliman
Situs Purba Sokoliman merupakan situs yang ditemukan di kawasan  Sokoliman. Kenapa dikatakan kawasan amsalnya, banyak sekali ditemukan di  area sokoliman batu-batu prasejarah atau purba. Situs purba Sokoliman  berada di dusun Sokoliman, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo,  Kabupaten Gunungkidul, DIY. Berada pada UTM 49 X: 0461967 Y: 9124758.  Situs ini berada di kawasan goa pindul. Goa pindul yang terkenal dengan  wisata air yang berada dalam goa.
Situs Purba Sokoliman ini merupakan tempat penampungan beberapa  temuan situs yang berada di daerah Sokoliman. Selain itu, di  Gunungkidul. ada tempat penampungan situs lain di antaranya Diantaranya Dusun Bleberan, Desa Playen dan Dusun gondang, Desa Ngawis, Karangmojo.  Tempat ini berada dalam area kurang lebih 2000m2 berada di  sebelah sungai Oyo. Sungai yang biasaya untuk kegiatan rafting,  rangkaian dari susur gua Pindul. Hal ini sesuai dengan sifat manusia pra  sejarah yaitu mencari tempat yang bisa untuk bertahan hidup, kehidupan  mereka sebagai manusia bersifat berburu dan meramu.
Satu hal yang menguatkan adalah tempat ini merupakan salah satu ceruk (rock sheltepr)  di Gunungkidul, dimana banyak terdapat gua sebagai tempat tinggal  mereka. Ceruk ini juga merupakan tempat yang paling subur di  Gunungkidul. Selain Karangmojo, Playen, juga Wonosari merupakan bagian  ceruk yang subur untuk kehidupan mereka pada jaman dahulu. Dimana mereka  hidup bergantung dari apa yang disediakan oleh alam.
Pada situs ini ditemukan budaya Menhir, menhir, arca menhir, dan peti  kuburan batu. Untuk peti kuburan batu yang berada di situs ini berbeda  dengan daerah lain seperti Bojonegoro, Kuningan, dan Pasemah. Di sini  kuburan berupa sponingen(sistem takikan). Kuburan batu ini dipahat pada  bagian muka dan lengan. Biasaya diletakkan di sebelah peti kuburan batu.
Baru-baru ini juga ditemukan satu batu yang sedang masuk data Balai  Pelestarian Peninggalan Purbakala DIY (BP3 DIY). Batu putih yang  berbentuk panjang dipahat pada bagian kelapa ini sepanjang kurang lebih 2  meter. Ditemukan oleh warga pada saat sedang menggali kubur di tanah  pemakaman.
Pada awalnya masyarakat tidak tahu bahwa itu merupakan benda  bersejarah, baru dilaporkan dan dilihat ternyata benar benuda  bersejarah, Kata Giyo sebagai Koordinator Pengelola. Sayangnya ada  sedikit luka karena benda tajam, namun masih bisa diselamatkan. Sejak  ditemukan itu kondisi sudah patah menjadi dua secara alami. Diperkirakan  karena ada pergeseran tanah sehingga mengakibatkan arca tersebut patah  menjadi dua.
Misalnya, menjadi gila dan sebagainya. Memang ada beberapa kejadian, masyarakat  yang kurang normal, namun hal itu belum diteliti lebih lanjut, apakah  mitos itu sebagai hal yang benar atau tidak, disebabkan oleh perlakuan  masyarakat terhadap batu tersebut. Namun bisa jadi, karena konon pada  jaman dahulu kala, setiap barang diberikan matra-mantra khusus sebagai  perlindungan.Â
Banyaknya batu-batu purba yang ditemukan di daerah ini, banyak pula  yang dibiarkan oleh warga. Ketika batu itu terlihat sedikit, atau dalam  tanah, warga justru akan menimbunnya kembali dan tidak diambil, Lanjut  Giyo. Sebagai koordinator dia berkewajiban untuk mendata dan melaporkan  kepada BP3. Agar benda purbakala tersebut tidak dibawa oleh orang yang  tidak bertanggung jawab.