Mohon tunggu...
Arni Alisha
Arni Alisha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Traveling, Membatik dan Menulis

Seorang seniman batik yang sukak traveling juga menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkat Ibu, Aku Belajar Sampai ke Negeri China

3 Desember 2020   14:26 Diperbarui: 3 Desember 2020   14:31 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                           

"Nak, besok kursus jahit saja ya, sekolah itu mahal!"

Kalimat ini yang justru buat aku semakin penasara bagaimana rasanya bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi. Sejak saat itu aku mulai rajin untuk belajar dan juga mencari cara untuk melangkah dan menggapai mimpi. Saat masih kecil kita bisa menangis untuk mengusahakan apa yang kita inginkan dan ajaib nya orangtua berusaha untuk mewujudkannya. Hanya saja tak mungkinkan sampai beranjak dewasa, Usaha Menangis kita terapkan. Sejak saaat itu aku sadar bahwa untuk mencapai sebuah tujuan harus beajar dengan tekun.

Mempunyai sosok ibu sekaligus sosok ayah untuk kehidupan anak-anaknya adalah anugerah dari Tuhan yang selalu aku syukuri. Seorang ibu yang tidak pernah mengeluh didepan anak-anaknya, meskipun batinnya sesak saat harus mencari banyak uang untuk sekolahku dan kakak perempuanku. Ibu berjuang, mencari cara untuk bekerja lebih dan mengumpulkan uang untuk sekolah anakk-anaknya meskipun Ibu dulu tidak bisa merasakan pendidikan formal di bangku sekolah. Ibuku berhasil mendaftarkan sekolah anak-anaknya sampai sarjana dan semampu mungkin support anak-anaknya untuk mencapai impian yang diinginkan. Aku belajar dari sosok ibuku yg juga sekaligus sosok ayah, bagiku Ibu Sekolah Pertamaku.

Sosok seorang ibu tangguh, mampu menghadapi tantangan kehidupan yang menerkanya. Seorang diri menghidupi kedua anaknya yang masih balita sejak ditinggal suaminya meninggal dunia. Bekerja sebagai pedagang tape ketan, tukang emping melinjo, petani padi bahkan tukang urut beliau jalani dengan penuh rasa syukur dan ikhlas. Meskipun saat lelah bekerja seharian sampai malam, ibu selalu menyempatkan untuk menyuapi aku dan kakakku dengan penuh kasih sayang. Senyum ibuku seringkali menjadi semangat juangku dalam menggapai mimpi sampai saat ini.

Banyak cerita ibu yang sering kali membuatku sangat bersyukur ditakdirkan sebagai anaknya, Ibu sekolah pertamaku

Aku dan Ibuku (dokumentasi pribadi)
Aku dan Ibuku (dokumentasi pribadi)
1. "Nak, belajarlah segiat mungkin, belajarlah berbisnis dengan  orang-orang China, "Untung sedikit tapi perputarannya pasti". Kalimat ibuku yang membuatku sampai saat ini menekuni bisnis batik dan alhamdulillah sempat belajar konsep bisnis langsung di Beijing-China, November 2019 yang lalu.

2. "Nak, uang mu itu adalah sebagiannya milik orang yang membutuhkan seperti anak yatim / piatu / dhuafa." Ibuku seringkali membuat syukuran, jadi hobynya memasak diterapkan untuk berbagi-bagi pada tetangga dan sekitarnya dalam bentuk ater-ater. Ini ucapan ibuku yang sringkali buat aku sangat menghargai uang dan berusaha untuk bisa bijak menggunakan uang. Uang bisa saja membuat diri sendiri bahagia, tapi jauh lebih bahagia ketika uang kita gunakan bersama-sama orang yang membutuhkan.

3. "Nerimo Ing Pandum" sebuah silsilah Jawa yang seringkali disampaikan oleh ibuku, dalam kehidupan ini pandai dalam jiwa raga untuk selalu sehat adalah pilihan. Bersyukur atas seberapapun rejeki Yang maha Esa berikan menjadi patokan hidup bahagia dan sejahtera. Namun, hal tersebut berlaku saat diri kita sudah berusaha dan doa dengan maksimal.

Demikian beberapa hal yang buat aku sampai saat ini merasa bersyukur memiliki sosok ibu sekaligus guru dan juga ayah bagiku. Seorang ibu yang tangguh, mendidik aku dan kakakku menjadi orang yang mampu beradaptasi di masyarakat dengan baik. Semasa waktu kecil, masyarakat sekitar seringkali memandang kami sebelah mata. Kini sudut pandang mereka tentang kami pun jauh lebih baik.

Seorang guru terbaik dalam hidupku adalah ibuku, rumah adalah sekolah dengan berbagai materi pendidikan karakter, moral ataupun sopan santun dan banyak hal yang telah kupelajari. Sebuah tantangan dari ibuku yang dilontarkan untukku saat masih kecil supaya belajar sampai ke negeri China pun telah kulalui juga. Aku bangga telah terlahir sebagai anak dari Ibu yang luarbiasa tangguh, Ibu Sekolah Pertamaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun