Kita tidak tahu kapan datangnya bencana. Entah itu ada tandanya maupun yang tiba-tiba. Dari tanda gunung yang akan erupsi mulai disertai asap tebal di puncaknya sampai adanya gempa tremor berkali-kali. Kemudian banjir bandang yang dirasa tidak ada tanda-tandanya.
Untuk mengetahui tentang kaitan antara faktor geologi dan mitigasi bencana, saya menghubungi seorang sahabat, Syatrin Kharis S.T, yang merupakan putra kelahiran Dompu, Alumni Jurusan Teknik Geologi Institut Teknologi Nasional Yogyakarta yg sekarang sebagai ASN pada Badan Geologi Bandung,Jawa Barat dan merupakan pengamat mitigasi bencana. Beliau lebih akrab dipanggi Dae Satrin.
Pembahasan kami diawal perbincangan mulai dari masalah bencana erupsi gunung api.
Saya : Dengan erupsi nya beberapa gunung api di indonesia, bagaimana sebenar nya potensi erupsi gunung api lain yg sedang "tidur"?
Syatrin Kharis (Dae Satrin): contoh gunung api yg tidur yaitu gunung Sinabung yg di Dataran Tinggi Karo Sumatera Utara. Sebenarnya dia sudah tidur selama 400 tahun sekarang sudah mulai aktif,,gunung api tidur klo dlm geologi biasa disebut gunung muda, mungkin bisa aktif kembali
Saya : Kasus gerakan tanah di Indonesia khusus nya di Nangatumpu, Dompu, NTB apakah ada kaitan dengan jalur gunungapi?
Dae Satrin: sebenarnya ada banyak penyebab geriakan tanah...beberapa yg biasa terjadi adalah karena faktor lereng terjal, tanah yang lapuk, tata lahan, getaran, erosi, penggundulan hutan dan semua itu dipicu oleh satu yaitu air....kalau di Nangatumpu itu termasuk jenis gerakan tanah tipe runtuhan batu ya karena faktor lereng yang terjal dan pemicunya air hujan
Saya : Apakah gunung Tambora berpotensi erupsi, setelah gunug Lewotolok di Lembata meletus dan peristiwa gempa yang sering terjadi akhir-akhir ini
Dae Syatrin : pemantauan terus dilakukan di seluruh gunungapi di Indonesia salah satunya yaitu Tambora, potensi letusan pengulangan akan ada, tapi tak bisa ditentukan kapan, seperti kita ketahui tambora pernah meletus dengan dahsyat pada tahun 1815,,, contohnya seperti gunung Merapi Jogja yang meletus pada tahun 2010 kemarin itu sama seperti yang terjadi pad tahun 1822 dulu,,makanya potensi pengulangan itu ada.
Kemudian saya beralih ke masalah banjir yang terjadi beberapa waktu lalu di Hu'u, Dompu.
Saya : Bencana banjir seperti yg terjadi baru2 ini di kecamatan Hu'u..masih saja terlihat warga panik menghadapi banjir episode ke 3 padahal sudah jelas di DAS tidak boleh lagi di tempatin
Dae Syatrin: iya...kalo intens hujannya seperti kemarin takutnya besok-besok terjadi lagi.
Ketika ditanya langkah antisipatif seperti apa yg harus di lakukan masyarakat mengahadapi bencana yang datang tanpa harus menunggu arahan oleh pemerintah dalam arti evakuasi mandiri dan teratur sesuai SOP evakuasi.
Menurut beliau, sebenarnya masyarakat pasti lebih paham untuk masalah penanggulangan bencana secara mandiri. Karena tidak mungkin masyarakat tidak terbiasa beradaptasi dengan wilayahnya sendiri sejak nenek moyangnya yg mengajari mereka. "Misalnya bencana banjir kita lihat banyak para penebang kayu yang hilir mudik ke gunung untuk mencari kayu otomatis mereka pasti tahu keadaan wilayah hulu spt apa dampaknya ke wilayah hilir, kemudian kasus tanah longsor atau tanah bergerak otomatis ada tanda-tanda seperti retakan pada tanah atau tata guna lahan yang tidak seharusnya yang sering mereka temukan di wilayah mereka sendiri" jelas Dae Satrin.
Lebih lanjut beliau menjelaskan SOP (standar operasional prosedur) evakuasi mandiri biasanya sudah di edarkan oleh BPBD setempat soalnya tiap kabupaten beda-beda.
Sebenarnya ada buku siap siaga bencana dari bnpb yg diberikan melalui bpbd tiap kabupaten,disitu dijelaskan semuanya. Tentang evakuasi mandiri berbagai macam bencana di Indonesia, beliau menjelaskan bahwa BPBD tentunya telah menyampaikan ke masyarakat. "Juga peranan Badan Geologi dalam menyebarkan Peta rawan bencana yg di edarkan diseluruh kabupaten di Indonesia,,itu semua telah dilakukan oleh pusat." ungkapnya. Harapan terakhir dia sebelum menutup obrolan dengan saya, semoga Dompu selalu dilindungi Allah SWT..aamiin Ya Rabbal Alamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H