Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Taman Kuliner Wonosari, Destinasi Wisata Baru Gunungkidul

27 Juli 2016   21:08 Diperbarui: 28 Juli 2016   20:50 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Gunungkidul sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sedang berbenah. Sektor wisata alam seperti pantai, gua, dan air terjun menjadi primadona para wisatawan baik dari dalam daerah maupun dari luar daerah. 

Wisatawan dalam negeri hingga luar negeri ingin menjelajahi Gunungkidul sebagai salah satu kawasan geopark di pulau Jawa. Tidak sekadar itu, banyak sektor yang ingin dikembangkan oleh kabupaten yang berslogan Handayani ini.

Salah satu sektor wisata lain yang ingin dikembangkan adalah wisata kuliner. Kuliner merupakan penunjang utama sektor pariwisata. Sehingga kulier ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Kuliner yang bertebaran di lingkungan kota Wonosari diberdayakan agar menjadi sektor handal pariwisata. 

Pedagang kaki lima, terutama di lingkungan  alun-alun Wonosari. Agar lebih rapi dan bagus dibangunlah Taman Kuliner baru di jalan Baru, Komplek Taman Kota belakang kantor Pemda Kabupaten Gunungkidul. Untuk menampung para pedagang ini.

Diterbitkanlah Perda No. 3 tahun 2015, tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Perda ini terbit menyertai Perda tentang Pengelolaan Pasar yang terbit terlebih dahulu. Demi terwujudnya piloting project Kabupaten Gunungkidul sebagai Kabupaten Sehat perda ini diberlakukan. 

Kabupaten sehat sangat erat hubungannya dengan tata kota, pengelolaan limbah padat dan cair, pembinaan dan penataan pedagang kaki lima (pasar dan kaki lima),  dan pemanfaatan ruang publik sesuai dengan peruntukannya. Sehingga pedagang kaki lima yang bertebaran di alun-alun wonosari perlu diatur kembali keberadaannya.

Pengaturan pedagang kaki lima ini tidak dilakukan dengan frontal, namun trestruktur dengan baik. Pemerintah, dalam hal ini Dinas Pasar Gunungkidul memfasilitasi para pedagang kaki lima. Pedagang direlokasi dari trotoar dan kawasan yang memakan badan jalan di seputaran alun-alun Wonosari ke Taman Kuliner yang baru. 

Taman Kuliner yang dibangun sejak tahun 2015 ini telah disiapkan oleh pemerintah untuk para pedagang kaki lima. Tepat tanggal 20 Mei 2016 kemarin akhirnya para pedagang kaki lima mulai menempati ruang-ruang baru di taman kuliner ini untuk memulai berdagang. Ibu Badingah, selaku Bupati Gunungkidul meresmikannya kemudian pada tanggal 31 Mei 2016, bersamaan dengan hari jadi Gunungkidul. Selang beberapa hari setelah penempatan para pedagang.

Taman Kuliner Wonosari yang baru dibuka selama kurang lebih dua bulan memiliki progres yang sangat bagus. Dari 32 kios yang disediakan dan telah ada pemiliknya sudah 75% yang membuka lapak dagangannya. “Lima puluh persen pelanggan kami sudah kembali,” kata Sutar, salah satu pedagang Mi Jakarta di taman kuliner ini. 

Bapak dua anak ini telah berjualan mi Jakarta selama 23 tahun di depan gedung DPRD Kabupaten Gunungkidul. Dengan senang hati dia mau pindah di taman kuliner. Harapannya, semoga pelanggan bisa kembali seratus persen, dengan dibantu oleh pemerintah untuk mempromosikan destinasi wisata baru Gunungkidul ini ke seantero negeri.

Lain lagi dengan Sudarto, pedagang sea food. Dia mengatakan bahwa dia bersama seluruh pedagang di taman kuliner sangat nyaman berada di tempat ini. Hanya saja, dia berharap, pengelola memikirkan kembali gazebo-gazebo yang beratap tenda. Saat ini musim kemarau, sehingga masih dirasa aman. Namun jika nanti musim hujan, pelanggan akan merasa tidak nyaman. Mungkin bisa dibangun kembali gazebo itu dengan bangunan permanen untuk memanjakan para pembeli, imbuhnya.

Tiga puluh dua kios yang ada di taman kuliner wonosari ini diisi oleh para pedagang dengan menu berbeda-beda. Tidak ada pedagang yang memiliki menu yang sama. Hal ini dimaksudkan agar terjadi persaingan sehat antar pedagang. Tidak ada permusuhan dan saling mengalahkan. 

