Mohon tunggu...
Sumardi
Sumardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Beberapa Faktor Pendorong Munculnya Orientalisme

20 Desember 2022   12:55 Diperbarui: 20 Desember 2022   13:05 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebelum kita jauh berbicara tentang oristalisme ini, teman - teman pasti sudah tau apa itu orientalisme? Nah jadi, Orientalisme adalah suatu ilmu ketimuran atau ilmu tentang timur. Adapun kata orientalis dalam pengertian umum berarti semua ahli Barat yang mempelajari dunia Timur (Jauh, Tengah atau Dekat) tentang bahasanya, sastranya, peradabanya ataupun agamanya. Dengan tersebar luasnya dīn al-Islam di Timur dan di Barat membuat para pemuka (ulama) Nashrani semakin mengamati agama itu. Dari sinilah, para orientalis mulai menaruh perhatian yang besar dan mempelajari Islam. Salah satu ulama kristen yang menonjol adalah Yohana Damsyiqi (676 – 749). Dia adalah orang Timur yang hidup di masa dinasti Umawiyah, ia bekerja di Istana Umawi. Pada hakekatnya orientalisme ini telah berurat berakar sejak 1000 tahun yang silam, akan tetapi baru dikenal sekitar akhir abad ke 18 atau tepatnya 1779 Masehi di Inggris, kemudian 1788 di Prancis.

Keberadaan kaum Orientalis dalam dunia Islam memang memunculkan perdebatan yang penjang. Sebagian umat Islam menolak mentah-mentah kajian yang dilakukan para orientalis yang dipandang meremehkan Islam. Bagaimana tidak? hal ini pun bukan tanpa alasan, berangkat dari kesimpulan mereka sendiri yang menyatakan bahwa Islam adalah agama “saduran” dari agama-agama dan budaya sebelumnya. Kesimpulan seperti ini jelaslah merupakan bentuk kecemasan kaum orientalis dalam beragama, yang mana mereka menganggap agama sebagai musuh yang harus dihancurkan.

Para orientralis ini pada hakikatnya bukanlah orang-orang yang tepat dan patut untuk mengkaji ilmu-ilmu Islam dengan kajian ilmiah. Karena mereka kehilangan sifat pokok objektivitas ilmiah, yaitu sifat terbuka dan kejujuran intelektual. Bahkan dengan terang-terangan mereka bersikap memusuhi Islam, bersikeras dan fanatik menentangnya, membenci al-Qur’an, dengki terhadap Rasulullah saw. Dan terhadap Islam umumnya serta berbuat tipu daya dengan berbagai cara. Bagaimanakah akan dapat objektifitas dalam penelitian ilmiah dengan perasaan benci, permusuhan dan kedengkian yang terhimpun di dalam hati. Di samping membantu kolonial, kristenisasi, zionis, dengan melakukan eksistensialisme, freemasonory, dan berpuluh cara licik lainnya.

Sejak zaman Rasulullah saw. Hingga sekarang dan masa mendatang akan terus berada dalam situasi perbenturan yang tidak pernah damai. Perbenturan yang berusaha menghancurkan Islam, dan kaum muslimin. Yang sangat berbahaya adalah al-Ghazwu al-Fikri (perang pemikiran) lewat media kominikasi dan budaya, sehingga terjadilah di kalangan umat Islam, seperti kekacauan hidup, meremehkan agama, meninggalkan hukum-hukum Islam dan akhlaknya, yang kesmuanya ini harus senantiasa ditinggalkan kewaspadaan dalam menghadapinya.

Para orientalis itu berusaha untuk menentang Islam dengan memfitnah dan menyebarluaskan berita bohong tentang Islam dan Nabi Muhammad SAW. mereka mengatakan Islam adalah sumber kejahatan dan Muhammad SAW tidak lebih dari sebuah patung, tuhan bagi qabilah tertentu, dan lebih dari itu, mereka tidak segan-segan mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah setan.

Dr. Mustofa as-Siba’iy menerangkan hal-hal yang mendorong kaum orientalis barat untuk menyelidiki dan mempelajari tentang ketimuran yaitu :

1. Dorongan keagamaan

Dorongan keagamaan, maka kaum orientalis yang terdahulu telah memanfaatkan hasil penelitiannya tentang agama Islam dan yang berhubungan dengan agama Islam, secara positif dan negatif. Dan banyak melontarkan hasil penelitian yang bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya dan membawa pengaruh yang jelek.

2. Dorongan penjajahan

Ketika berakhirnya Perang Salib, dengan kekalahan kaum Salib, pada saat itu merupakan perang agama dan pada hakekatnya perang penjajahan, orang-orang Barat tidak mudah putus asa untuk kembali menduduki negeri-negeri Arab dan orang Islam. Sewaktu kekuatan militer dan politik sudah berada dalam tangan mereka, lalu di antara yang mendorong orientalisme itu ialah untuk melemahkan perlawanan jiwa dan cita-cita dari kaum muslimin.

3. Dorongan perniagaan dan ekonomi

Dorongan ini nyata sekali bagi negeri-negeri industri yang memerlukan pasaran untuk melemparkan hasil industrinya. Mereka harus meneliti kesukaan negeri-negeri yang jadi sasarannya. Kaum orientalis yang terdorong penelitiannya tentang Timur oleh dorongan ekonomi dan perniagaan, harus bekerja keras, agar tidak ketinggalan. Mereka harus menempuh cara-cara baru yang menguntungkan kedua pihak atau segala pihak, dengan memberikan pinjaman, persahabatan dan sebagainya demi kepentingan ekonomi dan perniagaan.

4. Dorongan politik

Dorongan ini menonjol pada masa sekarang sesudah negeri-negeri Islam dan negeri-negeri Timur umumnya mencapai kemerdekaannya. Pada masa sekarang, setelah berkembang blok timur dan blok barat, maka masing-masing dari mereka berusaha mempengaruhi akan masyarakat di mana mereka ditempatkan untuk keuntungan politik dari negaranya. 

5. Dorongan ilmiah

Dr. Mustafa as-Siba’iy menerangkan lebih lanjut, bahwa golongan yang didorong oleh dorongan ilmiah, sangat sedikit yang salah pemahamannya tentang Islam dan peninggalan Islam. Karena mereka tidak sengaja untuk menyelewengkan agama Islam dan memasukkan yang bukan-bukan ke dalam Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun