Belajar di luar kelas adalah salah satu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dinanti oleh anak-anak. Begitu pula para siswa-siswi SD Islam Tsamrotul Huda -- Kab Mojokerto.Â
Â
Tepatnya pada hari Kamis, 17 Februari 2022, keluarga besar SD Islam Tsamrotul Huda mengisi kegiatan tengah semester dengan melakukan Studi Observasi. Kegiatan ini diikuti oleh siswa-siswi mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Lokasi yang dikunjungi diantaranya adalah beberapa makam wali yang berada di wilayah Tuban dan Lamongan. Untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri dan mengaktualisasikan diri anak-anak, panitia kegiatan memilih Pantai Kelapa sebagai lokasi wahana bermain game, kemudian diakhiri dengan mengunjungi Masjid Namira untuk melakukan ibadah salat.
"Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui"
Itulah pepatah yang bisa menggambarkan tujuan kegiatan yang dilakukan siswa-siswi SD Islam Tsamrotul Huda. Seperti kita ketahui, kegiatan observasi merupakan salah satu metode yang bisa dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses belajar. Selain itu observasi akan memberikan pengalaman tersendiri bagi siswa-siswi selama kegiatan berlangsung. Menurut Sugiyono (2014:145) "observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis". Menurut Riyanto (2010:96) "observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung."
Pada kesempatan ini, panitia kegiatan berharap dengan diadakannya kegiatan Studi Observasi di beberapa tempat religi, salah satunya di Museum Sunan Drajat akan menumbuhkan kecintaan siswa-siswi pada sejarah khususnya sejarah dan ajaran Islam yang diusung oleh para wali.
Kegiatan studi observasi juga mampu menumbuhkan siswa berpikir kritis terhadap apa yang dilihat dan diamatinya sepanjang penjalanan.
"Bu, sepanjang sunan Drajat banyak sekali yang menengadahkan tangan untuk mendapatkan rupiah,"Tukas beberapa siswa kelas 6 kepada guru kelasnya saat berjalan menuju Bus.
"Lalu, bagaimana menurut pendapat kalian melihat hal tersebut?" Jawab guru kelas 6 membalikkan pertanyaan kepada siswa-siswinya. Tak lama kemudian satu per satu dari mereka mengemukakan pendapat.
Diskusi berlanjut ketika siswa-siswi SD Islam Tsamrotul Huda mengunjungi Makam Sunan Bonang. Mereka mulai mengamati bagaimana perekonomian masyarakat bawah di sana sedikit terbantu dengan diberdayakannya para pengayuh becak untuk mengantar para peziarah ke lokasi Makam.
Belajar tidak terbatas pada ruang yang dibatasi oleh 4 sisi dinding yang terkadang membatasi diri anak-anak dan para guru. Hal ini berbanding lurus dengan mindset belajar tidak sekadar belajar, melainkan belajar sepanjang hayat yang disebut dengan lifelong learning karena menjalani kehidupan membutuhkan banyak ilmu dan menjadi seorang pembelajar seumur hidup di luar sekolah formal adalah salah satu modal untuk bisa bertahan.
Penulis: Sumi DS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H