Sulvia Nurajijah Ali
Manajemen Pendidikan 2C
Dosen Pengampu :
Dr. Arifin Suking S.Pd, M.Pd
Manusia hidup di masa ketika budaya kita terobsesi dengan kebahagiaan. Nilai dari aspek kehidupan semakin dinilai berdasarkan keterlibatan terhadap kebahagiaan. Kebahagiaan telah menjadi tujuan akhir yang dengan nilai nilai dan prioritas dibangun yang  tidak memerlukan persetujuan untuk tindakan apapun. Sebaliknya, kesedihan semakin tidak normal dan merupakan salah satu aspek perseptif dalam kehidupan manusia. Kesedihan yang menekankan kebebasan berekspresi dalam ucapan sehari hari untuk menghilangkan dari keadaan negative saat ini dan melihat banyak manfaat.
Kebahagiaan adalah faktor kesejahteraan, dan kebanyakan orang menginginkannya lebih dari apapun. Orang yang bahagia cenderung memiliki lebih banyak kerabat, interaksi social dan dukungan social yang lebih kaya, kualitas kerja yang lebih tinggi, produktivitas yang meningkat, dan pendapatan yang lebih tinggi. Ada berbagai definisi kebahagiaan berdasarkan argument filosofis dan pencarian kebijaksanaan manusia. Namun secara tradisional hal itu dijelaskan  dalam dua bentuk berbeda yaitu hedonis dan eudaimonik atau kehidupan yang dijalani dengan baik terjadi ketika seseorang terlubat penuh dan aktivitas hidupnya sejalan dengan diri dan nilai nilai aslinya. Kebahagiaan hedonis hedonis sering disamakan dengan kesenangan atau kegembiraan langsung, tidak adanya pengaruh negative, kesejahteraan psikofisik, dan kepuasan hidup tingkat tinggi.
Para pakar kesehatan dan pelatih self-help mengulangi ungkapan bahwa kebahagiaan akan selalu ada jika focus pada hal hal positif dan membuang pikiran pikiran "negative". Hal yang terlewatkan adalah bahwa dunia adalah tempat yang dinamis dan kebahagiaan tidak selalu dapat diraih. Mendorong orang yang pura pura bahagia di tengah kesedihan atau menganggap kesedihan sebagai sesuatu yang tidak ada sama saja menyuruh mereka untuk menyangkal atau menghindari kenyataan. Apa jadinya jika seseorang yang sedang mengejar kebhagiaan malah menjadi sumber kesedihan karena mengalami masa masa sulit.
Pada Teori Evolusi menyatakan bahwa adaptasi yang mengarah pada kesedihan sebagian besar dibentuk oleh tuntutan fungsional lingkungan leluhur. Studi neuroimaging pada manusia telah menunjukkan bahwa kesedihan adalah emosi dasar, dan ini didukung oleh aktivitas di wilayah otak tertentu,termasuk pada aktivasi cingulated anterior subgenual, insular, amydaglar, dan orbitifrontal. Landasan evolusi dan sistem kesedihan PANIK/KERAS telah dijelaskan secara luas. Selain itu, variasi epigenetic atau genotype telah dikaitkan dengan emosi negative.
Kesedihan merupakan bagian integral dari kehidupan dari kehidupan yang berkembang. Beberapa manfaat kesedihan telah diidentifikasi termasuk berfungsi sebagai mekanisme perlindungan dari situasi berbahaya, sarana menghemat sumber daya dan energy, meningkatkan keakuratan penilaian dan persepsi, dan sarana sebagai mengekspresikan kepedulian. Kesedihan mengurangi kesalahan menghakimi. Selain itu, kesedihan dapat meningkatkan ketahanan dan pengalaman hidup yang buruk dalam jumlah sedang dapat meningkatkan ketahanan yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan dan kesehatan mental. Setelah merasa sedih kebanyakan orang akan bangkit dari segala keterpurukannya dan kesedihaannya sehingga akan berusaha bisa menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan mempunyai peran dalam perkembangan manusia sebagaimana dibuktikan oleh manfaat evolusioner dan pengalaman hodip yang dinamis menganggu kebahagiaan abadi yang menunjukkan bahwa manfaat kebahagiaan ada batasnya dan bahwa kebahagiaan saja tidak cukup untuk kemajuan manusia. Demikian pula sejumlah pengalaman hidup yang merugikan dikaitkan dengan respons psikofisiplogis yang lebih positif dan lebih sedikit respons negative terhadap rasa sakit.
REFERENSI
   Zach, (02/10/2020) Hidup adalah Tentang Kontras Tanpa kontras, kehidupan hanya akan menjadi sebuah kontinum yang monoton
        https://zachw101.medium.com/life-is-all-about-contrasts-1936d81e34e7
Diener E. Kesejahteraan subyektif: ilmu kebahagiaan dan usulan untuk indeks nasional . Internet Psikolog Amerika . 2000
[[dikutip 2023Februari 2]]; 55 ( 1 ):34–10. DOI: 10.1037/0003-066X.55.1.34 [ PubMed ]Â
Hermans H, Meijers F. Mengejar kebahagiaan* . 2019. MerusakFebruari 43 [dikutip 2023]; 47 ( 2 ):139–142.     DOI 10.1080/0306988520191612515           Â
Rastelli C, Calabrese L, Miller C, dkk. Seni kebahagiaan: studi eksploratif tentang program kontemplatif untuk kesejahteraan subjektif . Â Â Â Â Â Â Â Psikol Depan . 2021Februari 11; 12 :96. DOI: 10.3389/fpsyg.2021.600982 [ Artikel gratis PMC ]Â
Manusia Air AS. Dua Konsep Kebahagiaan: Kontras Ekspresif Pribadi (Eudaimonia) dan Kenikmatan Hedonis . J Pers Soc Psikol . 1993. [[dikutip 2023Februari 10]]; 64 ( 4 ):678–691. DOI: 10.1037/0022-3514.64.4.678 [ CrossRef ]Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H