Mohon tunggu...
Cerpen

Tragis

10 April 2019   03:02 Diperbarui: 10 April 2019   03:41 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mba....." begitu dia mengawali setelah kita menyeruput teh yang sengaja Mba Hana buat untuk kami berdua di kamarnya.

"Apa  salah kalau batinku protes perjuangkan keromantisan diantara kami." Lanjutnya, sementara saya tetap menjadi pendengar setia.

Suara HP Mba Hana memaksa kami menjeda percakapan, dan segera Mba Hana mengangkat HPnya. Samar-samar saya dengar ada suara laki-laki dari balik HP tersebut. Wajah sumringah terpancar ketika dia menerima panggilan di HPnya. 

Lama, lama sekali berlangsung panggilan itu, tidak ingin saya mengganggu dan mendengarkan percakapan mereka lebih lanjut, sehingga dengan isyarat saya bepamitan untuk ke kamar yang letaknya hanya dua kamar setelah kamar Mba Hana. Dan saya pun pergi setelah ada isyarat mengiyakan.

Malam ini sesi telah berakhir, kami sempatkan bertemu kembali di lobi hotel. Sengaja kami memilih di sofa warna lembut, agak terpisah dari sofa-sofa lain karena letaknya di pojok. Harumnya tiga kelopak bunga mawar kecil yang terpasang di meja persis di hadapan kami menghampiri dengan lembut.

"Mba kemarin asyik banget berteleponnya. Dari suami ya." Tanyaku kepo mengawali pembicaraan.

"Bukan Mba, itu yang telepon tadi adalah teman. Namanya Pak Bagus, beliau satu sekolah, wakasek humas di sekolah. Ada masalah sedikit di sekolah jadi dia telp." Jawab Mba Hana, sang kepala sekolah di tempat Pak Bagus mengajar.

"Halah... masalah apa masalah." Lanjutku mengorek.

"Sebenarnya bukan sekadar masalah sekolah, tapi masalah hati." Mba Hana akhirnya mengaku.

"Tuh... betul kan perasaanku, makanya sengaja saya tinggalkan tadi karena saya tidak ingin menganggu.

Memang sejak kenal dengan Pak Bagus, Mba Hana merasa ada teman. Karena Pak Bagus adalah sosok idola yang Mba Hanaidam-idamkan. Pak Bagus dan Mba Hana cocok. Namun mereka membungkus pertemanan dengan sangat rapi, sehingga semua guru-guru di sekolah tersebut tidak mengetahui kalau antara kepala sekolah dengan wakasek humas teman dekat. Semua komunikasi yang kasat mata tampak profesional, sabagai layaknya antara kepala sekolah dengan wakaseknya. Semua tampak biasa saja di depan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun