Mohon tunggu...
Amos Sumbung
Amos Sumbung Mohon Tunggu... Wiraswasta - bekerja disebuah CSO dan menjalankan bisnis kopi kecil-kecil di Manokwari.

Suka jalan-jalan terutama gratisan (kerja sambil jalan)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sampah Berbayar

24 Februari 2016   08:16 Diperbarui: 24 Februari 2016   09:09 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 21 Februari kemaren adalah hari bersejarah dalam dunia sampah di Indonesia. Setidaknya di beberapa daerah dimana kantong plastik yang selama ini digratiskan di supermarket tamat. Sejak tanggal itu, para konsumen harus membayar setiap kantong plastik yang digunakan. Hal ini diyakini beberapa orang sebagai langkah maju untuk mengurangi produksi sampah plastik dan semoga begitu. Tanggal 21 Februari juga dijadikan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional.

Semalam ketika nongkrong diwarung kopi, entah darima, seorang teman bertanya :'bagaimana dengan kebijakan baru yang tidak lagi menggratiskan plastik di supermarket? ".

Serta merta saya jawab "tidak ngefek"

Bukan karena pesimis saya menjawab begitu tapi melihat kondisi di Indonesia, hal semacam itu tidak akan memberi pengaruh yang besar dalam dunia plastik. Jika di luar negeri, kebijakan ini cukup significant mengurangi sampah dan merubah perilaku warganya dalam memproduksi sampah maka di Indonesi berbeda. Selain karena warga kita sudah larut dalam berpesta katong plastik murahan selama puluhan tahun, kita juga tidak hanya memproduksi sampah plasti gratisan dari supermarket. Ada banyak suber lain yang jauh lebih banyak. COntohnya : Warung . entah itu warung makan, maupun warung sembako. Membeli satu tusuk bakso saja, kita akan mendapat satu kantong plastik gratis :D. Diwarung smebako, membeli 2 bungkus mi instant saja harus dimasukin di kantong. Jika pemilik warung tidak memberi kantong, pembelinya malah sungut-sungut "penjual pelit. kantong kresek saja kikir".

di Indonesia terutama di daerah perkotaan, warung meraja lelah dari ujung ke ujung. semua menyediakan kantong kresek GRATIS. mau belanja 500 , 1 juta pasti kantong plastiknya gratis. Jadi banyakan mana? ke supermarket atau ke warung?

Di kota kecil kami. kantong palstik asal warung dan sampah minuma air mineral termasuk kemasa minuman ringan seperti frutamin, teh gelas dan saudara-saudaranya adalah penyumbang sampah terbesar. bukanlah sampah dari kantong plastik hasil belanja di dua-duanya supermarket yang ada di kota kami tercinta. Saya rasa di kota-kota besar yang sudah memberlakukan plastik berbayar di supermarketnya pun sama kondisinya.

Di sekolah, tak ada pelajaran kusus tentang lingkungan, tak ada sangsih untuk para murid yang membuang sampah sembarangan. sampai ditingkat kampus pun demikian. Maha siswa yang keren-keren, seenaknya saja membuang sampah . Di jalan rayapun p, orang-orang yang berkendara dengan mobil mewah sering membuang sampah dari balik kaca mobil mewahnya dengan seenaknya. jadi memang kita sudah terbiasa dengan memproduksi dan membuang sampah sembarangan.

Jika manajemen sampah tidak dimuali sejak dini saya rasa program program jangka pendek yang lebih di prioritaskan pemuka negeri ini tidak akan mampu mengurangi produksi sampah di negeri ini. Bahkan jika harus membayar sampah itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun