Oleh  Sumarlin ZB Utiarahman, SH, MH
Waktu sudah menunjukan Pukul 11.00 WITA, Mobil yang kami tumpangi baru saja tiba di Muara Taman, rasa lelah dan penat karena perjalanan relly yang cukup panjang hilang sesaat dengan suguhan hamparan pemandangan sungai, Maklum perjalanan kami dimulai dari Pontianak, Kalimantan Barat, menginap dijakrta dan pukul 04.00 lanjut ke Balikpapan, diskusi dengan jajaran pemerintah Kalimantan Timur hingga pukul 23.30, dan lanjut pukul 04.00 menuju ke Samarinda - Kutai Kartanegara, setelah menempuh perjalanan 6 jam tibalah kami ditempat ini. Perjalanan yang dilakukan dalam rangka pembelajaran persiapan Kalimantan Barat menerima bantuan luar negeri melalui skema pembagian manfaat hasil perdagangan karbon. Sebuah komitmen negara maju untuk memberikan kompensasi kepada negara-negara yang berkomitmen menjaga hutannya.
Terlihat beberapa pegawai dengan seragam dinas desa, sumringah dengan penuh keramahan menyambut kami, mengucapkan selamat datang sembari mempersilahkan untuk naik long boat, perahu panjang yang digerakan oleh mesin speedboat berkapasitas 40PK. Sepanjang perjalanan, sungai yang dilewati dipenuhi dengan hilir mudik tongkang berukuran  raksasa yang memuat batu bara. Yah,. Kabupaten Kutai Kartanegara selain kaya akan sejarah juga sangat terkenal dengan kekayaan alamnya, sempat menyandang sebagai kabupaten terkaya di Indonesai dengan APBD pada tahun 2013 mencapai hingga Rp. 9 Trilun dengan luas wilayah hanya 27.263 Ha. Sebagai perbandingan pada tahun yang sama APBD Provinsi Kalimantan Barat hanya sebesar  Rp. 3,3 Trilun dengan luas wilayah 14,7 Juta Hektar, atau dengan mebandingkan Kabupaten Terkaya di Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Ketapang dengan APBD Rp. 1,3 Triliun dengan luas wilayah 33. 209 Ha. Kini APBD Kutai Kartanegara berkurang seiring dengan pemekaran wilayahnya menjadi beberapa Kabupaten.
Pelaksanaan Harian, Pejabat Pelaksana Tugas dan Penjabat Dalam Sistem Administrasi Pemerintahan
Hak Gugat Atas Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara
Longboat melaju dengan tenang, semilir angin lembut menyapa wajah seolah menghapus rasa penat yang melekat, sekali-kali terasa guncangan akibat ombak kecil yang diakibatkan oleh lalu lalang longboat lainnya. Sisi kiri kanan sungai dipenuhi pepohonan hijau yang  menyegarkan setiap mata yang memandangnya. Formasi vegetasi gambut yang beragam dengan pola ruang yang tertata sedemikian rupa, hasil dari buah pikir bijak yang terlahir dari lubuk hati bersih penghuninya, menciptakan keseimbangan hidup dengan berprinsip pada simboisis mutualisme, saling memberi dan menerima.
Keharmonisan sempurna dalam kehidupan manusia dengan alamnya, yang dilandasi saling percaya dan saling menjaga. Â Terbukti dengan tidak pernah keringnya danau Gambut Berayun yang telah ditetapkan oleh Peraturan Desa, yang selalu menghasilkan puluhan ton ikan bagi masyarakatnya karena rumah tembat berkembangbiaknya tidak terganggu oleh aktifitas ekspolitasi sesaat. Satwa liar sekali-kali terlihat melintas, burung-burung beterbangan bebas, hinggap pada ilalang, menyatu dengan penduduk local tanpa rasa takut atau terganggu dengan suara bising mesin speedboat dan kehadiran kami. Tetap santai berdiri pada sisi yang dilewati sembari memandang kami hingga lepas dari pandangannya, entah pesan apa yang ingin disampaikan, mungkin ucapan terima kasih karena sudah menjaga rumah dan sumber lumbung pangan mereka.
Setelah menempuh perjalanan  20 menit tibalah kami di desa Muara siran. Disambut oleh Ibu Sekcam dan segenap jajaran pernagkat desa dan tokoh masyarakat kami memasuki gedung pertemuan yang langsung dilanjutkan dengan diskusi.
Jajanan dan minuman khas hasil karya tangan ibu-ibu muara sian menyegarkan tenggorokan dan menyapa perut yang sedikit mulai memainkan music dengan suara lirihnya.
"Selamat Datang Bapak/Ibu, Jajaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, KLHK, ADB, Selamat datang di Desa Muara Sian,.... Dan, bla bla,.... Demikian kata-kata sambutan yang disampaikan oleh Ibu Sekcam mewakili Pemerintah Desa Muara Sian.