Mohon tunggu...
Sumarjiyati sumarjiyati
Sumarjiyati sumarjiyati Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru PAI SD. Aktif di komunitas Aisei dan Lagerunal.

Menulis baginya sesuatu yang buatnya bahagia, bahagia bisa berbagi, menulis bisa memanjangkan umur dan mengukir sejarah. Tulis yang kamu lakukan lakukan yang kamu tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Lentera yang Kian Redup

29 Januari 2024   22:24 Diperbarui: 29 Januari 2024   22:26 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#CollaborationWTPB
Genre: Roman
Judul: Lentera yang Kian Redup
Nama Penulis: Neneng Leni & Sumarjiyati

Kecemasan Seorang Istri

Azan subuh berkumandang, Aira segera bangkit dari tempat tidur. Seperti biasanya, setelah menunaikan kewajibannya kepada sang Khaliq ia berjibaku di dapur untuk menyiapkan sarapan.

Meskipun ada asisten rumah tangga, tetapi Aira tidak lepas begitu saja. Ia tetap menyiapkan segala kebutuhan suami dan anaknya. Mereka adalah  perioritas utama bagi Aira. Walaupun di tengah-tengah kesibukannya sebagai pemilik butik.

"Mas, hari ini boleh tidak aku dan Devan nebeng ikut ke mobil kamu, sekalian kita anterin Devan ke sekolahnya?" ucap Aira di saat mereka sarapan.

"Kayaknya, nggak bisa Ra. Aku buru-buru, sekarang harus sudah berangkat. Karena jam 8 harus sudah mulai rapat." Tanpa menanyakan alasan kepada Aira, lagi-lagi Reihan pergi dengan terburu-buru. Padahal Aira dan Devan pun sudah siap untuk berangkat, dengan pakaian yang sudah rapih hanya tinggal mengambil tas saja.

Dengan menghela nafas panjang, Aira mengeluarkannya perlahan. Ia tak ingin kekecewaannya terlihat oleh Devan.
"Nak, ayok! Sekarang kamu ambil tas nya,"
"Iya, Bu." Tak lama Devan sudah kembali dan menunggu di halaman rumah.

Sementara Aira, masuk ke dalam kamar dan menatap dirinya sendiri lewat cermin. " Ya Rabb, kuatkanlah hambamu ini," lirihnya, sambil mengusap dada.

"Sudah siap!"
"Sudah, Bu. Ayok, buruan!" rengek Devan yang tak sabar.
Aira pun keluar dari halaman rumahnya, dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

"Buu ... awaaas! Jerit Devan yang berada disampingnya.
"Astaghfirullah, maafkan Ibu, ya Nak. Kamu pasti kaget, ya? Sekali lagi maafkan, Ibu, ya ..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun