Mohon tunggu...
Sulvi Faujiah
Sulvi Faujiah Mohon Tunggu... Penulis - Jiah

Mahasiswa IAIN Jember Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam HMPS ES bidang Keilmuan Tim Redaksi Majalah D'economic IAIN Jember E-mail sulvieka2@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dan Air Mata

12 Februari 2019   10:56 Diperbarui: 12 Februari 2019   11:58 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup ini layaknya sebuah drama, terkadang ada sesuatu yang terlupakan dan yang harus dilupakan. Seperti skenario dalam film-film romance, tapi ini adalah takdir Tuhan yang menciptakan kita untuk saling memahami dan mengasihi satu sama lain. Kebahagiaan selalu datang disaat kesedihan telah usai. Tak perlu lemah dan menyerah untuk menghadapi hidup jalani dan syukuri adalah kuncinya, jawaban selalu ada untuk orang yang mampu bertahan.

Hari itu satu tahun yang lalu, hari dimana aku mulai kuliah dan dikejar oleh deadline-deadline yang menghantui, hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah semester tiga, namun masa-masa menjadi seorang mahasiswa baru saja dimulai. Nama ku Olivia, aku mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah di sebuah Universitas di Bandung. Ingatan itu masih sangat jelas waktu aku daftar di sebuah perguruan tinggi dan selalu gagal, tapi aku bukan seseorang yang mudah menyerah aku bangkit lagi demi menggapai apa yang aku inginkan, aku mencoba dan terus mencoba. Pada akhirnya jalan ku memang harus disini di salah satu Universitas di Bandung. Beginilah kehidupan tidak semua berjalan dengan scenario yang kita inginkan.

14 Januari 2018. Hari sangat cerah, matahari bersinar terang menerangi bumi pertiwi, rumput hijau yang tertiup angin menjadikan ku berfikir mengapa dunia ini begitu indah? Aku tak bisa membayangkan bagaimana indahnya surga jikalau dunia sudah seindah ini. Kesempurnaan Tuhan dalam menciptakan semua ini.

"Oliv..." ada suara dari belakang.
Aku menoleh kebelakang, suara yang sangat aku kenal. Dia adalah Ranti, sahabat ku di kampus. Dia orang yang ceria, lucu, dan mampu memahami ku. Memahami dalam hal apapun, dia teman sekelasku.

"Bagaimana liburanmu liv? Kamu pasti jalan-jalan ya, touring, shoping dan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Iya kan? Ujar Ranti.

"Kamu ini Ran ada-ada saja, kamu bagaimana berhentilah memikirkan dia" ujarku
Ranti pernah jatuh cinta dengan seseorang. Aku tidak tahu pasti karna orang itu tidak sekampus dengan kita. Entah jatuh cinta pada pandangan pertama atau hal semacamnya, Ranti tak pernah melepas fikiran dari orang itu, Sampai sekarang dia masih memikirkannya dan semakin bertambah rasa itu. Robi, itulah nama orang tersebut.

Aku sangat percaya dengan takdir dan janji Tuhan, tapi untuk hal ini aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Karna mereka belum pernah bertemu hanya dengan komunikasi melalui whatsapp video call. Tanpa bertemu pun dia sudah tergila-gila, bagaimana nanti kalau sudah bertemu langsung? Oh Tuhan semoga mereka bahagia sesuai takdir.

Langit tak lagi secerah tadi pagi, hari mulai sore dan awan mendung mulai bersiap-siap untuk menurunkan rintikannya. Jam kuliah pun sudah usai dan aku pulang ke kos ku. Jarak antara kampus dan kos lumayan dekat, hanya memerlukan beberapa menit untuk berjalan kaki. Di tengah perjalanan, motor berwarna merah baru saja lewat disampingku. Seseorang yang tidak asing dimataku. Benarkah dia? Aku ingin memanggilnya, tersenyum dihadapannya, sudah hampir 3 bulan aku tak melihatnya, aku rindu, aku mencintaimu Bayu...

Aku bertemu dengannya saat akhir semester dua saat kursus bahasa inggris, kita sekampus namun beda kelas, tapi di tempat kursus kita sekelas. Selama 3 bulan lebih kita menjadi tempat itu. Aku senang bisa mengenalnya, aku bahagia bisa melewati masa-masa indah dengannya. Meskipun akhirnya kita bertengkar dan tak saling menyapa satu sama lain. Ah, haruskah aku mengingat kembali kejadian itu?

