Sore yang agak terik tak menyurutkan tekad saya untuk menuju Alun-alun Utara Yogyakarta. Demi mengenang masa lalu bahwa hatiku telah tertambat di antara keramahan dan suasana yang selalu indah untuk dirindukan. Ya, sekaten, acara tahunan di Alun-alun Utara Yogyakarta ini disebut. Di mana selama sebulan penuh pasar malam dibuka untuk masyarakat umum.Â
Mulai dari jajanan pasar, makanan kecil hingga penjualan baju, mainan, dan alat rumah tangga semua tersedia. Setiap hari alun-alun penuh oleh pengunjung. Walau dibuka pukul 4 sore, siangnya tetap saja pengunjung sudah memadati area pasar malam.
Sekaten ini pada akhirnya akan ditutup dengan grebeg gunungan ‘kakung’ yang berupa gunungan sedekah hasil bumi. Satu lagi gunungan, yaitu gunungan putri yang berisi sedekah makanan. Gunungan ini merupakan sedekah oleh Ngersa Dalem Sultan Hamengkubuwono X. Grebeg ini akan dilaksanakan tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu 12 Rabiulawal, pada tahun ini bertempatan pada hari Senin, 12 Desember 2016.
Untuk grebeg ini diawali dengan acara Kondur Gangsa, yaitu turunnya gamelan dari depan Masjid Kauman dikembalikan ke Keraton. Kondur Gongso akan dilaksanakan nanti malam kurang lebih pukul 20.00 WIB. Acara ini nantinya akan diawali dengan pengajian Maulud Nabi Muhammad SAW oleh Sultan Hamengkubuwono ke X. Setelahnya dilakukan nyebar udik-udik, yaitu menyebar uang dan kembang. Baru gamelan diarak menju keraton.
Untuk lancarnya acara grebeg ini, pasukan bregada melaksanakan gladi bersih di depan keraton, alun-alun utara, belok kiri menuju masjid kauman, Sabtu, 10 Desember 2016 pukul 16.00 WIB, kemarin. Pasukan bregada ini terdiri dari 10 kelompok bregada dari Keraton ditambah dua bregada dari Pakualaman. Dalam pelaksanaannya nanti, masing-masing menggunakan baju kebesaran sendiri-sendiri. Pasukan dari Keraton adalah bregada Wirobrojo, Dhaheng, Patang puluh, Jogo Karyo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Bugis, dan Surakarsa. Sedangkan dua bregada yang berasal dari Pakualaman adalah Plangkir dan Lombok Abang. Pembeda dari kesepuluh tambah dua bregada tersebut dapat dilihat dari atribut panji-panji (bendera), busana, dan kelengkapannya.
Kondur Gangsa yang akan dimulai malam nanti diawali dari Praci Masana, yaitu tempat berkumpulnya prajurit. Di mana tempat tersebut berada di sebelah timur Pasar Ngasem. Kurang lebih pukul 21.00 WIB, menurut penuturan Surya Prawata, salah satu prajurit bregada, mulai memasuki keraton kemudian menuju Siti Hinggil. Kurang lebih pukul 23.00 WIB baru ke luar menuju Alun-alun Utara.
Setiap bregada dipimpin oleh seorang perwira berpangkat Kapten didampingi oleh seorang perwira berpangkat panji. Bertugas mengatur dan memerintah seluruh prajurit dalam bregada. Panji ini juga memiliki wakil satu orang panji. Kemudian dalam setiap regu dipimpin oleh seorang bintara berpangkat sersan. Sedangkan untuk seluruh perwira tersebut dipimpin oleh seorang Pandega. Pucuk pimpinan tertinggi keseluruhan bregada prajurit keraton disebut sebagai seorang Manggalayudha.
Pagi hari esok, Senin, 12 Desember 2016 adalah upacara puncak sekaten. Upacara puncak ini nantinya akan mengusung gunungan kakung dan putri. Kesepuluh bregada dari Keraton ditambah dua bregada akan mengawal gunungan tersebut.
Kesepuluh bregada yang sudah disebutkan di atas, nantinya hanya 8 bregada yang bisa masuk keraton, sedangkan yang dua berada di luar. Bregada yang di luar, yaitu Bugis dan Surakarsa. Dua bregada ini bertugas di luar, yaitu menjaga pintu disebut dengan istilah ‘jaga regol’. Pun demikian pada saat mengarak gunungan, bagi kedua bregada ini akan sangat dihormati, karena mengawal gunungan.
Khusus untuk bregada plangkir dan lombok abang akan mengawal gunungan menuju Pakualaman. Selain itu juga dikawal oleh pasukan gajah dan pasukan berkuda. Setelah sampai di Pakualaman gunungan diperebutkan oleh masyarakat umum, sedangkan pasukan gajah dan kuda akan dikembalikan ke Kebun Binatang Gembira Loka.
Masyarakat umum sangat menanti gunungan yang akan diperebutkan nanti, kata Mas Bekel Suwandi, yang telah 16 tahun sebagai prajurit. Dalam hal ini masyarakat memiliki keyakinan untuk ‘ngalap berkah’ sedekah Muludan yang dipersembahkan raja mereka kepada rakyat. Keyakinannya bahwa dengan mendapatkan, memperebutkan, sedekah akan mendapatkan barakah Allah melalui perantaran Ngersa Dalem Sultan Hamengku Buwana X, untuk mendapatkan kebaikan. Tutup suwandi, sembari bersiap kembali melanjutkan Gladi Bersih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H