Sama seperti busana Gagrak Ngayogyakarta pada laki-laki, perempuan juga menggunakan jarik. Jarik merupakan singkatan dari "Aja Serik" yang berarti jangan iri. Kata lain dari jarik adalah Bebet (Krama lugu) dan Sinjang (Krama alus). Bebet diambil dari kata "Ubet" yang berarti sebagai manusia harus tanggap dengan keadaan sekitar. Penggunaan jarik pada perempuan juga menggunakan stagen. Pola jarik yang harus dihindari dalam menggunakan jarik adalah pola parang, terutama parang barong dan parang soblok. Hal tersebut dikarenakan pola parang barong merupakan pola jarik untuk raja, sedangkan parang soblok digunakan untuk orang meninggal. Pola yang dapat digunakan masyarakat umum adalah kawung. Kawung memiliki filosofi yaitu mengajarkan manusia empat kiblat lima pancer, yaitu asal-usul manusia, dan melambangkan kesederhanaan.
3. Rambut atau gelung
Bagi perempuan yang tidak menggunakan jilbab, rambut dapat digelung. Untuk perempuan yang sudah menikah dapat ditambahkan dengan hiasan bunga. Sedangkan untuk perempuan yang belum menikah, gelung rambut tidak diberikan bunga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H