Waktu itu di tempat kursus dia kelihatan sedang sakit, wajahnya pucat, dia memegangi perutnya, karna yang aku tahu dia punya sakit mag, dan aku bertanya padanya.

"Apakah kamu baik-baik saja bay? Tapi jawabannya yang membuat aku tak sanggup menatapnya lagi sampai detik ini.

"Kamu pikir kamu siapa? Apa pedulimu? Apakah aku penting bagimu? Jangan pernah urusi kehidupan ku, urusi saja dirimu sendiri, jangan pertanya apapun, aku benci itu!"

Rasanya ingin sekali aku menjawabnya, tapi terdengar sangat kejam hingga bibirku beku tak mampu bersuara untuk menjawabnya. Aku benar-benar sakit hati. Aku pergi dan meninggalkannya sendirian di tempat kursus, bagaimana mungkin aku mampu bertahan dihadapannya saat hati ku benar-benar sakit seperti tercabik oleh perkataanya. Aku ingin menyesali karna aku sudah mencintainya tapi cinta tak semudah itu, datang dan pergi. Dan kebodohanku adalah masih mencintainya sampai sekarang. Aku tidak mengerti ini akhir dari kisah kami atau permulaan hubungan kami. Aku tidak mau hidup dengan bayang-bayangnya, aku mohon hilanglah dan pergilah dari hatiku untuk selamanya.

Kita sekampus pasti kita akan ketemu lagi dimanapun itu. Ranti bilang "dunia itu selebar daun kelor". Bahkan jika kau berada diujung daun itu kamu pasti akan bertemu dengannya, takdir Tuhan akan mempertemukan pemeran utama di dalam dunia ini, Tuhan menciptakan keajaiban yang dinamakan CINTA...

Keesokan harinya aku ingin sekali pergi ke perpustakaan, entah mengapa tapi aku ingin pergi, menghabiskan waktu luang ku disana. Sebenarnya aku jarang banget kesini tapi sepertinya aku harus membiasakan diri supaya bisa giat belajar, aku menyemangatkan diri agar tidak berfikir tentangnya lagi. Waktu pukul 12.30 siang, aku harus masuk kelas. Aku kembali ke fakultas berjalan kaki ditengah rerumputan hijau dan pohon yang melindungiku dari sinar matahari. Bayu. Aku melihatnya tepat di depan mataku tidak jauh dari pandanganku. Dia berjalan menuju ke arahku. Sorot matanya pun aku tidak tahu dia melihat apa dan siapa. Dia semakin dekat, "kenapa kakiku lemas? Tangan ku juga terasa dingin. Oh bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan?" Tidak! dia semakin dekat dan dia melewatiku.

Apa? Apa yang terjadi kenapa dia hanya melewatiku, dia tidak menyapa ataupun melihatku. Dia tidak mungkin tidak mengenaliku, apa adda yang salah? Sungguh, ini sama persisi sakitnya seperti dia melontarkan kata-kata itu dulu. mungkin lebih baik aku tidak bertemu dengannya dan tidak pernah melihatnya lagi. Dia benar-benar jahat. Tapi sebelumnya aku harus kenapa dia bersikap seperti denganku. Jika tidak, aku tidak bisa tidur tenang.

Keesokan harinya, aku berangkat pukul 08.00 pagi. Aku menunggunya di taman depan fakultas, karna aku tau dia pasti lewat taman ini, aku sering melihat dia duduk di taman jika ada jam kosong. Aku harus segera menanyakan sikapnya itu, sebenarnya aku gugup tapi ini adalah jalan satu-satunya untuk memastikan kenapa dengan dengan sikapnya. Aku harus kuat dan tidak boleh terlihat lemah.

Beberapa menit kemudian, dia datang dan duduk ditaman itu.

" Bayu..."

"kenapa kamu bersikap seperti itu?" tanya ku

"Maaf, apa maksudmu dan siapa kamu?"

Oh tidak, aku rasanya mau menangis mendengar kata-kata itu. Jangan,, kumohon jangan menangis jangan terlihat lemah di hadapannya. Aku benar-benar tidak kuat lagi, dan aku... aku tidak bisa menahan air mata ku, aku harus pergi dari sini air mata ku mulai menetes. Apakah ini jawaban setelah beberapa bulan kita tak bertemu?. Kata-kata kejam terulang lagi. Apakah aku seburuk itu? Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Apakah harus melangkah dan melupakannya atau kembali untuk menginjak lebih banyak duri? Sepertinya sudah cukup, kata-kata itu sudah menjadi jawaban bahwa dia tidak menyukaiku.