Benar saja, kemarin Sabtu malam Minggu, pengunjung membludak. Seluruh tempat duduk penuh sesak, hampir tidak ada sela, ujar Sularno sebagai pengelola taman kuliner ini. Tak beda jauh dengan mala mini. Katanya saat saya temu senin malam, 05 Juli 2016 di taman kuliner. Para pedagang hampir tidak bisa istirahat, melayani pembeli tanpa henti. Hal ini sangat membanggakan, dalam kurun waktu dua minggu progress taman kuliner ini sangat pesat, akunya.

Kios-kios yang difasilitasi air dengan bak cuci serta listrik ini terlihat sangat rapi. Bangunan permanen dilengkapi atap genteng dan skat tembok di antara dua kios yang berdekatan. Dua belas gazebo terlihat elegan dengan tenda berwarna putih di atasnya. Berjajar dari sebelah utara hingga selatan di tengah-tengah taman kuliner, serta dari sebelah barat ke timur pada bagian selatan. 

Banyak juga kursi yang beratap payung, sebanyak 32 tenda. Para remaja, dewasa, dan orang tua, serta anak-anak terlihat nyaman berada di tempat ini. Para orang tua beserta keluarga menikmati kuliner dengan santai. Banyak sekumpulan anak remaja duduk-duduk sambil menikmati minuman seperti es buah, teh poci, dan lain sebagainya. Mereka juga asyik berselancar sambil bercengkerama. Karena memang Kemenkominfo Gunungkidul menyediakan akses internet full 24 jam saat hari libur dan pukul 16.00 sore hingga 06.00 pagi dengan kecepatan yang cukup.

Saat saya menanyakan kenyamanan pengunjung, mereka menjawab merasa sangat nyaman di taman kuliner ini. Pedagang yang berjualan dari pukul 09.00 pagi hingga tengah malam makanannya enak dan bervariasi, saya bisa duduk bebas berjam-jam di sini, tanpa rasa khawatir diusir. Banyak hal yang bisa saya pelajari dari orang-orang yang saya ajak ngobrol selama saya di sini. Tempatnya asyik, harga terjangkau, terang Septian Nurmansyah, salah satu pengunjung lulusan Seni Rupa ISI Yogyakarta.

Pengunjung bebas menggunakan tempat duduk gratis. Bebas memilih dan selama dia ingin di tempat itu. Sistem pemesanan dan pembayaran juga sangat mudah. Pembeli memesan, diantar oleh penjual, dan membayar setelah selesai makan. Penjual tidak merasa takut tidak dibayar, karena memang selama ini belum, bahkan tidak ada kejadian pembeli tidak membayar. Sepertinya memang sudah menjadi budaya masyarakat Gunungkidul yang sangat baik, timpal petugas air dan listrik yang tidak mau disebut namanya.

dokpri
dokpri
Dilihat dari segi lingkungan dan tata kota, taman kuliner ini juga memperhatikan ruang hijau pada areanya. Terlihat taman yang tertata apik dengan rumputnya yang hijau. Pohon-pohon yang ditanam di sana juga tumbuh subur. Sampah dikelola dengan baik, tempat sampah tersedia, setiap pagi paling lambat sampah sudah diambil, kata Sularno yang sudah bergelut dalam pengelolaan pasar selama tujuh belas tahun.

dok: Yuli Yarti
dok: Yuli Yarti
Pun demikian, Sularno menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang memang harus terus diperbaiki. Pertama, Masih ada beberapa pedagang yang hanya menggunakan tenda payung, belum memiliki kios. 2) Lahan parkir masih  terbatas. 3) Banyak sepeda motor yang parkir di area taman kuliner, juga di sepanjang pinggir jalan. 4) Aliran listrik yang belum ada di sekitar Gazebo yang bisa digunakan untuk mencharge laptop dan HP. Serta baru tersedia dua kamar mandi, namun belum ada mushola sebagai tempat ibadah.

Pemerintah akan terus mengusahakan perbaikan. Hal ini akan diajukan pada ABT bulan September nanti. Harapannya semua yang kurang bisa dipenuhi, yang belum bisa terealisasi. Terutama lahan parkir dan panggung pertunjukan, supaya ada ruang publik untuk mengekspresikan potensi daerah yang menunjang keberadaan taman kuliner. Taman parkir yang luas agar bis pariwisata bisa masuk, sehingga akan meningkatkan jumlah pengunjung.

Bagi siapapun yang ingin membuat acara di taman kuliner ini disilakan. Tinggal hubungi Kantor Pengelolaan Pasar. Jalan Brigjend Katamso No. 1, Komplek Setda Gunungkidul Lantai 3. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun