Salah satu materi  mata pelajaran IPS  di kelas IX pada Kurikulum 13 adalah ekonomi kreatif. Agar pembelajaran ini lebih bermakna, maka  sebaiknya guru memfasilitasi siswa untuk melakukan model pembelajaran learning by doing  dengan  narasumber pelaku ekonomi kreatif di daerah tempat tinggal siswa tersebut.Â
Hal ini dimaksudkan agar siswa mengalami sendiri dan belajar langsung dari sumber utamanya yaitu pelaku ekonomi kreatif  tadi. Harapannya siswa mampu mengidentifikasi potensi wilayah tempat tinggalnya yang bisa dikembangkan menjadi ekonomi kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.Â
Ekonomi kreatif sendiri merupakan pengembangan konsep yang berlandaskan sumber aset kreatif yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan potensi ekonomi.Â
Berdasarkan INPRES No. 6/2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif, pemerintah mengidentifikasi lingkup industri kreatif mencakup 14 subsektor yang meliputi periklanan, arsitektur, pasar seni & barang antik, kerajinan, desain,fashion mode,film video & fotografi, permainan interaktif, musik seni pertunjukan,penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, radio & TV, serta riset pengembangan. Â
Klasa adem merupakan salah satu contoh industri kreatif  dari sektor kerajinan yang ada di daerah sekitar tempat tinggal siswa SMPN 3 Gegesik yakni di Desa Kedung Dalem  Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon.Â
Desa Kedung Dalem terletak di wilayah timur Kecamatan Gegesik, tepatnya 3 KM ke arah timur dari Desa Panunggul. Bentuk lahannya berupa hamparan lahan pesawahan yang subur sehingga mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Selain unggul dibidang pertanian, Desa Kedung Dalem juga terkenal sebagai penghasil kerajinan Klasa Adem.Â
Klasa adem adalah tikar tradisoinal yang terbuat dari tanaman adem yang didapatkan dari daerah sekitar desa tersebut dan dianyam oleh pengrajin yang memiliki ketrampilan khusus dalam mengayam tanaman adem tersebut.Â
Proses produksinya dimulai dengan menjemur tanaman adem selama sampai kering, lalu dibelah menjadi dua bagian dan terakhir dianyam menjadi selembar tikar. Tikar tersebut biasanya digunakan untuk perlengkapan ucara-acara adat diantaranya adalah perlengkapan dukusunan ketika membangun rumah dan acara lainnya.Â
Untuk satu lembar tikar bisa dikerjakan dalam waktu satu minggu dengan nilaijuan antara Rp 50.000,- sampai dengan Rp. 60.000,-. Produk kerajinan ini umumnya hanya diproduksi dalam jumlahyang relatif kecil (bukan produksi massal). Terbukti kegiatan ini menambah penghasilan ibu-ibu di desa tersebut yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam proses belajar ini, siswa terlibat mulai dari melihat bagaimana klasa adem itu diproduksi, persiapannya, bahan-bahan yang digunakannya, dari mana bahan tersebut didatangkan, ketrampilan menganyamnya serta mewawancarai pelaku industri kreatif tersebut untuk menggali informasi yang lebih spesifik tentang pembuatan kerajina tersebut. Adapun hasil dari pembelajaran ini dibuat dalam bentuk video yang di unggah di salah satu media sosial.Â
Manfaat yang didapatkan dari proses pembelajaran ini adalah :
1. Mengembangkan materi pembelajaran dari realitas sekitar, tidak hanya dari teori yang ada di buku.
2. Menambah wawasan siswa dalam rangka melengkapi penjelasan guru baik secara teori maupun praktek  dengan langsung belajar pada pelaku ekonomi kreatif tersebut.
3. Melatih kreativitas siswa dalam mengembangkan  sektor ekonomi lainnya yaitu menjadi kreator video.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H