"Kamu Olivia kan?

Seorang laki-laki datang menghampiriku, wajahnya tidak asing bagiku, sepertinya dia adalah orang yang duduk disamping Bayu di taman tadi. Sepertinya dia temannya Bayu, tapi aku tidak punya urusan dengannya.

"Kenapa? Kamu mau mengejek ku atas apa yang telah teman mu perbuat ke aku?"

"Tidak..tidak, kamu jangan salah faham dulu, aku hanya ingin mengatakan kalau Bayu mengalami amnesia satu bulan yang lalu akibat kecelakan motor waktu pulang dari tempat kursus, apakah kamu orangnya yang dia kejar malam itu?

"Amnesia? Bayu amnesia? Jadi selama ini alasannya dia tidak mengenaliku?"

Waktu pulang dari tempat kursus aku pernah mendengar sesuatu terjadi di belakangku, tapi karena aku sangat kecewa dan sakit hati aku tidak menghiraukan bahkan menoleh kebelakang. Bagaimana ini, aku tidak tahu apa rasa penyesalan dan kata maaf mampu mengobatinya. Apa yang harus aku perbuat? Apa yag harus aku katakan padanya kalau kesalahan ada dipihak ku. 

Penyesalan dan permintaan maaf tidak bisa mengembalikan semuanya. Tapi setidaknya aku harus mencoba, aku harus mengatakannya meskipun tidak ada artinya dimata Bayu. Aku ingin dia tahu kalau aku adalah kesalahan dalam hidupnya. Dan aku mulai menemui dia di taman depan fakultas.

"Bay, aku minta maaf karna aku adalah orang yang paling buruk untukmu. Aku tidak tau bagaimana aku bisa menebus kesalahanku, aku benar-benar bodoh, seharusnya aku tidak membiarkan mu mengejar ku waktu, dan seharusnya aku menoleh waktu itu, seharusnya aku tidak diselimuti rasa kecewa, seharusnya..." rasa penyesalanku tidak terbendung.


"Waktu, akan kembali oliv. Aku akan memperbaiki semuanya, pertemanan kita, kenangan kita, jangan ada kecewa ataupun kesedihan, jangan pernah ada air mata yang menetes"

"Dengar.. waktu tidak akan kembali. Jika itu yang terjadi itu artinya sebuah takdir. Tidak ada yang bisa mengembalikan garis Tuhan, aku hanya bisa menyesali dan meminta maaf karna aku kamu jadi begini."

"Mau kupinjamkan bahuku" pintahnya

"Oliv..."

"Ini adalah pertama kalinya aku melihat mu menangis, melihat matamu sesedih ini, apakah sesakit itukah?"

Sakit ini, sakit yang aku yang rasakan tidak ada rasanya dibanding dengan apa yang terjadi dengan Bayu, melupakan semua hal tentangnya, melupakan kisah hidupnya itu lebih menyakitkan. Aku membuatnya lupa siapa dirinya, aku membuatnya dia lupa bagaimana masa lalaunya, meskipun masa lalu itu baik atau buruk, tapi itu sangat berharga untuknya, kenangannya bersama keluarga, teman dan saudara-saudaranya aku telah merenggut semuanya.

"Bayu..." dengan nada lemah dan penuh penyesalan

"Sudahlah Oliv, aku tahu apa yang akan kamu katakan padaku"

"Kenapa waktu itu kamu mengejar ku Bay" tanya ku

"Karena aku... aku mencintaimu... aku sudah tahu semuanya waktu di tempat kursus bagaimana sikap ku terhadapmu, teman ku yang bersamaku tadi menceritakan semua hal, dia teman baik ku, aku minta maaf Oliv karna sikap dan perkataan ku beberapa bulan lalu membuatmu kecewa dan meneteskan air mata."

Kesedihan memang sangat ganas, hingga bisa membuat hatimu tersayat, tapi kebahagiaan akan selalu datang dan menghampiri orang yang kuat dan mampu bertahan dengan masalah itu. Kebahagiaan akan selalu ada untuk orang yang kuat, dan mengobati luka yang tertancap duri. Inilah kehidupan ku tak semulus yang aku bayangkan, tak seindah apa yang mereka pikirkan. Aku akan memulai dari awal, memperbaiki semuanya. Yakinlah bahwa ada suatu keajaiban yang akan datang untuk orang yang kuat dan mampu bertahan dalam menghadapi masalahnya, keajaiban itu adalah Cinta...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun