Mohon tunggu...
Cala
Cala Mohon Tunggu... Freelancer - Titus

Penggemar komik silat, sepakbola, meski cuma sebagai penonton.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jalan Seto

27 Januari 2020   03:20 Diperbarui: 27 Januari 2020   03:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kemana Seto Nurdiantoro akan berlabuh setelah tak lagi menjadi pelatih PS Sleman?." Pertanyaan ini langsung mengemuka di tengah sengitnya rasa kecewa, marah dan protes dari suporter atas keputusan PT PSS (Putra Sleman Sembada) mengganti Seto dengan Eduardo Perez.

Pertanyaan itu tak butuh waktu lama untuk dijawab. Selangkah lagi Seto akan menjadi pelatih PSIM Yogyakarta,klub yang pernah dibelanya selama tiga periode, yakni musim 1995-1998, 2005-2009, dan 2011-2013.. Ia pun memulai karier kepelatihannya di klub berjuluk Laskar Mataram itu pada 2013-2015.

Selangkah lagi Seto menjadi pelatih tim berjuluk Laskar Mataram itu. "Sudah 90% Seto melatih PSIM," kata seorang teman yang suka berbicara soal sepakbola di angkringan di pinggiran Sleman.

Selain ikatan emosi dan histori tersebut, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan utama bagi Seto untuk menangani PSIM :

Pertama adalah faktor keluarga. Seperti saat ia bernegosiasi dengan PSS, Seto selalu mengungkapkan soal keputusan PSS akan ia rundingkan dengan keluarganya. Kini, di tengah gencarnya berita ia akan berlabuh ke PSIM, tokoh sepakbola Sleman, Subardi turut bicara. Subardi yang juga mertua mengatakan, lebih baik Seto di Yogyakarta saja, bisa melatih klub atau SSB.

Kedua, semua tim di Liga 1 sudah mengontrak pelatih untuk kompetisi musim 2020. PSS merupakan tim terakhir yang mengumumkan pelatihnya yaitu Eduardo Perez.

Ketiga, Seto menyukai tantangan, dan ia sudah membuktikannya di PSS musim lalu. Berbekal dana yang terbilang pas-pasan, bahkan hanya separuh dari beberapa tim Liga 1 lainnya, Seto mampu meracik pemain Liga 2 tampil percaya diri. Posisi ke-8 klasemen Liga 1 2019 jadi bukti. Bahkan berada di atas Persija yang juara tahun lalu dan Arema FC.

Pada sisi lain, beralihnya Seto menjadi pelatih PSIM mematahkan keinginan suporter untuk melihatnya tetap di PSS. Tuntutan yang sudah disampaikan, dengan aksi protes saat latihan perdana PSS, seperti terpatahkan oleh kenyataan yang ada.

Seto saat bermain untuk PSIM. (foto : Tribun Jogja)
Seto saat bermain untuk PSIM. (foto : Tribun Jogja)
Seto punya hak untuk memutuskan jalannya sendiri. Passion nya adalah sepakbola. Ia pelatih yang punya masa depan cerah, usianya masih muda (45 tahun) dan tak perlu diragukan lagi kualitasnya.

Apalagi Walikota Yogya, Haryadi Suyuti turun tangan langsung melobi Seto. Tentu ini peluang yang tak bisa dilepaskan, meski klub yang dilatihnya berada di Liga 2. Jika Seto mampu mengantarkan PSIM ke Liga 1, dan PSS tetap bertahan di musim 2021, ia akan menorehkan sejarah menjadikan Yogya sebagai kota yang punya dua tim Liga 1.

Maka, biarkan Seto menempuh jalannya, pilihannya. Berilah waktu untuknya. Sembari juga memberi ruang bagi PSS menjalani jalannya sendiri dengan pelatih barunya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun