Mohon tunggu...
Sumaenah Angmen
Sumaenah Angmen Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 3 Gegesik Kabupaten Cirebon

Pembelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Membangun Budaya Positif di Sekolah

14 Desember 2020   12:09 Diperbarui: 27 April 2021   06:57 11295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Membangun Budaya Positif di Sekolah. | dokpri

Peran Guru Dalam Membangun Budaya Positif di Sekolah

Ki Hajar Dewantara (KHD) mengingatkan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Oleh sebab itu, pendidik hanya dapat "menuntun"  tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya)hidup  dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Dalam proses menuntun tersebut, anak  diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik, akan tetapi guru sebagai pamong harus memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya . Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Sebagai pamong, Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan  untuk  membentuk karakter  pelajar pancasila  dengan memberi contoh  (Ing Ngarso Sung Tulodho) dan melakukan habituasi atau pembiasaan yang konsisten di Sekolah.  

Karena itu, sangat penting bagi guru untuk dapat  mengembangkan budaya positif di sekolah  agar  dapat menumbuhkan motivasi intrinsik  dalam diri murid-muridnya untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab  dan  berbudi pekerti luhur.

Sekolah Sebagai Institusi Pembentuk Karakter

Tujuan membangun  budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak. Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah adalah pembentukan karakter. Itulah mengapa banyak program sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter murid. Misalnya program kantin kejujuran dengan tujuan menumbuhkan karakter jujur pada murid atau program literasi  dengan tujuan untuk menumbuhkan karakter kritis pada murid.

Pernyataan KHD  tentang tujuan pendidikan seperti disebutkan  di awal artikel ini mengisyaratkan bahwa  sebagai guru perlu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat. 

Adapun karakter yang diharapkan menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional kita adalah seperti yang tercantum dalam profil pelajar pancasila yakni: Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis dan Mandiri. 

Baca: Membangun Karakter Tanggung Jawab Siswa dengan Penerapan Budaya Positif di Kelas

Pada akhirnya, budaya positif di sekolah  akan dapat menumbuhkan karakter positif  yang bukan hanya mendorong murid untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menanam moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat.

Penerapan Budaya Positif di Sekolah         

Sekolah sebagai institusi pembentuk karakter dapat menerapkan budaya  positif seperti, menentukan posisi kontrol guru yang sesuai dengan kebutuhan murid, melakukan kesepakatan kelas dan penerapan disiplin positif di kelas.

Berikut adalah langkah-langkah dan strategi  dalam mewujudkan budaya positif di sekolah secara efektif dan mengembangkan karakter murid:

1. Posisi Kontrol Guru

Hubungan guru dan murid adalah faktor penting dalam membangun budaya sekolah, karena  berpengaruh pada kualitas pendidikan di Sekolah. Penting bagi guru untuk memahami bagaimana harus memosisikan diri saat berhadapan dengan murid. Dalam komponen kelas, posisi guru dapat dikatakan sebagai penggerak utama.  

Kontrol guru dalam proses belajar mengajar yang baik adalah sebagai guru manager.  Jika ada murid yang melakukan pelanggaran tata tertib, guru manager akan bertanya tentang alasan mengapa murid tersebut melanggar aturan dan memnuat kesepakatan untuk langkah perbaikan. Guru juga akan bertanya tentang harapan murid dalam KBM. 

Akibatnya murid akan merasa didengarkan dan tumbuh  disiplin dari dalam diri. Posisi kontrol guru yang demikian  akan menumbuhkan motivasi intinsik  dalam merubah perilaku untuk memperbaiki dirinya. Posisi kontrol seperti inilah yang sesuai dengan kebutuhan murid.

2. Membuat Kesepakatan Kelas

Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk  membantu guru  dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid,  tapi juga harapan murid terhadap guru. Susunlah 4-8  aturan  yang jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka.  

Kesepakatan yang disusun perlu mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan, dapat diperbaiki  dan dikembangkan secara berkala. Kesepakatan kelas dapat berbentuk poster yang ditandatangani bersama guru dan murid sebagai kesepakatan kontrak. Strategi lain adalah dengan mencetaknya di setiap buku laporan kegiatan murid untuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah.

3. Menerapkan Disiplin Positif

Disiplin merujuk pada praktik mengajar  atau melatih seseorang untuk mematuhi  peraturan atau perilaku  dalam jangka pendek dan jangka panjang. Disiplin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku  para murid tersebut serta mengajarkan  murid tentang kontrol dan kepercayaan diri dengan berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari.  

Tujuan akhir dari disiplin agar murid memahami perilaku mereka sendiri, mengambil insiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka dan menghargai diri mereka sendiri dan orang lain. Dalam penerapannya, disiplin poisitif juga memberikan pemahaman kepada siswa mengenai konsekuensi logis jika  sebuah aturan dilanggar.  Kesalahan adalah kesempatan baik bagi anak untuk belajar.

Mengembangkan Budaya Positif Adalah Kebutuhan Perubahan di Sekolah

Mengembangkan budaya positif di sekolah pada hakekatnya adalah melakukan perubahan positif  dalam mencapai visi sekolah yang ideal yakni sekolah yang dapat mendukung penumbuhan murid merdeka.  

Sekolah perlu terus berupaya untuk menin gkatkan  kualitas, efisiensi, dan kompetitif dalam mewujudkan lingkungan belajar  yang berpihak pada murid.  Perubahan positif  tersebut  dapat  dicapai dengan mengembangkan budaya positif di sekolah.  

Baca: Pentingnya Budaya Positif Sekolah

Dalam melakukan perubahan tersebut, kita bisa menggunakan paradigma  Inkuiri Apresiatif (IA).  Sebagai model  manajemen  perubahan Inkuiri Apresiatif  (IA) merupakan teknik spesifikasi   yang digunakan  untuk membawa perubahan positif dalam suatu system.  Langkah operasionalnya bisa dilakaukan dalam tahapan  BAGJA, yaitu  Buat pertanyaan,  Ambil  pertanyaan, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi.

Untuk mewujudkan budaya positif di sekolah, perlu menggandeng semua pihak  untuk menjadi aktor dan pemangku kepentingan yang bisa berkontribusi  mewujudkan visi sekolah inklusif  yang berpihak pada murid. Prinsip perubahan  menurut KHD dikenal dengan Trikon yaitu Kontinu (berkesinamnbungan), Konvergen (kesamaan, universal, titik temu),  dan konsentris  (Kontekstual, latar belakang, kultur, local/individual).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun