Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Eksotisme Batu Bata Merah Bangunan Kolonial

17 Oktober 2016   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2019   03:16 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang display foto. Dok: Pribadi

Berkunjung ke sebuah bangunan bersejarah sangat menyenangkan. Selain bisa belajar sejarah kita juga bisa menikmati kesenyapan bangunan dan mendapatkan inspirasi dari sana. Kali ini pilihan jatuh pada Benteng Van Der Wijck. Benteng yang terletak di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Jika dari arah Yogyakarta ke arah barat, bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam dengan kecepatan sedang.

Ada beberapa thank dan patung yang dipajang di depan Benteng. Dok: Pribadi
Ada beberapa thank dan patung yang dipajang di depan Benteng. Dok: Pribadi
Memasuki area benteng yang sejak tahun 1984 ditempati oleh TNI AD yang bertugas di Secata A ini pengunjung akan disambut dengan kereta mini. Kereta mini ini bisa difungsikan untuk mengelilingi area benteng di lantai paling bawah. Pengunjung bisa menyaksikan benteng mulai dari bagian depan, ke arah sebelah kiri, kemudian kanan benteng. Kereta mini ini juga melewati dalam benteng melalui pintu utama. Selanjutnya pengunjung turun tepat di gerbang benteng untuk melanjutkan perjalanan menaiki benteng lantai dua.

Memasuki benteng ini ada aura yang mistis namun sejuk. Bangunan dengan luas 7.168 m2 memiliki dua lantai. Lantai satu memiliki empat pintu gerbang. Ada 16 ruangan besar. Ruangan ini besarnya 18x6,5 m. Selain itu, pada lantai satu benteng ini memiliki 27 ruangan kecil yang memiliki ukuran tidak sama. Ada 72 jendela di sana, 63 pintu, dan 8 anak tangga. Sehingga ketika di lantai satu ini kita dapat melihat ruangan satu persatu yang saling terhubung oleh pintu-pintu. Jika tidak cermat kita seperti memasuki ruangan yang sama dan akan keluar pada pintu dan ruangan yang sama pula. Tapi tidak perlu takut, karena pada akhirnya kita akan kembali pada pintu utama, yang bisa mengantarkan kita kembali ke gerbang area wisata.

Benteng terlihat dari arah luar, Dok: Pribadi
Benteng terlihat dari arah luar, Dok: Pribadi
Pada lantai satu ini ada beberapa ruangan yang digunakan sebagai ruang display. Display foto-foto sejarah benteng yang sejak tahun 1818 dipakai untuk asrama tentara Belanda. Ada beberapa foto dipajang mulai dari benteng sebelum dipugar hingga benteng dibuka untuk umum sebagai tempat wisata bersejarah. Pada bagian kanan juga ada tempat yang dikhususkan untuk studio foto ketika ada sesi pemotretan.

Ruang display foto. Dok: Pribadi
Ruang display foto. Dok: Pribadi
Ruang yang dikhususkan untuk foto. Dok: Pribadi
Ruang yang dikhususkan untuk foto. Dok: Pribadi
Menaiki anak tangga yang agak melengkung dan tajam, kita bisa langsung menaiki benteng di lantai dua. Dari sini kita bisa melihat benteng dari atas. Pada lantai dua ini hampir tak ada bedanya dengan lantai satu. Banyak ruangan yang ada di lantai dua ini. Beberapa ruangan ada papan namanya yang menunjukkan ruangan tersebut digunakan sebagai apa waktu masih aktif digunakan sebagai markas. Nama ruangan tersebut seperti, ruang Pangdam, Ruang Pangab, Ruang Bupati Kebumen, Ruang Pahlawan, dan sebagainya.

Ruang Pangdam, Pangab, Bupati. Dok: Pribadi
Ruang Pangdam, Pangab, Bupati. Dok: Pribadi
Lantai dua ini memiliki 70 pintu penghubung, 84 jendela, 16 ruang besar, dan 25 ruang kecil. Ada juga tangga yang menghubungkan lantai dua atap genteng sebanyak 4 tangga. Namun tidak semua tangga dibuka. Hanya beberapa saja, itupun tangga yang menghubungkan ke stasiun kereta mini untuk mengitari atap benteng. Dengan menggunakan kereta mini ini kita dapat melihat alam sekitar dari atas benteng dan melihat atap yang ada di atas benteng.

Atap-atap genteng yang juga terbuat dari batu mata merah sangat kuat dan kokoh dibuat menyerupai bukit-bukit kecil. Dimaksudkan agar lebih mudah untuk tempat pertahanan sekaligus mengintai lawan saat itu. Betapa hebat perancang benteng Van Der Wijck kala itu. Tapi rakyat Indonesia tentu tak kalah strategi dengan kolonial waktu itu. Kenyataannya kita bisa merdeka hingga saat ini.

Atap Benteng. Dok: Pribadi
Atap Benteng. Dok: Pribadi
Benteng Van Der Wijck pada tanggal 5 Oktober 2000 resmi dipugar dan diremsikan oleh Jendral Tyasno Sudarto. Sehingga dapat dinikmati oleh para masyarakt sekitar dan pengunjung dari luar daerah. Hingga saat ini dilengkapi dengan wahana rekreasi lainnya, seperti kereta mini, kereta listrik, kereta kencana, mandi bola, panggung karaoke dan hiburan. Bagi pengunjung yang ingin berenang, di sana juga disediakan wahana water park. Ada juga ruang pertemuan dengan kapasitas 1000 orang dan hotel wisata.

Ruang Pertemuan. Dok: Pribadi
Ruang Pertemuan. Dok: Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun