Jangan hanya bisa menggunakan tapi perawatan tetap dilakukan. Seperti motor saya Honda Supra X 125 Helm-in. Pada tulisan kali ini, akan saya ceritakan tentang pengalaman pribadi menggunakan sepeda motor.
Saya beli motor ini dari pemilik sebelumnya. Dengan kata lain saya beli seken/bekas. Ketika datang suara motor ini masih halus. Mungkin pemilik terdahulu sangat merawat atau mungkin jalanan yang dilewati motor ini jalanan kota. Body masih mulus, meskipun ada lecet sedikit tergores. Tapi its okelah, yang penting mesinnya masih original, pikir saya.
Penggantian oli saya lakukan per bulan. Namun bila dilihat jarak yang di tempuh dalam 1 minggu, sudah melewati batas penggantian oli pada motor baru. Maka saya pun beralih penggantian oli dilakukan per 2 minggu.
Perawatan rantai perlu dilakukan, karena bila rantai kendor perjalanan pun ikut kendor. Apalagi ketika musim hujan, yang notebene jalanan berlumpur. Ketika sudah dibersihkan dari lumpur, rantai akan terlihat  berwarna kuning karata, itu yang terjadi pada motor saya. Maka saya pun segera melumasinya dengan oli bekas.
Ketika meneteskan oli sembari memutarkan ban, setidaknya saya lakukan 5 atau 6 kali putaran ban dengan memberi tanda sebelumnya pada ban. Dengan maksud bahwa oli yang telah melekat pada rantai maupun gear belakang bisa membasahi semua bagian rantai.
Pada kaki-kakinya atau ban motor, saya gunakan ban luar 90/90. Pertimbangan saya karena medan yang sering dilalui melewati bebatuan dan bongkahan yang besar. Jadi sering mesin motor bergesekan denga batuan yang berserakan. Dengan ban luar ukuran 90/90, masih bisa diminimalkan kerusakan bagian luar. Paling tidak mengecilkan kemungkinan gesekan antara mesin dan batuan yang dilewati. Untuk perawatannya, tiap 2 minggu juga saya mengganti angin ban. Bukan menambah ya, tapi replace dengan saluran udara yang baru.
Itu pun saya lakukan karena saran dari tukang tambal ban pinggir jalan. Di kota saya, cukup 5000 perak untuk mengganti angin ban depan dan belakang. Karena kata abang tersebut, menjelaskan bahwa masalah pecah ban bukan saja dari paku atau benda asing yang menancap.
Tetapi masalahnya juga datang dari angin ban dalam yang kelamaan tidak dibuang, akan menjadi panas sehingga bisa menimbulkan tekanan yang kuat dari dalam dan dapat merobek kulit ban dalam.
Alhasil, sejak saya mengikuti saran abang tukang tambal ban, maka pecah ban dalam bagian pinggir bisa tertangani.
Di bagian penerangan, saya memakai sistem bawaan pabrik. Dimana lampu depan otomatis, yang menyala terus baik siang maupun malam ketika ketika sepeda motor dihidupkan. Lagipula  sekarang sudah ada peraturan bahwa lampu motor wajib dinyalakan meskipun siang hari. Tentunya akan berakibat pada pengeluaran dana lagi.
Lampu yang ada pada motor saya ini, berjenis double lamp. Artinya bola lampu ada 2 yang terpasang pada satu batok. Ini juga ada tantangannya tersendiri, dimana bila ingin mengganti lampu yang mati, harus menunggu lampu satunya juga mati. Jadi meminimalkan resiko saat bongkar pasang lampu. Dengan mengganti 2 lampu sekaligus akan menghemat waktu dan biaya.
Tulisan hanya sharing pengalaman dari saya yang awam masalah teknikal dan kelistrikan motor. Saya masih bisa mengganti sendiri klakson, aki, busi, lampu atau pun asesoris luar lainnya. Sedangkan bagian dapur pacu (piston), lubang angin (suplai bahan bakar ke ruang pembakaran), dan penggantian spare part mesin, saya serahin ke ahlinya di bengkel motor.
Sumber foto : koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H