Arupadhatu
Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya relief. Mulai lantai kelima hingga ketujuh, dinding pada tingkatan Arupadhatu tidak berelief. Hal ini mengandung pengertian, bahwa Arupadhatu tidak berwujud. Tingkatan Arupadhatu melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
Pada pelataran lingkaran terdapat 72 stupa kecil berterawang yang tersusun dalam 3 barisan yang mengelilingi 1 stupa besar sebagai stupa induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun dalam 3 teras lingkaran yang masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72 stupa). Dua teras terbawah stupanya lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat, satu teras teratas stupanya sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk kotak bujur sangkar.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar. Rancang bangun ini menjelaskan konsep peralihan menuju keadaan tanpa wujud di mana arca Buddha itu ada, namun tidak terlihat.
Selain ketiga tingkatan di muka, Candi Bhumisambhara memiliki tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud sempurna dengan dilambangkan stupa terbesar dan tertinggi. Stupa tersebut pula digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dinding Candi Bhumisambhara pada setiap tingkatan, kecuali pada teras-teras Arupadhatu, dipahatkan panel-panel bas-relief. Relief dan pola hias bergaya naturalis dengan proporsi ideal dan berselera estetik yang halus. Relief-relief ini sangat indah, bahkan dianggap paling anggun dalam kesenian Buddha. Relief ini juga menerapkan disiplin seni rupa India, seperti berbagai sikap tubuh yang memiliki makna atau nilai estetis tertentu. (Ummi Azzura Wijana)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H